Kamis, hari wajib berburu tikus
A
A
A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Musi Rawas (Mura) melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Kabupaten bersama masyarakat mengagendakan hari Kamis sebagai hari wajib berburu tikus.
"Kami sudah direncanakan untuk berburu tikus secara massal (Gropyokan). Sehingga, semakin intensif semakin baik untuk menumpas hama tikus di tanaman padi," tegas Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Mura, Suharto, Jumat (16/8/2013).
Menurutnya, pematenan hari berburu hama tikus dilakukan petani Desa L Sidoharjo. Bahkan pematenan ini hari ini agar seluruh komponen terkait tidak hanya petani gencar berburu tikus yang merusak tanaman padi. Sehingga, ketika hama tikus tidak menyerang lagi diharapkan peningkatan hasil panen.
Sebab, peningkatan hasil panen tidak hanya dipengaruhi air dari irigrasi yang cukup, perawatan tanaman padi. Tetapi, pembasmian hama yang merusak tanaman padi. Untuk hama tikus sudah menjadi momok petani di Kecamatan Tugumulyo dan tikus menjadi primadona ketika musim tanam petani padi.
Selain itu, Pemkab Mura juga memberikan intensif kepada petani dan masyarakat yang melakukan propyokan seekor tikus seharga Rp1.000,- yang berhasil ditangkap. Meskipun sudah dilakukan pembasmian secara hama tikus tetap menyerang karena perkembangbiakannya cukup cepat sehingga jika diakumulasikan dalam satu tahun setiap pasangan tikus bisa berkembangbiak sebanyak 2.048 ekor tikus.
Suharto menjelaskan, setelah menjadikan Kamis hari beburu tikus. Ke depan, yang dipikirkan adalah bagaimana cara agar bangkai tikus bisa dijadikan sebagai pupuk. Sebab, jika perolehan tikus cukup banyak tentunya akan menimbulkan bau yang tak sedap.
Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman (Perlintan), Fandi Effendi, mengaku pihaknya sudah mendapatkan informasi adanya teknik bangkai tikus dijadikan sebagai pupuk melalui sistem fermentasi.
Bahkan, setelah difermentasi lahan pertanian tadi disiram menggunakan pupuk berbahan tikus itu maka sangat menyuburkan tanah dan menyuburkan tanaman padi.
"Segera kita pelajari dan sosialisasikan fermentasi bangkai tikus tersebut. Sehingga menjadi pupuk dan dapat digunakan oleh petani nantinya," pungkasnya.
"Kami sudah direncanakan untuk berburu tikus secara massal (Gropyokan). Sehingga, semakin intensif semakin baik untuk menumpas hama tikus di tanaman padi," tegas Kepala Dinas (Kadis) Tanaman Pangan dan Holtikultura (TPH) Kabupaten Mura, Suharto, Jumat (16/8/2013).
Menurutnya, pematenan hari berburu hama tikus dilakukan petani Desa L Sidoharjo. Bahkan pematenan ini hari ini agar seluruh komponen terkait tidak hanya petani gencar berburu tikus yang merusak tanaman padi. Sehingga, ketika hama tikus tidak menyerang lagi diharapkan peningkatan hasil panen.
Sebab, peningkatan hasil panen tidak hanya dipengaruhi air dari irigrasi yang cukup, perawatan tanaman padi. Tetapi, pembasmian hama yang merusak tanaman padi. Untuk hama tikus sudah menjadi momok petani di Kecamatan Tugumulyo dan tikus menjadi primadona ketika musim tanam petani padi.
Selain itu, Pemkab Mura juga memberikan intensif kepada petani dan masyarakat yang melakukan propyokan seekor tikus seharga Rp1.000,- yang berhasil ditangkap. Meskipun sudah dilakukan pembasmian secara hama tikus tetap menyerang karena perkembangbiakannya cukup cepat sehingga jika diakumulasikan dalam satu tahun setiap pasangan tikus bisa berkembangbiak sebanyak 2.048 ekor tikus.
Suharto menjelaskan, setelah menjadikan Kamis hari beburu tikus. Ke depan, yang dipikirkan adalah bagaimana cara agar bangkai tikus bisa dijadikan sebagai pupuk. Sebab, jika perolehan tikus cukup banyak tentunya akan menimbulkan bau yang tak sedap.
Terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman (Perlintan), Fandi Effendi, mengaku pihaknya sudah mendapatkan informasi adanya teknik bangkai tikus dijadikan sebagai pupuk melalui sistem fermentasi.
Bahkan, setelah difermentasi lahan pertanian tadi disiram menggunakan pupuk berbahan tikus itu maka sangat menyuburkan tanah dan menyuburkan tanaman padi.
"Segera kita pelajari dan sosialisasikan fermentasi bangkai tikus tersebut. Sehingga menjadi pupuk dan dapat digunakan oleh petani nantinya," pungkasnya.
(rsa)