Pembangunan Monumen Kudus Kota Kretek panen kritik

Kamis, 17 Oktober 2013 - 10:36 WIB
Pembangunan Monumen Kudus Kota Kretek panen kritik
Pembangunan Monumen Kudus Kota Kretek panen kritik
A A A
Sindonews.com - Rencana pembangunan Monumen Kudus Kota Kretek di perbatasan jalur Pantura Kudus–Demak menuai banyak kritikan. Alasannya, pembangunan monumen yang bangunan fisiknya berupa simbol tembakau dan cengkeh tersebut dinilai tidak mencerminkan identitas Kudus.

Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus K. M Najib Hasan mengatakan, industri kretek hanya salah satu ciri khas Kudus. Menurutnya ada banyak elemen lain yang justru menjadi identitas utama, yakni Menara Kudus yang merupakan satu-satunya di dunia.

"Jadi elemen identitas Kudus banyak. Sejarah Kudus itu tidak bisa dilepaskan dari pendirinya, yakni Sunan Kudus. Warisan religiusitas dari Sunan Kudus harus digali juga," kata Najib, kepada wartawan, Kamis (17/10/2013).

Monumen Kretek rencananya akan dibangun dekat Jembatan Tanggulangin, Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus. Ketinggian bangunan monumen tersebut, sekitar 10,5 meter dan panjang 65 meter dengan bentuk menyerupai kupu-kupu dengan ukuran lebar sayap kanan dan kiri sekitar 21 meter.

Pengerjaan bangunan monumental tersebut, direncanakan mulai pertengahan Oktober 2013 hingga tujuh bulan ke depan. Monumen tersebut memakan biaya hingga Rp16 miliar yang keseluruhan dananya ditanggung oleh PT Djarum, Kudus.

Kritik serupa diungkapkan oleh perwakilan industri rokok di Kudus, Deka Hendratmanto. Menurutnya, pihaknya tidak mempermasalahkan pembangunan monument tersebut. Hanya saja, pihaknya mempertanyakan pilihan daun tembakau dan cengkih yang digunakan sebagai simbol monumen tersebut.

Sebab meski menjadi lokasi industri pembuatan rokok, Kudus tidak memiliki ladang tembakau atau cengkih. “Ada banyak simbol lain yang bisa digunakan sebagai penanda identitas Kudus,” ujar Anton, demikian Deka biasa disapa.

Sementara jurnalis senior, Suprapto juga mempertanyakan pembangunan monument tersebut. Sebab PT Djarum sebelumnya telah membangun Monument Kretek Indonesia di lahan pribadi yang sekarang ini dinamakan Oasis, turut wilayah Kecamatan Bae.

Selain itu, Pemkab Kudus juga sudah membangun Museum Kretek di Kecamatan Jati. Dia menyarankan agar anggaran tersebut digunakan untuk melengkapi berbagai koleksi Museum Kretek yang dikelola pemkab.

“Kalau kita tarik sejarah kretek di Kudus dipelopori oleh Jamhari. Tapi sampai sekarang kita tidak memiliki foto Jamhari. Kita ini sering membangun tapi tidak tepat, masak di Museum Kretek malah dibangun waterboom,” sesalnya.

Kritikan serupa juga diungkapkan oleh pakar tata ruang Universitas Muria Kudus Hendy Hendro dan mantan Bupati Kudus periode 1988-1998 Sudarsono. Sementara itu, tokoh masyarakat Kudus Supardi yang berbicara di penghujung pertemuan menyimpulkan, sejauh ini belum ada kebulatan pendapat dari berbagai elemen masyarakat.

Mulai dari elemen industri, budayawan, sejarawan, agamawan, dan lain sebagainya belum satu suara. Bahkan cenderung menolak pembangunan Monumen Kretek tersebut.

Oleh karena itu, dia menyarankan agar persoalan tersebut dibawa ke forum yang lebih besar. Harapannya agar ada banyak aspirasi yang bisa dijaring untuk kepentingan bersama. “Jangan sampai Monumen Kretek hanya milik kelompok tertentu. Itu harus jadi milik wong Kudus,” sarannya.

Sementara itu, Kepala Dinas Ciptakarya dan Tata Ruang Kabupaten Kudus Hari Triyogo mengatakan, berbagai masukan dari banyak kalangan tersebut akan dilaporkan kepada pimpinan. Dia berharap masukan tersebut bisa diakomodir. Terlepas dari itu, pembangunan monumen Kretek penting sebagai simbol Kudus kota yang modern, religius, dan berkarakter.

"Saat ini memang masih tahap perencanaan. Kami mengapresiasi masukannya, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali," ujar Hari Triyogo.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6801 seconds (0.1#10.140)