27 murid SD keracunan
A
A
A
Sindonews.com - Kasus keracunan makanan kembali terjadi di Sleman. Kali ini menimpa 27 murid SD Krajan 1, Sidoluhur, Godean, Sleman.
Mereka mual setelah mengonsumsi permen yang dijajakan seorang penjual di sekolah tersebut.
27 siswa tersebut langsung dibawa ke Puskesmas Godean untuk mendapatkan tindakan medis. Setelah mendapatkan perawatan medis, akhirnya mereka sudah diperbolehkan pulang.
Kepala dinas kesehatan (Dinkes) Sleman Mafilinda Nuraini mengatakan untuk mengetahui apa penyebab terjadinya keracunan, sekarang sedang melakukan penelitian dan meminta keterangan kepada pihak-pihak yang berkompeten, termasuk mencari penjual permen tersebut, terutama dari mana permen itu.
“Sebab, dari keterangan seusai menjajakan permen langsung meninggalkan sekolah. Namun dari laporan petugas hari ini (kemarin), telah berhasil menemukan penjual permen tersebut dan dari pengakuannya, permen itu didapatkan dari pasar Ngijon, Moyudan, Sleman,” kata Mafilinda Nuraini, usai memberikan penjelasan soal adanya kuesioner penjarigan kesehatan peserta didik sekolah lanjutan, di kantor Humas Sleman,Jumat (6/9/2013).
Mafilinda menjelaskan setelah mengetahui asal-usul permen tersebut, akan mengambil sampel untuk penelitian sekaligus untuk mengetahui apakah permen itu diproduksi sendiri atau memesan dari tempat lain.
Dari hasil tersebut, sebagai dasar untuk menindaklanjuti dan mengungkap kasus tersebut.
“Kami juga akan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan instansi terkait,” paparnya.
Dinkes dan BPPOM sendiri sebenarnya terus melakukan monitoring, baik untuk kualitas makanan dan jananan maupun kesehatan kantin sekolah, termasuk juga menghimbau kepada anak didik untuk tidak jajan sembarangan dan tidak mengkonsumsi makanan yang tidak layak.
“Untuk pengawasan ini tidak hanya di kantin sekolah, namun juga pasar,” tandasnya.
Kabid Kurikulum dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman Sri Wantini menambahkan agar kasus tersebut tidak terulang, meminta kepala sekolah, untuk selektif dalam menyediakan makanan jajanan di kantin sekolah. Terutama bahan makanan yang aman.
“Namun, karena penjual makanan dan jajanan tidak hanya di kantin sekolah namun di luar sekolah juga ada, sehingga untuk pengawasannya tidak mudah," ungkapnya.
Mereka mual setelah mengonsumsi permen yang dijajakan seorang penjual di sekolah tersebut.
27 siswa tersebut langsung dibawa ke Puskesmas Godean untuk mendapatkan tindakan medis. Setelah mendapatkan perawatan medis, akhirnya mereka sudah diperbolehkan pulang.
Kepala dinas kesehatan (Dinkes) Sleman Mafilinda Nuraini mengatakan untuk mengetahui apa penyebab terjadinya keracunan, sekarang sedang melakukan penelitian dan meminta keterangan kepada pihak-pihak yang berkompeten, termasuk mencari penjual permen tersebut, terutama dari mana permen itu.
“Sebab, dari keterangan seusai menjajakan permen langsung meninggalkan sekolah. Namun dari laporan petugas hari ini (kemarin), telah berhasil menemukan penjual permen tersebut dan dari pengakuannya, permen itu didapatkan dari pasar Ngijon, Moyudan, Sleman,” kata Mafilinda Nuraini, usai memberikan penjelasan soal adanya kuesioner penjarigan kesehatan peserta didik sekolah lanjutan, di kantor Humas Sleman,Jumat (6/9/2013).
Mafilinda menjelaskan setelah mengetahui asal-usul permen tersebut, akan mengambil sampel untuk penelitian sekaligus untuk mengetahui apakah permen itu diproduksi sendiri atau memesan dari tempat lain.
Dari hasil tersebut, sebagai dasar untuk menindaklanjuti dan mengungkap kasus tersebut.
“Kami juga akan melakukan koordinasi dengan kepala sekolah dan instansi terkait,” paparnya.
Dinkes dan BPPOM sendiri sebenarnya terus melakukan monitoring, baik untuk kualitas makanan dan jananan maupun kesehatan kantin sekolah, termasuk juga menghimbau kepada anak didik untuk tidak jajan sembarangan dan tidak mengkonsumsi makanan yang tidak layak.
“Untuk pengawasan ini tidak hanya di kantin sekolah, namun juga pasar,” tandasnya.
Kabid Kurikulum dan Kesiswaan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Sleman Sri Wantini menambahkan agar kasus tersebut tidak terulang, meminta kepala sekolah, untuk selektif dalam menyediakan makanan jajanan di kantin sekolah. Terutama bahan makanan yang aman.
“Namun, karena penjual makanan dan jajanan tidak hanya di kantin sekolah namun di luar sekolah juga ada, sehingga untuk pengawasannya tidak mudah," ungkapnya.
(lns)