Soemarsono, pahlawan atau pemberontak?

Senin, 11 November 2013 - 07:28 WIB
Soemarsono, pahlawan atau pemberontak?
Soemarsono, pahlawan atau pemberontak?
A A A
PERTEMPURAN Surabaya 10 November 1945 atau dikenal kini dengan Hari Pahlawan, tidak bisa lepas dari nama Sutomo dan Soemarsono. Meski banyak tokoh pemuda dan rakyat lainnya. Keduanya dianggap sebagai simbol perjuangan rakyat.

Jika Sutomo dikenal karena diplomasi dan propagandanya dalam Radio Pemberontakan. Dia juga lah yang membongkar penyamaran Belanda melalui NICA. Sedang Soemarsono, lebih dikenal karena keberaniannya memimpin pemuda dalam beberapa pertempuran bersejarah.

Dia yang memimpin pemuda menurunkan bendera Belanda di Hotel Yamato atau Oranje Hotel. Dia juga yang melucuti senjata tentara Jepang untuk melawan Belanda dalam pertempuran Surabaya.

Rosihan Anwar menyebutnya sebagai tokoh pemuda pertempuran Surabaya. Presiden Soekarno kemudian menetapkan peristiwa itu sebagai Hari Pahlawan. Sutomo yang akrab disapa Bung Tomo, lalu diangkat sebagai pahlawan. Namanya ada dalam urutan ke-144 daftar pahlawan nasional, di Kementerian Sosial Republik Indonesia.

Sedang Soemarsono, tidak diangkat sebagai apa-apa. Namanya bahkan coba dihilangkan dalam catatan sejarah. Wakil Presiden Mohammad Hatta menyebutnya sebagai pengkhianat proklamasi 17 Agustus 1945.

Dia dituduh memberontak dalam Peristiwa Madiun 1948, tiga tahun setelah pertempuran Surabaya. Mengumumkan berdirinya Republik Indonesia Soviet, bersama Musso dan Amir Syarifuddin.

Ketua PKI DN Aidit bahkan menganggapnya sebagai pembuat malapetaka dan membuangnya ke Sumatera. Sejak peristiwa Madiun itu, Soemarsono disingkirkan dalam peta perpolitikan nasional.

Kendati begitu, Soemarsono tetap menjadi simbol perjuangan rakyat. Namanya tetap dikenang dalam pertempuran Surabaya yang kemudian hari dijadikan sebagai Hari Pahlawan. Untuk seluruh rakyat yang berjuang lah gelar pahlawan layak disematkan.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6477 seconds (0.1#10.140)