Musim hujan, warga Semarang waspadai longsor
A
A
A
Sindonews.com – Memasuki musim penghujan tahun ini, warga Kota Semarang terutama yang tinggal di bawah jurang dan lereng curam mulai diserang rasa was-was.
Sebab, mereka khawatir hujan akan mengakibatkan musibah tanah longsor.
Di Kelurahan Ngemplak Simongan Kota Semarang misalnya, puluhan warga yang tinggal di bawah lereng tempat itu mengaku trauma dengan musim hujan.
Sebab, di musim penghujan yang lalu, air telah menyebabkan tebing di atas rumah mereka longsor dan mengakibatkan satu rumah rusak juga satu nyawa melayang.
“Tentu saja kami khawatir, karena pengalaman longsor yang pernah terjadi beberapa bulan lalu telah mengakibatkan rumah saya rusak dan anak saya meninggal dunia,” kata Sudarmadi (51), warga Jalan Srinindito Kelurahan Ngemplak Simongan, Senin (30/9/2013).
Kekhawatiran Sudarmadi semakin bertambah mengingat tebing yang longsor tersebut hingga kini belum diperbaiki. Masyarakat dengan swadaya memasang talut di tempat itu dengan menggunakan bambu seadanya.
“Belum ada perbaikan, jika hanya talut seperti itu, pasti longsor akan kembali terjadi jika hujan turun. Saya harap pemerintah segera mengambil sikap, jangan kalau sudah terjadi bencana saja baru bertindak,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Maria Purwati (40) warga Srinindito lainnya. Ia mengaku was-was saat hujan turun lebat, apalagi jika hujan tersebut datang pada malam hari.
“Tentu saja saya was-was, lihat saja tebing di belakang rumah itu, kondisinya mengerikan. Setiap hujan turun, saya selalu mengajak keluarga tidur di ruang depan dan pintu tetap terbuka. Jadi jika terjadi apa-apa, bisa langsung lari menyelamatkan diri,” kata dia.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa Tengah memprediksikan musim penghujan akan terjadi mulai awal Oktober 2013 hingga Mei 2014.
Dalam rentang waktu tersebut, hujan akan berpotensi terjadi di beberapa lokasi di Jateng termasuk di Kota Semarang.
“Diprediksikan akan mulai akhir Oktober ini, tapi puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2014,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Reni Kraningtyas.
Reni mengatakan curah hujan dengan intensitas tinggi juga tidak menutup kemungkinan terjadi mulai Oktober tahun ini. Untuk itu pihaknya berharap masyarakat tetap waspada dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi akibat curah hujan itu.
“Hujan lebat tetap akan terjadi mulai bulan Oktober, untuk itu bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor dan juga rawan banjir diharapkan terus waspada,” imbuh dia.
Sementara itu, Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Robert J Kodoatie mengatakan, potensi longsor memang besar terjadi di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan kondisi geologi daerah ini secara alami memungkinkan terjadinya musibah longsor.
“Secara alami, kondisi geologi Kota Semarang memiliki banyak patahan tanah, sehingga rawan longsor. Daerah yang berpotensi mengalami longsor secara alami terjadi sejak kawasan Gombel Lama Kecamatan Banyumanik ke barat hingga mencapai kawasan Industri Candi di Kecamatan Semarang Barat,” kata dia.
Untuk itu, Robert berharap Pemkot Semarang segera melakukan tindakan untuk mengatasi musibah longsor, mengingat musim penghujan mulai datang. Jika tidak, maka musibah longsor besar kemungkinannya akan terjadi di daerah-daerah tersebut.
“Pemerintah harus segera mengambil langkah agar korban tidak kembali berjatuhan, misalnya dengan membuat saluran air sebanyak-banyaknya agar air tidak meresap ke tanah sehingga tidak menimbulkan titik jenuh tanah,” pungkasnya.
Sebab, mereka khawatir hujan akan mengakibatkan musibah tanah longsor.
Di Kelurahan Ngemplak Simongan Kota Semarang misalnya, puluhan warga yang tinggal di bawah lereng tempat itu mengaku trauma dengan musim hujan.
Sebab, di musim penghujan yang lalu, air telah menyebabkan tebing di atas rumah mereka longsor dan mengakibatkan satu rumah rusak juga satu nyawa melayang.
“Tentu saja kami khawatir, karena pengalaman longsor yang pernah terjadi beberapa bulan lalu telah mengakibatkan rumah saya rusak dan anak saya meninggal dunia,” kata Sudarmadi (51), warga Jalan Srinindito Kelurahan Ngemplak Simongan, Senin (30/9/2013).
Kekhawatiran Sudarmadi semakin bertambah mengingat tebing yang longsor tersebut hingga kini belum diperbaiki. Masyarakat dengan swadaya memasang talut di tempat itu dengan menggunakan bambu seadanya.
“Belum ada perbaikan, jika hanya talut seperti itu, pasti longsor akan kembali terjadi jika hujan turun. Saya harap pemerintah segera mengambil sikap, jangan kalau sudah terjadi bencana saja baru bertindak,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Maria Purwati (40) warga Srinindito lainnya. Ia mengaku was-was saat hujan turun lebat, apalagi jika hujan tersebut datang pada malam hari.
“Tentu saja saya was-was, lihat saja tebing di belakang rumah itu, kondisinya mengerikan. Setiap hujan turun, saya selalu mengajak keluarga tidur di ruang depan dan pintu tetap terbuka. Jadi jika terjadi apa-apa, bisa langsung lari menyelamatkan diri,” kata dia.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Provinsi Jawa Tengah memprediksikan musim penghujan akan terjadi mulai awal Oktober 2013 hingga Mei 2014.
Dalam rentang waktu tersebut, hujan akan berpotensi terjadi di beberapa lokasi di Jateng termasuk di Kota Semarang.
“Diprediksikan akan mulai akhir Oktober ini, tapi puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari-Februari 2014,” kata Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Jateng, Reni Kraningtyas.
Reni mengatakan curah hujan dengan intensitas tinggi juga tidak menutup kemungkinan terjadi mulai Oktober tahun ini. Untuk itu pihaknya berharap masyarakat tetap waspada dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi akibat curah hujan itu.
“Hujan lebat tetap akan terjadi mulai bulan Oktober, untuk itu bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor dan juga rawan banjir diharapkan terus waspada,” imbuh dia.
Sementara itu, Pakar Hidrologi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Robert J Kodoatie mengatakan, potensi longsor memang besar terjadi di Kota Semarang. Hal tersebut dikarenakan kondisi geologi daerah ini secara alami memungkinkan terjadinya musibah longsor.
“Secara alami, kondisi geologi Kota Semarang memiliki banyak patahan tanah, sehingga rawan longsor. Daerah yang berpotensi mengalami longsor secara alami terjadi sejak kawasan Gombel Lama Kecamatan Banyumanik ke barat hingga mencapai kawasan Industri Candi di Kecamatan Semarang Barat,” kata dia.
Untuk itu, Robert berharap Pemkot Semarang segera melakukan tindakan untuk mengatasi musibah longsor, mengingat musim penghujan mulai datang. Jika tidak, maka musibah longsor besar kemungkinannya akan terjadi di daerah-daerah tersebut.
“Pemerintah harus segera mengambil langkah agar korban tidak kembali berjatuhan, misalnya dengan membuat saluran air sebanyak-banyaknya agar air tidak meresap ke tanah sehingga tidak menimbulkan titik jenuh tanah,” pungkasnya.
(lns)