Warga Kulonprogo tolak pembangunan pabrik JMI
A
A
A
Sindonews.com – Puluhan warga yang tergabung dalam Paguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) Kulonprogo, menghadiri sosialisasi rencana pembangunan pabrik pig iron oleh PT Jogja Magasa iron (JMI) di Hotel Pandan Sari, Glagah.
Dalam pertemuan itu, warga yang berjumlah sekira 80 lebih itu menolak rencana JMI. Mereka justru meminta pemerintah meninjau kembali rencana pembangunan pabrik dan penambangan pasir besi di wilayah pesisir Kulonprogo.
Sebaliknya, JMI memilih tidak reaktif dan bersabar menyikapi penolakan tersebut. “Kami di sini menghadiri undangan Sekda Kulonprogo terkait rencana pembangunan pabrik pig iron oleh JMI. Ternyata warga tegas menolak rencana itu. Pemerintah seharusnya mendengarkan aspirasi mereka,” kata Sutar, Wakil Ketua PPLP, usai sosialisasi, Kamis (5/9/2013).
Menurut dia, penolakan warga bukan tanpa alasan. Sebab, dari sisi RT/RW, rencana pembangunan pabrik sudah tidak sesuai. Karena, Wates bukan wilayah industri. Pabrik, harusnya dibangun di wilayah Sentolo, sesuai ketentuan.
PPLP, mempertanyakan konsistensi pemkab menjalankan RTRW tersebut. Alasan lain, dari sisi ekonomi, kompensasi Rp75 ribu untuk setiap meter lahan yang direlakan warga tidak sesuai dengan keuntungan yang didapat, jika lahan itu digunakan bertani.
Di samping itu, PPLP dan warga tidak bisa menerima klaim JMI yang menyebut bahwa warga sepakat harga Rp75 ribu tidak dinegosiasikan lagi.
“Padahal kami tidak pernah merasa sepakat dengan harga tersebut. Selama ini yang dilakukan adalah kerja makelar tim dari mereka dan pemerintah yang door to door mendatangi warga. Itu pun dengan tekanan psikologis, bahkan cemoohan,” jelasnya.
Dalam pertemuan itu, warga yang berjumlah sekira 80 lebih itu menolak rencana JMI. Mereka justru meminta pemerintah meninjau kembali rencana pembangunan pabrik dan penambangan pasir besi di wilayah pesisir Kulonprogo.
Sebaliknya, JMI memilih tidak reaktif dan bersabar menyikapi penolakan tersebut. “Kami di sini menghadiri undangan Sekda Kulonprogo terkait rencana pembangunan pabrik pig iron oleh JMI. Ternyata warga tegas menolak rencana itu. Pemerintah seharusnya mendengarkan aspirasi mereka,” kata Sutar, Wakil Ketua PPLP, usai sosialisasi, Kamis (5/9/2013).
Menurut dia, penolakan warga bukan tanpa alasan. Sebab, dari sisi RT/RW, rencana pembangunan pabrik sudah tidak sesuai. Karena, Wates bukan wilayah industri. Pabrik, harusnya dibangun di wilayah Sentolo, sesuai ketentuan.
PPLP, mempertanyakan konsistensi pemkab menjalankan RTRW tersebut. Alasan lain, dari sisi ekonomi, kompensasi Rp75 ribu untuk setiap meter lahan yang direlakan warga tidak sesuai dengan keuntungan yang didapat, jika lahan itu digunakan bertani.
Di samping itu, PPLP dan warga tidak bisa menerima klaim JMI yang menyebut bahwa warga sepakat harga Rp75 ribu tidak dinegosiasikan lagi.
“Padahal kami tidak pernah merasa sepakat dengan harga tersebut. Selama ini yang dilakukan adalah kerja makelar tim dari mereka dan pemerintah yang door to door mendatangi warga. Itu pun dengan tekanan psikologis, bahkan cemoohan,” jelasnya.
(san)