Pilkada Garut diprediksi 2 putaran
A
A
A
Sindonews.com - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Garut diprediksi berlangsung dua putaran. Pasalnya, dari ke-10 pasangan Calon Bupati (Cabup) dan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Garut, belum ada satu pun yang memperoleh suara di atas 30%.
Pengamat Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf mengatakan, kemungkinan ini didasarkan atas suara yang telah masuk ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Garut, sudah mencapai lebih dari 60%. Terhitung pukul 18.30 WIB, suara yang telah dikantongi KPUD Garut sebanyak 1.022.706 suara dari total 1.760.130 pemilih.
“Ada kemungkinan (dua putaran) begitu. Soalnya, dari data real count saat ini (kemarin) suaranya sudah lebih dari 60%,” kata Asep saat dihubungi kemarin.
Lebih jauh Asep menjelaskan, berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 yang kemudian diperbaharui oleh UU No 8 Tahun 2005 tentang pemerintahan daerah, pasangan calon yang memiliki suara di atas 30% dipastikan akan menjadi pemenang. Bila demikian, Pilkada Garut pun hanya akan berlangsung satu putaran.
“Sedangkan bila kondisinya masih dibawah 30%, maka hanya akan diputuskan pasangan dengan urutan suara tertinggi pertama dan kedua. Dengan begitu, Pilkada Garut bisa menjadi dua kali putaran,” jelasnya.
Pada pukul 18.30 WIB itu, setidaknya hanya ada dua pasangan Cabup dan Cawabup Garut yang memiliki raihan suara tertinggi. Mereka adalah pasangan Agus Hamdani-Abdusy Syakur Amin dengan raihan 234.358 suara atau sekira 22,92%, dan pasangan Rudy Gunawan-Helmi Budiman sebanyak 232.436 suara atau sekira 22,73%.
“Saya pikir dua pasangan ini sama kuat sementara ini. Bila diperhatikan lebih jauh, kedua pasangan itu sama-sama memiliki keunggulan dan kekurangan. Hal ini akan sangat memengaruhi jumlah raihan suara dari masyarakat. Sehingga tidak ada yang dominan dari keduanya, meski memang dua-duanya lebih tinggi dari 8 pasangan calon lainnya,” ungkapnya.
Ia menganalisa, sebagai calon incumbent, Agus Hamdani memiliki posisi kuat sebagai petahana. Namun bila dilihat dari sisi lainnya, Agus Hamdani belum memunyai prestasi yang menonjol selama ia menggantikan Aceng HM Fikri sebagai Bupati Garut.
“Sementara sosok Rudy Gunawan, setidaknya sudah beberapa kali mencalonkan diri sebagai Cabup Garut sejak Pilkada Garut 2004 lalu. Masyarakat otomatis sudah bisa mengenalnya. Tapi negatifnya, berbagai visi misi Rudy belum teruji dan masyarakat masih tidak yakin akan sosoknya,” katanya.
Namun, sambung Asep, pasangan ini diperkuat oleh sosok wakil dari Rudy Gunawan, Helmi Budiman, yang tidak lain adalah Ketua Komisi D DPRD Garut. Pada posisi ini, sosok dan kinerja Helmi jelas terlihat selama ia menjabat karena pekerjaannya selalu berhubungan dengan masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan.
“Apalagi sosok Helmi ini dilatarbelakangi oleh mesin politik PKS yang memang mumpuni. Inilah penyebab kenapa dua pasangan calon, antara pasangan Agus Hamdani dan juga Rudy Gunawan bisa mengungguli calon lainnya,” urainya.
Asep pun menilai dua pasangan lain yang menggaet artis, yakni pasangan Dedi Suryadi - Deddy Supriyadi (Deddy Dores) dan Ahmad Bajuri - An An Kusmardian (Ananda George), mengalami kegagalan dalam Pilkada Garut 2013. Sebab, kata dia, masyarakat Garut sudah memiliki trauma tersendiri dengan pasangan yang melibatkan artis.
“Berkaca pada pengalaman Aceng HM Fikri yang mengajak Diky Chandra beberapa waktu lalu, berikut beragam kegagalan keduanya saat memimpin Garut, itu membuat masyarakat trauma. Kegagalan dari segi figur artis ini kemudian diperparah dengan tidak berjalannya mesin politik semisal parpol pendukung dan tim sukses yang mengusung mereka,” ucapnya.
Dari data sementara, pasangan Dedi Suryadi - Deddy Supriyadi (Deddy Dores) yang berangkat dari jalur independen, harus puas memiliki raihan suara sekira 51.716 atau 5,55%. Sedangkan pasangan Ahmad Bajuri - An An Kusmardian (Ananda George), hanya bisa mengumpulkan 47.997 suara atau 4,69%.
“Dua pasangan ini jelas berada di posisi rendah bila dibandingkan dengan pasangan yang memiliki suara terbanyak. Cabup Dedi Suryadi dan Ahmad Bajuri yang melibatkan artis ini akan kesulitan mengejar pasangan dengan suara tertinggi,” katanya.
Terpisah, Divisi Teknis dan Kehumasan KPUD Kabupaten Garut Abdal mengatakan, pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp11 miliar untuk pilkada putaran kedua. Anggaran sebanyak itu telah dialokasikan dari total dana Pilkada Garut 2013 sebanyak Rp47 miliar.
“Suara yang sudah masuk sebanyak 1.022.706 dari total pemilih 1.760.130 jiwa. Penghitungan suara ini berasal dari tiap tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 42 kecamatan. Teknis penyampaian hasil pemilihan ini melalui telpon selulur dari petugas pemungutan suara ke komisi pemilihan. Saat ini tinggal 700 ribuan lagi, jadi pengaruh raihan suara tidak akan terlalu signifikan,” katanya.
KPUD Garut sendiri sudah menetapkan pemungutan suara untuk putaran ke dua pada 17 November 2013 mendatang. Jadwal tersebut akan dilaksanakan meskipun adanya gugatan dari pasangan calon yang tidak puas.
“Sementara untuk tahapan kampanye putaran kedua akan digelar pada 11-13 November 2013 kemudian,” imbuhnya.
Pengamat Ilmu Politik Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung Asep Warlan Yusuf mengatakan, kemungkinan ini didasarkan atas suara yang telah masuk ke Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Garut, sudah mencapai lebih dari 60%. Terhitung pukul 18.30 WIB, suara yang telah dikantongi KPUD Garut sebanyak 1.022.706 suara dari total 1.760.130 pemilih.
“Ada kemungkinan (dua putaran) begitu. Soalnya, dari data real count saat ini (kemarin) suaranya sudah lebih dari 60%,” kata Asep saat dihubungi kemarin.
Lebih jauh Asep menjelaskan, berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 yang kemudian diperbaharui oleh UU No 8 Tahun 2005 tentang pemerintahan daerah, pasangan calon yang memiliki suara di atas 30% dipastikan akan menjadi pemenang. Bila demikian, Pilkada Garut pun hanya akan berlangsung satu putaran.
“Sedangkan bila kondisinya masih dibawah 30%, maka hanya akan diputuskan pasangan dengan urutan suara tertinggi pertama dan kedua. Dengan begitu, Pilkada Garut bisa menjadi dua kali putaran,” jelasnya.
Pada pukul 18.30 WIB itu, setidaknya hanya ada dua pasangan Cabup dan Cawabup Garut yang memiliki raihan suara tertinggi. Mereka adalah pasangan Agus Hamdani-Abdusy Syakur Amin dengan raihan 234.358 suara atau sekira 22,92%, dan pasangan Rudy Gunawan-Helmi Budiman sebanyak 232.436 suara atau sekira 22,73%.
“Saya pikir dua pasangan ini sama kuat sementara ini. Bila diperhatikan lebih jauh, kedua pasangan itu sama-sama memiliki keunggulan dan kekurangan. Hal ini akan sangat memengaruhi jumlah raihan suara dari masyarakat. Sehingga tidak ada yang dominan dari keduanya, meski memang dua-duanya lebih tinggi dari 8 pasangan calon lainnya,” ungkapnya.
Ia menganalisa, sebagai calon incumbent, Agus Hamdani memiliki posisi kuat sebagai petahana. Namun bila dilihat dari sisi lainnya, Agus Hamdani belum memunyai prestasi yang menonjol selama ia menggantikan Aceng HM Fikri sebagai Bupati Garut.
“Sementara sosok Rudy Gunawan, setidaknya sudah beberapa kali mencalonkan diri sebagai Cabup Garut sejak Pilkada Garut 2004 lalu. Masyarakat otomatis sudah bisa mengenalnya. Tapi negatifnya, berbagai visi misi Rudy belum teruji dan masyarakat masih tidak yakin akan sosoknya,” katanya.
Namun, sambung Asep, pasangan ini diperkuat oleh sosok wakil dari Rudy Gunawan, Helmi Budiman, yang tidak lain adalah Ketua Komisi D DPRD Garut. Pada posisi ini, sosok dan kinerja Helmi jelas terlihat selama ia menjabat karena pekerjaannya selalu berhubungan dengan masyarakat di bidang pendidikan dan kesehatan.
“Apalagi sosok Helmi ini dilatarbelakangi oleh mesin politik PKS yang memang mumpuni. Inilah penyebab kenapa dua pasangan calon, antara pasangan Agus Hamdani dan juga Rudy Gunawan bisa mengungguli calon lainnya,” urainya.
Asep pun menilai dua pasangan lain yang menggaet artis, yakni pasangan Dedi Suryadi - Deddy Supriyadi (Deddy Dores) dan Ahmad Bajuri - An An Kusmardian (Ananda George), mengalami kegagalan dalam Pilkada Garut 2013. Sebab, kata dia, masyarakat Garut sudah memiliki trauma tersendiri dengan pasangan yang melibatkan artis.
“Berkaca pada pengalaman Aceng HM Fikri yang mengajak Diky Chandra beberapa waktu lalu, berikut beragam kegagalan keduanya saat memimpin Garut, itu membuat masyarakat trauma. Kegagalan dari segi figur artis ini kemudian diperparah dengan tidak berjalannya mesin politik semisal parpol pendukung dan tim sukses yang mengusung mereka,” ucapnya.
Dari data sementara, pasangan Dedi Suryadi - Deddy Supriyadi (Deddy Dores) yang berangkat dari jalur independen, harus puas memiliki raihan suara sekira 51.716 atau 5,55%. Sedangkan pasangan Ahmad Bajuri - An An Kusmardian (Ananda George), hanya bisa mengumpulkan 47.997 suara atau 4,69%.
“Dua pasangan ini jelas berada di posisi rendah bila dibandingkan dengan pasangan yang memiliki suara terbanyak. Cabup Dedi Suryadi dan Ahmad Bajuri yang melibatkan artis ini akan kesulitan mengejar pasangan dengan suara tertinggi,” katanya.
Terpisah, Divisi Teknis dan Kehumasan KPUD Kabupaten Garut Abdal mengatakan, pihaknya telah menganggarkan dana sebesar Rp11 miliar untuk pilkada putaran kedua. Anggaran sebanyak itu telah dialokasikan dari total dana Pilkada Garut 2013 sebanyak Rp47 miliar.
“Suara yang sudah masuk sebanyak 1.022.706 dari total pemilih 1.760.130 jiwa. Penghitungan suara ini berasal dari tiap tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 42 kecamatan. Teknis penyampaian hasil pemilihan ini melalui telpon selulur dari petugas pemungutan suara ke komisi pemilihan. Saat ini tinggal 700 ribuan lagi, jadi pengaruh raihan suara tidak akan terlalu signifikan,” katanya.
KPUD Garut sendiri sudah menetapkan pemungutan suara untuk putaran ke dua pada 17 November 2013 mendatang. Jadwal tersebut akan dilaksanakan meskipun adanya gugatan dari pasangan calon yang tidak puas.
“Sementara untuk tahapan kampanye putaran kedua akan digelar pada 11-13 November 2013 kemudian,” imbuhnya.
(lal)