RSHS pertama kali tangani bayi kembar menempel di mulut
A
A
A
Sindonews.com - Penyakit yang dierita Ginan Septian Nugraha terbilang langka. Pada mulut anak pasangan Asep Supriatna (36) dan Yani Mulyani (33), menempel kembaran Ginan yang tidak tumbuh secara sempurna.
Bayi itu kini dirawat intensif di RS Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung. Bagi RSHS, penyakit seperti itu merupakan kasus pertama yang ditangani. Istilah medis untuk penyakit itu adalah conjoin twin parasitic alias kembar siam asimetris.
"Untuk kasus kembar siam, kita adi RSHS sudah beberapa kali menangani. Tapi untuk yang seperti ini, memang baru pertama kali," kata Kasubag Humas dan Protokoler RSHS, Tengku Djumala, Senin (23/9/2013).
Secara pribadi, Djumala juga mengaku baru kali ini melihat bayi kembar siam dengan kondisi seperti Ginan.
Dari hasil pemeriksaan, kondisi Ginan sejauh ini cukup stabil. Tapi kapan operasi dilakukan belum bisa dipastikan karena harus menunggu hasil pemeriksaan penunjang medik.
Proses pemisahan pun belum diketahui kapan bisa dilakukan. Yang pasti, perlu pemeriksaan secara detail untuk menentukan kapan operasi digelar.
Ia pun berkaca pada kasus bayi kembar siam Wanda dan Wandi yang berasal dari Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat. "Kita masih ingat bagaimana Wanda dan Wandi dulu memerlukan waktu lebih dari setahun untuk dilakukan operasi pemisahan," tuturnya.
Apalagi kasus Ginan berbeda dengan Wanda dan Wandi. Jika Wanda dan Wandi adalah dua bayi utuh yang menempel, sedangkan Ginan kembarannya tidak utuh.
Tapi Djumala memastikan RSHS akan memberi pelayanan terbaik. "Untuk kasus kembar siam, itu ada tim dokter yang terdiri dari dokter anak, dokter bedah anak, dokter THT. Tentu yang lain-lain juga ikut seperti dokter anestesi, radiologi, dan patologi klinik," jelasnya.
Tim itu sama dengan tim dokter yang menangani Wandi-Wandi. Hasilnya, kini Wanda dan Wandi bisa dipisahkan dan hidup normal.
Bayi itu kini dirawat intensif di RS Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung. Bagi RSHS, penyakit seperti itu merupakan kasus pertama yang ditangani. Istilah medis untuk penyakit itu adalah conjoin twin parasitic alias kembar siam asimetris.
"Untuk kasus kembar siam, kita adi RSHS sudah beberapa kali menangani. Tapi untuk yang seperti ini, memang baru pertama kali," kata Kasubag Humas dan Protokoler RSHS, Tengku Djumala, Senin (23/9/2013).
Secara pribadi, Djumala juga mengaku baru kali ini melihat bayi kembar siam dengan kondisi seperti Ginan.
Dari hasil pemeriksaan, kondisi Ginan sejauh ini cukup stabil. Tapi kapan operasi dilakukan belum bisa dipastikan karena harus menunggu hasil pemeriksaan penunjang medik.
Proses pemisahan pun belum diketahui kapan bisa dilakukan. Yang pasti, perlu pemeriksaan secara detail untuk menentukan kapan operasi digelar.
Ia pun berkaca pada kasus bayi kembar siam Wanda dan Wandi yang berasal dari Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat. "Kita masih ingat bagaimana Wanda dan Wandi dulu memerlukan waktu lebih dari setahun untuk dilakukan operasi pemisahan," tuturnya.
Apalagi kasus Ginan berbeda dengan Wanda dan Wandi. Jika Wanda dan Wandi adalah dua bayi utuh yang menempel, sedangkan Ginan kembarannya tidak utuh.
Tapi Djumala memastikan RSHS akan memberi pelayanan terbaik. "Untuk kasus kembar siam, itu ada tim dokter yang terdiri dari dokter anak, dokter bedah anak, dokter THT. Tentu yang lain-lain juga ikut seperti dokter anestesi, radiologi, dan patologi klinik," jelasnya.
Tim itu sama dengan tim dokter yang menangani Wandi-Wandi. Hasilnya, kini Wanda dan Wandi bisa dipisahkan dan hidup normal.
(rsa)