Pegawai Dishubkominfo Sulsel diduga aniaya siswa SD
A
A
A
Sindonews.com - Oknum Pegawai Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Sulsel, Nataniel M, diduga melakukan penganiyaan terhadap Multi Anugrah, (10), siswa SD Inpres Baddoka Makassar.
Ibu korban Sahariah menuturkan, kejadian terjadi ketika proses belajar-mengajar sedang berlangsung. Saat itu masih pukul 11.00 wita. Nataniel langsung masuk ke kelas, lalu membenturkan kepala bagian belakang Multi Anugrah berkali-kali ke dinding.
Tidak puas sampai disitu, yang bersangkutan lalu memelintir bibir korban hingga berdarah dan menyebabkan luka hingga dua cm. Meski sempat mengalami syock, namun Multi akhirnya mau juga kesekolah setelah absen dua hari.
“Saya tidak terima anak saya diperlakukan begini. Apalagi ini di lingkungan sekolah saat jam belajar dan di depan murid yang lain,” ungkap Sahariah kepada SINDO, usai melaporkan kejadian ke Pusat Perlindungan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak Sulsel, Selasa (24/9/2013).
Menurut Saharia, kejadian itu bermula saat Natasya, anak Natanail diganggu oleh anak-anak yang sedang bermain. Saat itu, anak-anak tersebut menyiramkan air kepada Natasya, nahas saat itu para anak-anak yang mengganggu lari. Saat menoleh, ada Multi yang dikatakan Saharia tidak tahu apa-apa.
“Karena dituduh terus menerus, Multi kemudian menginjak kakinya Natasya. Tapi kan namanya anak-anak. Tidak usah main kekerasan seperti itu,” katanya sambil memperlihatkan foto dan buku Multi yang berisi noda darah bekas luka di bibir anak tersebut.
Saharia bahkan mengaku jika kejadian tersebut sudah dilaporkan ke Polsek Biringkanaya dengan Nomor: TPL/983/IX/2013 Restabes Makassar/Sek B.Kanaya. Bahkan visum juga telah dilakukannya. Meski begitu, hingga kini aparat kepolisian belum menindaklanjuti laporan tersebut.
"Saya tidak tahu ya, sampai sekarang kepolisian belum menindaklanjuti laporan ini. Bahkan setelah penganiyaan itu dua hari anak saya tidak masuk sekolah," kata Sahariah.
Sementara itu Petugas penerima pengaduan masyarakat dari Pusat Perlindungan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan, Sulsel, Meti Patuli, mengatakan bahwa kasus ini tetap harus dilanjutkan agar memberika efek jera.
"Kami harap kepolisian segera menyelesaikan ini, dan harus diberikan efek jera, jadi tidak terulang lagi kejadian seperti ini," paparnya.
Terpisah, Kepala Dishubkominfo Sulsel, Masykur A Sulthan, mengatakan kalau pihaknya tidak mengetahui apakah ada pegawainya yang bernama Nataniel. "Saya tidak tahu ada pegawai nama Nataniel apa tidak," ujarnya
Ibu korban Sahariah menuturkan, kejadian terjadi ketika proses belajar-mengajar sedang berlangsung. Saat itu masih pukul 11.00 wita. Nataniel langsung masuk ke kelas, lalu membenturkan kepala bagian belakang Multi Anugrah berkali-kali ke dinding.
Tidak puas sampai disitu, yang bersangkutan lalu memelintir bibir korban hingga berdarah dan menyebabkan luka hingga dua cm. Meski sempat mengalami syock, namun Multi akhirnya mau juga kesekolah setelah absen dua hari.
“Saya tidak terima anak saya diperlakukan begini. Apalagi ini di lingkungan sekolah saat jam belajar dan di depan murid yang lain,” ungkap Sahariah kepada SINDO, usai melaporkan kejadian ke Pusat Perlindungan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan dan Anak Sulsel, Selasa (24/9/2013).
Menurut Saharia, kejadian itu bermula saat Natasya, anak Natanail diganggu oleh anak-anak yang sedang bermain. Saat itu, anak-anak tersebut menyiramkan air kepada Natasya, nahas saat itu para anak-anak yang mengganggu lari. Saat menoleh, ada Multi yang dikatakan Saharia tidak tahu apa-apa.
“Karena dituduh terus menerus, Multi kemudian menginjak kakinya Natasya. Tapi kan namanya anak-anak. Tidak usah main kekerasan seperti itu,” katanya sambil memperlihatkan foto dan buku Multi yang berisi noda darah bekas luka di bibir anak tersebut.
Saharia bahkan mengaku jika kejadian tersebut sudah dilaporkan ke Polsek Biringkanaya dengan Nomor: TPL/983/IX/2013 Restabes Makassar/Sek B.Kanaya. Bahkan visum juga telah dilakukannya. Meski begitu, hingga kini aparat kepolisian belum menindaklanjuti laporan tersebut.
"Saya tidak tahu ya, sampai sekarang kepolisian belum menindaklanjuti laporan ini. Bahkan setelah penganiyaan itu dua hari anak saya tidak masuk sekolah," kata Sahariah.
Sementara itu Petugas penerima pengaduan masyarakat dari Pusat Perlindungan Terpadu, Pemberdayaan Perempuan, Sulsel, Meti Patuli, mengatakan bahwa kasus ini tetap harus dilanjutkan agar memberika efek jera.
"Kami harap kepolisian segera menyelesaikan ini, dan harus diberikan efek jera, jadi tidak terulang lagi kejadian seperti ini," paparnya.
Terpisah, Kepala Dishubkominfo Sulsel, Masykur A Sulthan, mengatakan kalau pihaknya tidak mengetahui apakah ada pegawainya yang bernama Nataniel. "Saya tidak tahu ada pegawai nama Nataniel apa tidak," ujarnya
(rsa)