Penyebaran HIV/AIDS tak terkendali
A
A
A
Sindonews.com - Penderita penyakit HIV/AIDS di Kota Salatiga saat ini didominasi warga berusia produktif, antara 20 - 35 tahun.
Dari 150 penderita HIV/AIDS sekira 60 persen lebih adalah kalangan usia produktif yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, anak-anak, dan pekerja, dan pekerja seks komersial (PSK). Sedang penderita lainnya adalah kalangan ibu rumah tangga.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga Sovie Harjanti mengatakan, pola penyebaran penyakit HIV/AIDS di kota ini belakangan mengalami pergeseran dari pemakai narkoba ke kalangan pekerja serta ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah kalangan, pergeseran pola penyebaran penyakit HIV/AIDS dikarenakan adanya peningkatan hiteroseksual kaum pria.
"Sebagian besar penderita usia produktif, termasuk ibu rumah tangga tertular oleh pasangan hidupnya. Selain itu, juga akibat perilaku menyimpang yang dilakukannya," katanya, Kamis (26/9/2013).
Sedangkan ibu rumah tangga yang terjangkit penyakit ini, sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke atas yang suaminya bermobilitas tinggi. Berdasarkan data dan penelitian, lanjutnya, penyebar virus mematikan tersebut yakni kaum pria yang berprofesi seperti sopir, pelaut, mahasiswa, buruh, dan kaum yang berpenampilan eksekutif.
Ada tiga modus yang biasa dilakukan oleh mereka, yakni berani bayar mahal, memerkosa, dan menolak menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Menurut Sovie, belum lama ini pihaknya melakukan tes darah terhadap para pemandu karaoke di sejumlah tempat hiburan malam di Salatiga. Hasilnya, ada sejumlah pemandu karaoke yang terinveksi virus HIV.
"Kasus tersebut langsung kami tangani. Kami telah menerjunkan tim untuk melakukan pemantauan dan pendampingan terhadap para pemandu karaoke yang terinveksi penyakit mematikan ini," tukasnya.
Selain itu, imbuhnya, Dinkes juga telah melakukan berbagai langkah antisipasi penyebaran penyakit tersebut. Yakni melakukan pengawasan dan sosialisasi.
"Dalam melakukan pengawasan, kami bekerjasama dengan para relawan yang bertindak sebagai konselor. Kami juga melakukan pengobatan yang dilakukan oleh dokter dengan cara jemput bola," tandasnya.
Sementara itu, Ketua kelompok orang yang hidup dengan HIV - AIDS (Ohida) Salatiga, Andreas, menyatakan penyebaran penyakit ini sudah tak terkendali dan merambah ke semua lapisan masyarakat. Kondisi ini sudah mengkhawatirkan masyarakat dan harus segera ditangani. Jika tidak, dikhawatirkan penderitanya akan terus bertambah.
"Atas dasar itu, pemerintah harus memberikan perhatian dan melakukan pendekatan dengan para orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta mengakomodir aspirasinya, yakni keinginan untuk sembuh. Artinya, pemerintah harus membantu pengobatan mereka yang membutuhkan biaya cukup tinggi," pungkasnya.
Dari 150 penderita HIV/AIDS sekira 60 persen lebih adalah kalangan usia produktif yang terdiri dari mahasiswa, pelajar, anak-anak, dan pekerja, dan pekerja seks komersial (PSK). Sedang penderita lainnya adalah kalangan ibu rumah tangga.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Salatiga Sovie Harjanti mengatakan, pola penyebaran penyakit HIV/AIDS di kota ini belakangan mengalami pergeseran dari pemakai narkoba ke kalangan pekerja serta ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh sejumlah kalangan, pergeseran pola penyebaran penyakit HIV/AIDS dikarenakan adanya peningkatan hiteroseksual kaum pria.
"Sebagian besar penderita usia produktif, termasuk ibu rumah tangga tertular oleh pasangan hidupnya. Selain itu, juga akibat perilaku menyimpang yang dilakukannya," katanya, Kamis (26/9/2013).
Sedangkan ibu rumah tangga yang terjangkit penyakit ini, sebagian besar berasal dari kalangan menengah ke atas yang suaminya bermobilitas tinggi. Berdasarkan data dan penelitian, lanjutnya, penyebar virus mematikan tersebut yakni kaum pria yang berprofesi seperti sopir, pelaut, mahasiswa, buruh, dan kaum yang berpenampilan eksekutif.
Ada tiga modus yang biasa dilakukan oleh mereka, yakni berani bayar mahal, memerkosa, dan menolak menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Menurut Sovie, belum lama ini pihaknya melakukan tes darah terhadap para pemandu karaoke di sejumlah tempat hiburan malam di Salatiga. Hasilnya, ada sejumlah pemandu karaoke yang terinveksi virus HIV.
"Kasus tersebut langsung kami tangani. Kami telah menerjunkan tim untuk melakukan pemantauan dan pendampingan terhadap para pemandu karaoke yang terinveksi penyakit mematikan ini," tukasnya.
Selain itu, imbuhnya, Dinkes juga telah melakukan berbagai langkah antisipasi penyebaran penyakit tersebut. Yakni melakukan pengawasan dan sosialisasi.
"Dalam melakukan pengawasan, kami bekerjasama dengan para relawan yang bertindak sebagai konselor. Kami juga melakukan pengobatan yang dilakukan oleh dokter dengan cara jemput bola," tandasnya.
Sementara itu, Ketua kelompok orang yang hidup dengan HIV - AIDS (Ohida) Salatiga, Andreas, menyatakan penyebaran penyakit ini sudah tak terkendali dan merambah ke semua lapisan masyarakat. Kondisi ini sudah mengkhawatirkan masyarakat dan harus segera ditangani. Jika tidak, dikhawatirkan penderitanya akan terus bertambah.
"Atas dasar itu, pemerintah harus memberikan perhatian dan melakukan pendekatan dengan para orang dengan HIV/AIDS (ODHA) serta mengakomodir aspirasinya, yakni keinginan untuk sembuh. Artinya, pemerintah harus membantu pengobatan mereka yang membutuhkan biaya cukup tinggi," pungkasnya.
(rsa)