Dilarang, pedagang asongan nekat jualan di dalam KA
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan pedagang asongan yang ada di Stasiun Solo Jebres, nekat berjualan di dalam Kereta Api meski PT KAI sudah mengeluarkan larangannya.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, para pedagang asongan yang jumlahnya lebih dari 50 orang tersebut mulai menata barang dagangannya di sekitar stasiun sejak pagi hari.
Barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang itu juga bermacam-macam. Mulai dari nasi bungkus, oleh-oleh khas Solo serta mainan anak-anak tertata rapi di tas-tas dagangan milik mereka.
Sebelum ada kereta api yang berhenti para pedagang asongan tersebut terlebih dahulu menjajakan barang dagangan mereka di lobi stasiun yang merupakan lokasi yang diperbolehkan berjualan.
Tepat pukul 09.00 WIB, ketika Kereta Api Sri Tanjung Jurusan Jogja-Banyuwangi berhenti di stasiun pedagang langsung naik ke atas gerbong. Mereka menerobos para petugas keamanan yang berjaga-jaga di tiap pintu gerbong.
Akibat tidak kuasa menahan para pedagang tersebut, akhirnya para petugas keamanan berusaha merelakan para asongan itu naik ke dalam gerbong dan menjajakan barang dagangan mereka.
Kejadian tersebut berulang ketika Kereta Api Logawa Jurusan Purwokerto-Jember dan Kereta Krakatau Jurusan Madiun-Banten berhenti di stasiun itu.
Bahkan banyak pedagang asongan tetap berjualan meski kereta sudah meninggalkan Stasiun Solo Jebres.
Keterangan yang didapatkan dari para pedagang asongan menyebutkan, aksi nekat itu memang terpaksa dilakukan oleh para pedagang. Menurutnya jika mereka tidak nekat berjualan maka mereka susah mendapatkan penghasilan.
Salah seorang pedagang, Yanti, larangan PT KAI membuat pendapatanya menurun drastis. Jika sebelumnya ia bisa mengumpulkan laba bersih Rp75.000 per hari, kini ia hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp7.500 hingga Rp10.000 setiap harinya.
“Kalau tidak nekat berjualan di dalam gerbong ya tidak dapat uang. Padahal kami itu berjualan untuk menghidupi keluarga dan anak-anak kami yang masih sekolah,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Solo Jebres, Eksam Puji Santoso, enggan dimintai keterangan terkait dengan aksi nekat yang dilakukan oleh para pedagang tersebut.
Asisten Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi VI Jogja yang ada di lokasi juga enggan memberikan keterangan mengenai benyaknya pedagang yang ikut masuk ke dalam kereta tersebut.
Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, para pedagang asongan yang jumlahnya lebih dari 50 orang tersebut mulai menata barang dagangannya di sekitar stasiun sejak pagi hari.
Barang dagangan yang dibawa oleh para pedagang itu juga bermacam-macam. Mulai dari nasi bungkus, oleh-oleh khas Solo serta mainan anak-anak tertata rapi di tas-tas dagangan milik mereka.
Sebelum ada kereta api yang berhenti para pedagang asongan tersebut terlebih dahulu menjajakan barang dagangan mereka di lobi stasiun yang merupakan lokasi yang diperbolehkan berjualan.
Tepat pukul 09.00 WIB, ketika Kereta Api Sri Tanjung Jurusan Jogja-Banyuwangi berhenti di stasiun pedagang langsung naik ke atas gerbong. Mereka menerobos para petugas keamanan yang berjaga-jaga di tiap pintu gerbong.
Akibat tidak kuasa menahan para pedagang tersebut, akhirnya para petugas keamanan berusaha merelakan para asongan itu naik ke dalam gerbong dan menjajakan barang dagangan mereka.
Kejadian tersebut berulang ketika Kereta Api Logawa Jurusan Purwokerto-Jember dan Kereta Krakatau Jurusan Madiun-Banten berhenti di stasiun itu.
Bahkan banyak pedagang asongan tetap berjualan meski kereta sudah meninggalkan Stasiun Solo Jebres.
Keterangan yang didapatkan dari para pedagang asongan menyebutkan, aksi nekat itu memang terpaksa dilakukan oleh para pedagang. Menurutnya jika mereka tidak nekat berjualan maka mereka susah mendapatkan penghasilan.
Salah seorang pedagang, Yanti, larangan PT KAI membuat pendapatanya menurun drastis. Jika sebelumnya ia bisa mengumpulkan laba bersih Rp75.000 per hari, kini ia hanya mampu mengumpulkan uang sebanyak Rp7.500 hingga Rp10.000 setiap harinya.
“Kalau tidak nekat berjualan di dalam gerbong ya tidak dapat uang. Padahal kami itu berjualan untuk menghidupi keluarga dan anak-anak kami yang masih sekolah,” ucapnya.
Sementara itu, Kepala Stasiun Solo Jebres, Eksam Puji Santoso, enggan dimintai keterangan terkait dengan aksi nekat yang dilakukan oleh para pedagang tersebut.
Asisten Manajer Humas PT KAI Daerah Operasi VI Jogja yang ada di lokasi juga enggan memberikan keterangan mengenai benyaknya pedagang yang ikut masuk ke dalam kereta tersebut.
(lns)