1.829 warga Kabupaten Maros tidak bisa membaca
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 1.829 orang di Kabupaten Maros, masih mengalami buta aksara. Angka itu didapat dari Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Maros. Penderita buta aksara itu bervariasi, mulai usia 15 tahun.
"Kita masih akan melakukan validasi apakah memang angka itu masih seperti itu atau sudah mulai turun. Tapi ini merupakan data terakhir yang ada pada kami," ujar Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Maros Andi Tabbu, kepada wartawan, Rabu (4/9/2013).
Ditambahkan dia, pihaknya telah melakukan pengentasan buta aksara lewat pelatihan baca tulis kepada warga. Pelatihan diberikan langsung kepada warga secara berkala, didampingi tutor yang telah disiapkan.
"Kita sudah siapkan tutor untuk mengajar baca, tulis, dan keterampilan. Pembelajaran ini, kami lakukan tiga kali seminggu selama enam bulan," katanya.
Dia menjelaskan, tidak hanya baca tulis, biasanya tutor juga mengajari mereka keterampilan yang disesuaikan dengan khas daerah tempat tinggal mereka.
"Jika di daerahnya banyak bahan baku pembuat kue, maka para warga diajari mengolahnya. Tapi kalau penghasil bambu, maka diajari membuat anyaman bambu," sebutnya.
"Kita masih akan melakukan validasi apakah memang angka itu masih seperti itu atau sudah mulai turun. Tapi ini merupakan data terakhir yang ada pada kami," ujar Kepala Bidang Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Maros Andi Tabbu, kepada wartawan, Rabu (4/9/2013).
Ditambahkan dia, pihaknya telah melakukan pengentasan buta aksara lewat pelatihan baca tulis kepada warga. Pelatihan diberikan langsung kepada warga secara berkala, didampingi tutor yang telah disiapkan.
"Kita sudah siapkan tutor untuk mengajar baca, tulis, dan keterampilan. Pembelajaran ini, kami lakukan tiga kali seminggu selama enam bulan," katanya.
Dia menjelaskan, tidak hanya baca tulis, biasanya tutor juga mengajari mereka keterampilan yang disesuaikan dengan khas daerah tempat tinggal mereka.
"Jika di daerahnya banyak bahan baku pembuat kue, maka para warga diajari mengolahnya. Tapi kalau penghasil bambu, maka diajari membuat anyaman bambu," sebutnya.
(san)