UGM kembangkan alat pemantau aktivitas Merapi

Senin, 07 Oktober 2013 - 00:13 WIB
UGM kembangkan alat pemantau aktivitas Merapi
UGM kembangkan alat pemantau aktivitas Merapi
A A A
Sindonews.com - Sebagai gunung yang masih aktif, aktivitas Gunung Merapi dirasa perlu dipantau rutin guna menghindari letusan yang membahayakan masyarakat sekitar.

Alat pemantau aktivitas Merapi pun banyak diciptakan, termasuk oleh tim peneliti asal Universitas Gajah Mada (UGM). Baru-baru ini peneliti UGM berhasil mengembangkan alat pemantau yang bahkan bisa diakses masyarakat luas.

Alat pendeteksi berupa handheld tersebut memang diperuntukkan memonitor aktivitas Gunung Merapi dan mendapat informasi terkini tentang kondisi Gunung Merapi.

“Melalui handheld ini, kita dapat mengetahui informasi secara real time tentang aktivitas seismik dan cuaca Merapi, baik suhu, kelembaban dan curah hujan," ujar Ketua Tim Pengembang Handheld Merapi Monitor, Prof Ir Sunarno MEng PhD, Minggu (6/10/2013).

Tak hanya itu saja, menurut Sunarno alat ini juga mampu memberikan informasi terkait parameter bahaya lainnya dari aktivitas Merapi.

Sunarno mengatakan, sistem informasi yang ada saat ini untuk memantau langsung kondisi gunung berapi di Indonesia masih belum memadai. Padahal informasi yang bersifat real time sangat diperlukan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa.

"Untuk itulah saya bersama dengan tim peneliti lainnya dari jurusan Teknik Fisika UGM bekerjasama dengan ORARI DIY, Dikti, Dirjen SDA Kementrian PU, dan PT Datto membangun sistem pemantauan jarak jauh aktivitas dan cuaca di sekitar Gunung Merapi. Sistem ini dibangun dalam sebuah stasiun di daerah Balerante, Klaten," jelasnya.

Sunarno memaparkan, sistem pendeteksi yang ada di stasiun terdiri dari rangkaian sensor mulai dari sensor seismik, sensor parameter cuaca dan sensor parameter gas beracun.

Dari stasiun tersebut, data yang ditangkap sensor selanjutnya dikirim ke pusat pemantau dengan komunikasi transciever dan frekuency shit keying modulator.

“Jadi dari stasiun, data digital yang diperoleh diubah dalam bentuk suara, frequency shift keying yang kemudian ditangkap dengan HT. Lalu data yang telah ditangkap diubah menjadi bentuk digital kembali setelah diproses melalui decoder handheld yang telah dihubungkan ke HT,” urainya.

Sunarno menjelaskan, dengan decoder handheld yang dihubungkan ke HT, masyarakat bisa memantau secara langsung kondisi terkini Gunung Merapi melalui frekuensi penerima UHF.

Selain itu, data tersebut juga bisa langsung dilihat melalui komputer atau internet. Namun cara tersebut kurang efektif karena membutuhkan sinyal internet, sehingga untuk memudahkan pemantauan di lapangan oleh masyarakat dilakukan dengan menggunakan HT yang dihubungkan decoder handheld.

"Dengan begitu masyarakat bisa siap siaga dengan kondisi bahaya bencana yang mungkin terjadi. Melalui HT tersebut, informasi terkini tentang Merapi tak hanya bisa dimonitor di wilayah DIY saja, tapi hingga kawasan Karesidenan Surakarta, Sragen, Wonogiri, Purworejo dan Kebumen,” tutur Kepala Lab Sensor dan Sistem Terkontrol Jurusan Teknik Fisika UGM ini.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6168 seconds (0.1#10.140)