Bakar pocong GMNI Solo tolak WTO

Senin, 02 Desember 2013 - 13:46 WIB
Bakar pocong GMNI Solo...
Bakar pocong GMNI Solo tolak WTO
A A A
Sindonews.com - Aksi teatrikal menggambarkan peradaban penjajahan baru sektor ekonomi serta bakar pocong, ditunjukan puluhan mahasiswa Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Solo Jawa Tengah.

Mereka menolak acara konferensi parlemen anggota World Trade Organization (WTO) yang akan digelar di Nusa Dua Bali, 3-6 Desember.

GMNI Solo, Jawa Tengah, mendesak Presiden SBY dan juga menteri terkait tidak menghadiri acara itu. Dan meminta agar presiden atau perwakilan dari Indonesia tidak menandatangani kesepakatan apapun dalam pertemuan tersebut.

Koordinator Lapangan (Korlap) aksi, Irwan Sehabudin mengatakan sudah saatnya Indonesia berani berpikir untuk keluar dari keanggotaan WTO. Jika tidak, maka penjajahan ekonomi secara legal terhadap negeri ini akan terus berjalan membunuh kesejahteraan rakyat.

“Disadari atau tidak fakta membuktikan Indonesia hanya menjadi objek dari organisasi neo kolonialisme baru yang dinamakan WTO tersebut, sehingga jika tidak segera keluar dari WTO maka derita negeri dan rakyat akan terus menganga yang akan berdampak buruk pada kelangsungan negara ini,” ujar Irwan dalam orasinya, Senin (2/12/2013).

Menurut Irwan, meski keanggotaan aktif Indonesia di WTO sejak era orde baru namun pemerintahan sekarang harus berani melakukan evaluasi untuk keluar dari keanggotaan. Pemerintah juga harus berani menyampaikan pertanggungjawaban kepada rakyat atas realitas dampak yang diterima akibat keikutsertaan di WTO.

“Jika pemerintah terbuka dan mau merekapitulasi report keuntungan dan dampak buruk sejak Indonesia ikut PBB akan diketahui setidaknya sekarang negara ini sudah menjadi objek pasar produk dunia dan yang menyedihkan adalah produk pertanian yang notabene bersentuhan langsung dengan nasib rakyat Indonesia,” tukasnya.

Belum lagi di sektor infrastruktur migas dan manufaktur serta elektronik terbukti Indonesia menjadi surga bagi para kapitalis dengan enaknya produk mereka membanjir di dalam negeri.

Dan lebih tragis lagi ternyata sebagian kecil rakyat Indonesia justru menyukai produk asing bahkan produk tertentu rela memesan terlebih dahulu.

“Inilah neo kolonialisme baru yang bukan kata-kata atau jargon tetapi merasuk membunuh di jantung perekonomian bangsa ini," tandasnya.

Pada aksi tersebut juga disuguhkan teatrikal pembunuhan ekonomi rakyat oleh para kapitalis serta diakhiri dengan bakar pocong WTO sebagai simbol kematian.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1115 seconds (0.1#10.140)