Pria heteroseksual tularkan virus HIV/AIDS ke istri

Sabtu, 26 Oktober 2013 - 18:35 WIB
Pria heteroseksual tularkan virus HIV/AIDS ke istri
Pria heteroseksual tularkan virus HIV/AIDS ke istri
A A A
Sindonews.com - Tren penularan penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) di Kota Semarang, saat ini memasuki gelombang ketiga. Dimana penyakit berbahaya itu banyak ditularkan oleh kalangan heteroseksual atau orang yang suka berganti pasangan.

“Dulu gelombang pertama penularan HIV/AIDS banyak dialami oleh kaum homoseksual. Selanjutnya pola penularan lebih banyak muncul di kalangan pengguna narkoba. Saat ini, yang paling banyak menjadi pemicu penularan HIV/AIDS adalah dari kalangan heterseksual,” kata akitivis HIV/AIDS Asti Septiana (30), di Kota Semarang, Kamis (26/10/2013).

Penularan lewat heteroseksual tersebut, diyakini mulai muncul sejak 2004. hingga kini, pertumbuhan penyakit HIV/AIDS dari heteroseksual semakin meningkat. “Akibatnya, semakin banyak ibu rumah tangga yang tertular penyakit HIV/AIDS tersebut dari suami mereka,” imbuhnya.

Tingginya jumlah pengidap penyakit HIV/AIDS di kalangan heteroseksual, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap pasangan masing-masing. Akibatnya, banyak diantara mereka yang melampiaskannya kepada pekerja seks komersial yang saat ini marak di daerah perkotaan.

"Apalagi kalangan heteroseksual cenderung berhubungan seks tanpa menggunakan alat pengaman. akhirnya penularan penyakit ini semakin cepat,” terangnya.

Untuk itu, Asti yang juga Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) berharap, pendampingan dan juga perlindungan terhadap ODHA agar terus ditingkatkan. Yang terpenting, masyarakat harus mengerti dan mengubah stigma negative terhadap ODHA.

“Biarlah kami yang menjadi korban keganasan penyakit ini. Terpenting, jangan tinggalkan kami, karena dengan begitu kami masih bisa bertahan hidup lebih lama,” pungkasnya.

Sementara itu, peneliti HIV/AIDS dari Uni Heidelberg Jerman Aris Margianto menuturkan, sebaiknya perlu cara lain untuk menekan jumlah penyebaran penyakit HIV AIDS. Menurutnya, upaya pencegahan tidak hanya sekedar melakukan pendekatan dari atas ke bawah dengan program sosialisasi atau pendataan semata.

“Kalau bisa, perlu juga libatkan masyarakat sebagai pengawas, pelayan, dan pelapor untuk menekan peredaran kasus HIV/AIDS ini,” terangnya.

Dia juga berharap, masyarakat dapat melepas stigma buruk yang selama ini terlekat pada kaum ODHA. Sebab, masih banyak masyarakat yang salah dengan menilai mereka para ODHA sebagai kelompok orang-orang yang mendapat kutukan.

“Itu yang salah, mereka juga sama seperti halnya kita yang tidak mengidap HIV/AIDS. Mereka butuh support dan jangan sekali-sekali pernah mengucilkan mereka,” tegasnya.

Dari data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah, kasus pengidap penyakit HIV/AIDS di Jateng setiap tahun terus menunjukkan angka peningkatan. Dari 1993 hingga akhir 2012, sebanyak 6.042 orang positif mengidap penyakit HIV/AIDS, dan 693 diantaranya meninggal dunia.

“Di tahun 2012, pengidap penyakit HIV didominasi oleh perempuan dengan 59 persen, dan AIDS sebanyak 41 persen. Ini menunjukkan banyak ibu rumah tangga yang rentan tertular dari penyakit itu," sambung Koordinator Project Officer Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) PKBI Jawa Tengah Dwi Yunanto Hermawan.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6561 seconds (0.1#10.140)