Nahdliyin, terpecah dalam politik, bersatu dalam tahlil

Kamis, 22 Agustus 2013 - 10:53 WIB
Nahdliyin, terpecah...
Nahdliyin, terpecah dalam politik, bersatu dalam tahlil
A A A
Sindonews.com - Majunya dua kader terbaik Nahdhotul Ulama (NU) di Pilgub Jatim membuat warga Nahdliyin terpecah. Pasalnya, dua kader tersebut, yakni Saifullah Yusuf (Ketua PBNU) dan Khofifah Indar Parawansa (Ketua Muslimat NU) sama-sama memiliki basis massa yang kuat dan juga kontribusi terhadap NU.

"Pilgub Jatim ini, NU dalam posisi dilematis. Bahkan, membuat warga Nahdliyin terpecah. Dan yang harus diwaspadai adalah pihak-pihak yang menarik keutungan dibalik problematika NU ini," kata Ketua PCNU Jember, KH Abdullah Syamsul, saat dihubungi, Kamis (22/8/2013).

Dalam pandangan politik NU memang terpecah karena sama-sama logis dalam menentukan pilihan. Namun, dalam urusan keagamaan seperti Tahlil warga NU sangat solid dan bersatu.

Pria yang akrab disapa Gus Aab ini juga menyebut, secara kelembagaan sikap yang diambil oleh struktural NU sudah benar. Yakni dalam posisi zero atau netral. Sehingga, pilihan itu dikembalikan kepada warga Nahdliyin. Nahdliyin sendiri terdapat NU Struktural dan Kultural.

Ia mencotohkan, di Pilgub 2008 lalu, NU terlihat pecah. Dimana, jaringan struktural mengarahkan ke pasangan Khofifah-Mujiono (KaJi Manteb) sementara Kultural kepada Pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa). Kata Gus Aab, jangan sampai hal itu terjadi di Pilgub Jatim 2013.

Gus Aab mencontohkan, di Pilkada Pasuruan lima tahun lalu, dua kader kuat NU saling bertarung, yakni Jusbakir Aldjufri dan Mujamil. Namun, dua kader NU itu harus terpental dan pemenangya adalah Dede Angga yang diusung oleh PDIP.

Di Pilgub Jatim ini, pasangan BDH-Said bisa diuntungkan karena Massa PDIP yang cukup solid. Mereka tinggal mencari tambahan massa lain di luar PDIP.

"Pak Said punya suara kuat di Madura dan bisa meraih pendukung di sana," kata pria yang pernah menjadi calon wakil bupati Jember ini.

Sebagai Kader NU, Gus Aab berharap ada warga Nahdliyin yang menduduki pimpinan di Pilgub Jatim, terlepas menjadi Gubernur atau Wakil Gubernur. Dengan demikian, konsolidasi politik lima tahun ke depan akan terjaga.

Jika NU gagal mendudukkan kadernya di posisi pemimpin Jawa Timur, maka konsolidasi sulit dilakukan. Ia juga meminta, baik kepada Khofifah maupun Gus Ipul untuk tidak terkonsentrasi berebut massa NU. Melainkan harus menarik simpati warga-warga di luar NU.

"Lebarkan sayap, jangan sampai ada gesekan. Banyak potensi yang bisa dimaksimalkan, seperti segmen anak muda dan lain-lain" katanya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8046 seconds (0.1#10.140)