Petisi petani Indramayu raih 600 dukungan
A
A
A
Sindonews.com - Alumni mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Galih Andreanto mengusung petisi bebaskan petani Indramayu, di change.org. Dalam sehari, petisi itu sudah mendapat sekira 600 dukungan. Dan akan diperkirakan terus bertambah.
Petisi yang diusung bertepatan dengan hari tani nasional ini, diusung atas keprihatinan Galih dengan nasib petani di Indramayu yang hidup dalam ketakutan ancaman tentara dan polisi.
“Mereka di seret, di pukuli, di lempari batu, di tembaki gas air mata dan peluru karet. 22 petani terluka, 49 sepeda motor petani di rusak. Polisi juga menetapkan 5 petani jadi tersangka,” kata Galih dalam petisi www.change.org/bebaskanpetani, Selasa (24/9/2013).
Dalam sehari, petisi Galih didukung 600 orang lebih dari berbagai daerah. Donni Robbiansyah, penandatangan petisi berpendapat, sangat menyedihkan jika melihat tindakan aparat tersebut terhadap para petani.
“Negeri ini penuh ironi. Di saat yang sama pelaku kekerasan memiliki energi untuk melakukan kekerasannya berasal dari makanan yang sebelumnya diproduksi petani,” kata menulis komentar di change.org.
Aksi pengepungan petani Indramayu, terjadi ketika petani yang tergabung dalam Serikat Tani Indramayu (STI) melakukan aksi damai menolak rencana pembangunan Waduk Bubur Gadung.
Tak disangka, aparat yang seharusnya netral dalam penanganan konflik agraria, justru melakukan tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap massa. Tercatat, 30 orang petani, mahasiswa, termasuk Sekjen STI sekaligus DN KPA Wilayah Jabar Banten ditangkapi.
Galih bercerita, pada 11 September 2013, aparat polri, TNI dari kesatuan ARHANUD, Kodim Indramayu, Perhutani, Pemuda Pancasila dan sejumlah preman menyisir basis-basis STI. Empat gubuk rusak, satu sepeda motor terbakar, dan enam petani dipaksa keluar dari STI.
“Petani itu pahlawan negeri, karena memberi makan elemen masyarakat. Tapi diperlakukan layaknya bukan manusia,” tulis Galih dengan miris.
Pendiri change.org Indonesia Arief Aziz menyatakan, cukup lama bagi Galih memulai petisi. “Galih langsung menyebut Kapolda Jabar Suhardi Alius untuk segera membebaskan petani Indramayu. Semoga mendapat tanggapan positif,” kata Arief.
Sebelumnya diberitakan, Markas Serikat Tani Indramayu (STI) dikepung ratusan aparat kepolisian dari Polsek Gantar, Kroya, Polres Indramayu, tentara Aehenud, polisi hutan, mandor perhutani dan preman.
"Mereka ingin menakut-nakuti, dan mengintimidasi warga desa Tanjungkerta, Sukaslamet, Samndrem, Sesepan, Kecamatan Kroya dan Gantar yang menjadi anggota STI," ujar Galih Anreanto.
Petisi yang diusung bertepatan dengan hari tani nasional ini, diusung atas keprihatinan Galih dengan nasib petani di Indramayu yang hidup dalam ketakutan ancaman tentara dan polisi.
“Mereka di seret, di pukuli, di lempari batu, di tembaki gas air mata dan peluru karet. 22 petani terluka, 49 sepeda motor petani di rusak. Polisi juga menetapkan 5 petani jadi tersangka,” kata Galih dalam petisi www.change.org/bebaskanpetani, Selasa (24/9/2013).
Dalam sehari, petisi Galih didukung 600 orang lebih dari berbagai daerah. Donni Robbiansyah, penandatangan petisi berpendapat, sangat menyedihkan jika melihat tindakan aparat tersebut terhadap para petani.
“Negeri ini penuh ironi. Di saat yang sama pelaku kekerasan memiliki energi untuk melakukan kekerasannya berasal dari makanan yang sebelumnya diproduksi petani,” kata menulis komentar di change.org.
Aksi pengepungan petani Indramayu, terjadi ketika petani yang tergabung dalam Serikat Tani Indramayu (STI) melakukan aksi damai menolak rencana pembangunan Waduk Bubur Gadung.
Tak disangka, aparat yang seharusnya netral dalam penanganan konflik agraria, justru melakukan tindak kekerasan dan kriminalisasi terhadap massa. Tercatat, 30 orang petani, mahasiswa, termasuk Sekjen STI sekaligus DN KPA Wilayah Jabar Banten ditangkapi.
Galih bercerita, pada 11 September 2013, aparat polri, TNI dari kesatuan ARHANUD, Kodim Indramayu, Perhutani, Pemuda Pancasila dan sejumlah preman menyisir basis-basis STI. Empat gubuk rusak, satu sepeda motor terbakar, dan enam petani dipaksa keluar dari STI.
“Petani itu pahlawan negeri, karena memberi makan elemen masyarakat. Tapi diperlakukan layaknya bukan manusia,” tulis Galih dengan miris.
Pendiri change.org Indonesia Arief Aziz menyatakan, cukup lama bagi Galih memulai petisi. “Galih langsung menyebut Kapolda Jabar Suhardi Alius untuk segera membebaskan petani Indramayu. Semoga mendapat tanggapan positif,” kata Arief.
Sebelumnya diberitakan, Markas Serikat Tani Indramayu (STI) dikepung ratusan aparat kepolisian dari Polsek Gantar, Kroya, Polres Indramayu, tentara Aehenud, polisi hutan, mandor perhutani dan preman.
"Mereka ingin menakut-nakuti, dan mengintimidasi warga desa Tanjungkerta, Sukaslamet, Samndrem, Sesepan, Kecamatan Kroya dan Gantar yang menjadi anggota STI," ujar Galih Anreanto.
(san)