Kurang air, sirami tanaman sedot air kolam Partinah
A
A
A
Sindonews.com - Musim panas yang melanda kota Solo, membuat pasokan air di Taman Balekambang menurun. Alhasil, untuk merawat pohon dan rumput yang ada di Taman Balekambang, pihak pengelola Taman Balekambang terpaksa menyedot air di kolam air Partinah.
“Pasokan air di sini berasal dari Waduk Cengklik. Kalau pas musim hujan, pasokan air banyak. Tapi situasi seperti ini, pasokannya sangat sedikit. Akhirnya kami terpaksa menyedot air di kolam air Partinah dengan menggunakan dua buah diesel untuk menyirami tanaman dan rumput yang ada di taman,” jelas kepala UPTD Taman Balekambang, Endang Sri Murniyati, saat ditemui wartawan di Taman Balekambang, Selasa (3/9).
Endang menjelaskan, kolam tersebut selain berfungsi sebagai arena tempat bermain air juga merupakan tandon air. Kolam tersebut mampu menampung air 8000 liter.
“Air dari kolam dari Waduk Cengklik. Kalau kondisi seperti ini, kita pakai air kolam untuk menyirami. Soalnya kalau panas seperti ini tanahnya cepat kering,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk proses penyiramannya dibagi beberapa kali. Missal untuk pagi hari, petugas akan menyirami tanaman di kawasan sebelah barat, kemudian siangnya dilanjutkan di sebelah tengah. Dan terakhir di ujung timur.
“Penyiramannya untuk tiap-tiap zona sehari satu kali, tapi langsung banyak. Karena sumbernya dari kolam, kami terpaksa menyambung selang hingga beberapa meter panjangngnya,” katanya.
Untuk saat ini, pihaknya mengaku kewalahan, pasalnya luasa di Taman Balekambang totalnya mencapi, 7,4 hektar. Sedangkan jumlah pekerja hanya 13 orang, dan pasokan air kian menipis.
“Di taman luasanya 5,4 hektar, sedangkan di arena outbond 2 hektar. Kemudian dari 13 pekerja, tiga pekerja khusus ada bekerja di gedung, dan 10 sisanya bekerja di lapangan dengan pekerjaan menyapu dan menyiram,” ujarnya.
Kemudian, selain persoalan pasokan air yang kurang, saat ini banyak daun-daun dari pepohonan yang rontok. Menurut Endang, kini sampah di Taman Balekambang didominasi oleh dedaunan yang rontok oleh karena panas.
“Daun yang rontok sangat banyak. Oleh petugas, daun itu kita kumpulkan dan kita jadikan pupuk kompos. Kalau sampah non organik kita buang ke TPA,” katanya.
Sementara itu, Doni Sofyan (25), salah seorang pengunjung mengaku prihatin dengan kondisi Taman Balekambang. Selain tanah terlihat kering, banyak debu yang bertebaran jika ada angin. Situasi ini menurutnya cukup mengganggu pengunjung.
“Kami berharap agar kondisi taman bisa jauh lebih terawat. Mungkin dibantu dengan penyedian pasokan air oleh pemerintah. Sehingga tidak menyedot taman. Kasian juga kalau air di taman disedot, jika dilihan kurang enak karena airnya berkurang,” katanya.
“Pasokan air di sini berasal dari Waduk Cengklik. Kalau pas musim hujan, pasokan air banyak. Tapi situasi seperti ini, pasokannya sangat sedikit. Akhirnya kami terpaksa menyedot air di kolam air Partinah dengan menggunakan dua buah diesel untuk menyirami tanaman dan rumput yang ada di taman,” jelas kepala UPTD Taman Balekambang, Endang Sri Murniyati, saat ditemui wartawan di Taman Balekambang, Selasa (3/9).
Endang menjelaskan, kolam tersebut selain berfungsi sebagai arena tempat bermain air juga merupakan tandon air. Kolam tersebut mampu menampung air 8000 liter.
“Air dari kolam dari Waduk Cengklik. Kalau kondisi seperti ini, kita pakai air kolam untuk menyirami. Soalnya kalau panas seperti ini tanahnya cepat kering,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk proses penyiramannya dibagi beberapa kali. Missal untuk pagi hari, petugas akan menyirami tanaman di kawasan sebelah barat, kemudian siangnya dilanjutkan di sebelah tengah. Dan terakhir di ujung timur.
“Penyiramannya untuk tiap-tiap zona sehari satu kali, tapi langsung banyak. Karena sumbernya dari kolam, kami terpaksa menyambung selang hingga beberapa meter panjangngnya,” katanya.
Untuk saat ini, pihaknya mengaku kewalahan, pasalnya luasa di Taman Balekambang totalnya mencapi, 7,4 hektar. Sedangkan jumlah pekerja hanya 13 orang, dan pasokan air kian menipis.
“Di taman luasanya 5,4 hektar, sedangkan di arena outbond 2 hektar. Kemudian dari 13 pekerja, tiga pekerja khusus ada bekerja di gedung, dan 10 sisanya bekerja di lapangan dengan pekerjaan menyapu dan menyiram,” ujarnya.
Kemudian, selain persoalan pasokan air yang kurang, saat ini banyak daun-daun dari pepohonan yang rontok. Menurut Endang, kini sampah di Taman Balekambang didominasi oleh dedaunan yang rontok oleh karena panas.
“Daun yang rontok sangat banyak. Oleh petugas, daun itu kita kumpulkan dan kita jadikan pupuk kompos. Kalau sampah non organik kita buang ke TPA,” katanya.
Sementara itu, Doni Sofyan (25), salah seorang pengunjung mengaku prihatin dengan kondisi Taman Balekambang. Selain tanah terlihat kering, banyak debu yang bertebaran jika ada angin. Situasi ini menurutnya cukup mengganggu pengunjung.
“Kami berharap agar kondisi taman bisa jauh lebih terawat. Mungkin dibantu dengan penyedian pasokan air oleh pemerintah. Sehingga tidak menyedot taman. Kasian juga kalau air di taman disedot, jika dilihan kurang enak karena airnya berkurang,” katanya.
(lns)