KPH Notonegoro siap nafkahi putri raja
A
A
A
Sindonews.com - Suami KPH Notonegoro siap menafkahi istrinya, GKR Hayu yang merupakan putri Raja Yogyakarta Hadiningrta Sri SUltan HB X. Hal itu diungkapkan dalam prosesi Tampa Kaya dan Dahar Kalmah, tadi siang di Bangsal Kesatriyan Keraton Yogyakarta.
Prosesi Tampa Kaya dan Dahar Kalmah merupakan salah satu prosesi dari serangkaian Dhaup Ageng atau pernikahan besar putri keempat Sri SUltan HB X. Dalam prosesi itu, KPH Notonegoro yang kesehariannya bekerja sebagai staf PBB di New York, siap menafkahi sang istri dengan
simbolis memberikan uang receh dan beras.
Dalam prosesi itu, GKR Hayu duduk di bawah atau lantai, sedangkan KPH Notonegoro yang sebelum menikahi putri raja bernama Angger Pribadi Wibowo duduk di atas kursi.
GKR Hayu menerima pemberian bungkus yang berisi beras dengan kain. Di dalam kain itu juga berisi uang receh. Beras dan uang receh itu lalu disimpan oleh GKR Hayu yang semasa lajang bernama Nurabra Juwita. Setelah itu, kedua mempelai memanjat doa agar selalu dilimpahi rejeki dari Tuhan.
Tak lama berselang, KPH Notonegoro menyuapi GKR Hayu nasi kuning. Simbol kesiapan seorang suami memberikan kehidupan kepada istri dan keluarganya ini disaksikan permaisuri raja, GKR Hemas.
KPH Notonegero menyuapi nasi kuning kepada sang istri sebanyak tiga kali. Setelah itu, kedua mempelai makan bersama. Namun, harus dengan suapan ganjil sebagai pertanda penolak bala atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketua Panitia Dhaup Ageng KRT Yudho Hadiningrat mengatakan, prosesi Tampa Kaya dan Dahar Kalmah ini merupakan simbolisasi hubungan suami-istri. Makna dari upacara ini adalah tanggung jawab kedua insan sebagai suami-istri.
Suami mencari nafkah untuk keluarga dan istri harus secara bijak dan bertanggung jawab menyimpan dan mengelola nafkah yang diberikan.
Prosesi Tampa Kaya dan Dahar Kalmah merupakan salah satu prosesi dari serangkaian Dhaup Ageng atau pernikahan besar putri keempat Sri SUltan HB X. Dalam prosesi itu, KPH Notonegoro yang kesehariannya bekerja sebagai staf PBB di New York, siap menafkahi sang istri dengan
simbolis memberikan uang receh dan beras.
Dalam prosesi itu, GKR Hayu duduk di bawah atau lantai, sedangkan KPH Notonegoro yang sebelum menikahi putri raja bernama Angger Pribadi Wibowo duduk di atas kursi.
GKR Hayu menerima pemberian bungkus yang berisi beras dengan kain. Di dalam kain itu juga berisi uang receh. Beras dan uang receh itu lalu disimpan oleh GKR Hayu yang semasa lajang bernama Nurabra Juwita. Setelah itu, kedua mempelai memanjat doa agar selalu dilimpahi rejeki dari Tuhan.
Tak lama berselang, KPH Notonegoro menyuapi GKR Hayu nasi kuning. Simbol kesiapan seorang suami memberikan kehidupan kepada istri dan keluarganya ini disaksikan permaisuri raja, GKR Hemas.
KPH Notonegero menyuapi nasi kuning kepada sang istri sebanyak tiga kali. Setelah itu, kedua mempelai makan bersama. Namun, harus dengan suapan ganjil sebagai pertanda penolak bala atau hal-hal yang tidak diinginkan.
Ketua Panitia Dhaup Ageng KRT Yudho Hadiningrat mengatakan, prosesi Tampa Kaya dan Dahar Kalmah ini merupakan simbolisasi hubungan suami-istri. Makna dari upacara ini adalah tanggung jawab kedua insan sebagai suami-istri.
Suami mencari nafkah untuk keluarga dan istri harus secara bijak dan bertanggung jawab menyimpan dan mengelola nafkah yang diberikan.
(lns)