Cuaca buruk, produksi garam menyusut
A
A
A
Sindonews.com - Sebagai salah satu sentra produksi garam, Kabupaten Pasuruan gagal memenuhi target produksi yakni sebesar 17.500 ton. Selama masa produksi 2013, Kabupaten Pasuruan hanya bisa memasok kebutuhan garam nasional sebesar 8.906,46 ton.
Merosotnya hasil panen garam ini faktor utamanya karena pendeknya waktu produksi. Dari perkiraan enam bulan masa produksi, karena anomali cuaca para petani garam hanya bisa memproduksi selama 2,5 bulan.
Kepala Bidang Usaha Perikanan dan Pengembangan Kawasan Pesisir di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan, Soegeng Soebijanto, mengungkapkan, pendeknya masa produksi garam ini memang menjadi kendala pencapai target hasil panen garam. Tidak menentunya cuaca, mengakibatkan petani garap baru bisa memulai produksi pada Agustus 2013 lalu.
"Penetapan target 17.500 ton garam itu bisa tercapai jika petani garam memproduksi selama enam bulan. Tapi kenyataan di lapangan menjadi berbeda, petani hanya bisa memproduksi selama 2,5 bulan," kata Soegeng Soebijanto.
Menurut Soegeng, penetapan target oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut didasarkan keberadaan petani garam yang tersebar dikawasan pesisir seperti Kecamatan Lekok, Kraton, dan Kecamatan Bangil. Dengan luasan lahan 244,73 hektar yang digarap 23 kelompok petani garap, target tersebut bisa terealisasi.
"Petani baru bisa menggarap tambak garam mulai agustus lalu. Dalam waktu 2,5 bulan, petani bisa memproduksi garam 8.906,46 ton. Jika musim lebih lama, target produksi itu bisa tercapai," kata Soegeng.
Guna mendorong percepatan menuju target produksi garam tahun 2013, lanjut Soegeng, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menganggarkan Rp738,1 juta untuk pendanaan PUGAR (Pengembangan Usaha Garam Rakyat). Dana yang dikucurkan untuk 23 kelompok petani garam yang beranggota 203 orang tersebut, juga sebagai pengembangan kawasan pesisir khususnya para petani garam.
Selama musim penghujan mendatang, para petani garam ini untuk sementara akan beralih profesi sebagai petambak ikan bandeng. Peralihan profesi ini sebagai upaya agar petani tetap melakukan kegiatan ekonomi.
Merosotnya hasil panen garam ini faktor utamanya karena pendeknya waktu produksi. Dari perkiraan enam bulan masa produksi, karena anomali cuaca para petani garam hanya bisa memproduksi selama 2,5 bulan.
Kepala Bidang Usaha Perikanan dan Pengembangan Kawasan Pesisir di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pasuruan, Soegeng Soebijanto, mengungkapkan, pendeknya masa produksi garam ini memang menjadi kendala pencapai target hasil panen garam. Tidak menentunya cuaca, mengakibatkan petani garap baru bisa memulai produksi pada Agustus 2013 lalu.
"Penetapan target 17.500 ton garam itu bisa tercapai jika petani garam memproduksi selama enam bulan. Tapi kenyataan di lapangan menjadi berbeda, petani hanya bisa memproduksi selama 2,5 bulan," kata Soegeng Soebijanto.
Menurut Soegeng, penetapan target oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan tersebut didasarkan keberadaan petani garam yang tersebar dikawasan pesisir seperti Kecamatan Lekok, Kraton, dan Kecamatan Bangil. Dengan luasan lahan 244,73 hektar yang digarap 23 kelompok petani garap, target tersebut bisa terealisasi.
"Petani baru bisa menggarap tambak garam mulai agustus lalu. Dalam waktu 2,5 bulan, petani bisa memproduksi garam 8.906,46 ton. Jika musim lebih lama, target produksi itu bisa tercapai," kata Soegeng.
Guna mendorong percepatan menuju target produksi garam tahun 2013, lanjut Soegeng, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menganggarkan Rp738,1 juta untuk pendanaan PUGAR (Pengembangan Usaha Garam Rakyat). Dana yang dikucurkan untuk 23 kelompok petani garam yang beranggota 203 orang tersebut, juga sebagai pengembangan kawasan pesisir khususnya para petani garam.
Selama musim penghujan mendatang, para petani garam ini untuk sementara akan beralih profesi sebagai petambak ikan bandeng. Peralihan profesi ini sebagai upaya agar petani tetap melakukan kegiatan ekonomi.
(rsa)