Cerita hidup Muhyaroh, si dukun jagal asal Magelang
A
A
A
Sindonews.com - Muhyaroh (45), tersangka kasus dugaan penggandaan uang dan pembunuhan sadis memang sudah dikenal sebagai orang yang berkepribadian buruk sejak kecil oleh para tetangganya di Dusun Petung, Desa Ngemplak, Kecamatan Windusari, Kabupaten Magelang.
Di usianya yang masih bocah, Muhyaroh kerap memusingkan kedua orangtuanya dengan ulah nakal yang tidak lumrah sebagaimana anak kebanyakan.
Sifat buruk itu terus melekat seiring bertambahnya usia Muhyaroh yang menginjak remaja. Bahkan dia kerap kerpergok mencuri barang-barang di warung milik tetangganya. Hingga warga yang berada di sekitar Muhyaroh pun geram dan sempat menjemput paksa untuk dilakukan sidang di Balai Desa setempat.
Namun, tindakan warga itu belum membuat Muhyaroh jera. Pria kelahiran Magelang, 25 Juli 1972 ini justru semakin lihai dalam mencuri. Selain barang-barang di warung, dia pun mulai menggasak hewan ternak seperti kambing dan sapi.
Pada 2005 dia kembali digiring ke Balai Desa karena aksinya mencuri sapi milik tetangganya dapat diketahui oleh warga. Namun, kasus ini hanya sampai di perangkat desa dan tidak sampai ke ranah hukum.
“Dari kecil memang sudah bertabiat buruk. Orangtuanya saja seperti sudah tidak mengakuinya lagi, karena memang nakal,” ungkap Sekretaris Desa Ngemplak, Hisam Ali Tholib kepada Sindo, Senin (29/7/2013).
Hisam juga menceritakan bahwa Muhyaroh pernah dipenjara dalam kasus penipuan dan pencurian. Namun, untuk tahun kejadian, Hisam tidak mengungkapkan secara rinci.
“Kalau tahunnya saya lupa. Tapi seingat saya sudah dua kali masuk penjara,” katanya.
Kendati demikian, lanjut Hisam, tersangka terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti dan pengajian tahlil. Selain itu, dalam keseharian, warga mengenalnya sebagai seorang petani biasa.
“Namun hanya sebatas mengikuti kegiatan. Ya tidak sampai ngobrol detil tentang kehidupannya,” paparnya.
Kehidupan Muhyaroh mulai mengalami perubahan sejak tiga tahun terakhir. Mulai membangun keluarga dengan Sukamtiyah, istrinya yang sederhana dan memiliki dua orang putra hingga dia kembali mempersunting wanita bernama Sri, warga Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
Setelah pernikahan yang kedua itu, Muhyaroh membangun sebuah rumah yang cukup besar ketimbang rumah warga yang lain. Rumah yang dihuni bersama istri mudanya itu selalu tertutup dan tidak ada warga yang tahu secara detil kondisi rumah tersebut.
“Rumahnya berdiri sendiri, tidak ada tetangganya. Kalau mau ke sana harus melewati sebuah jembatan yang terbuat dari bambu. Jembatan itu hanya bisa dilewati sepeda motor, kalau mobil tidak bisa,” tutur Hisam.
Sejak saat itu, kehidupan Muhyaroh menjadi semakin tertutup. Selain sering bersama istri mudanya, pria yang dikenal sebagai dukun pengganda uang ini kerap didatangi orang-orang asing pada tengah malam.
“Masyarakat tidak tahu tamu itu punya maksud apa. Setahu kami, Muhyaroh itu seorang petani. Tapi biasanya dia didatangi orang yang kebanyakan membawa mobil pada malam hari,” ujar Hisam lagi.
Hisam menambahkan, masyarakat hanya bertanya-tanya tentang kehidupan Muhyaroh yang sejak tiga tahun terakhir menjadi sangat kaya. Selain membangun rumah baru, tersangka juga memiliki tiga mobil diantaranya Suzuki Futura, Suzuki Innova, dan Katana.
“Kerjanya apa ya, kok mendadak banyak uang. Hanya bertanya-tanya,” imbuhnya.
Sehingga saat Dusun Petung, Desa Ngemplak didatangi sejumlah polisi beberapa waktu pihaknya mengaku kaget dan panik. Apalagi, dikabarkan di wilayahnya terjadi pembunuhan yang dilakukan Muhyaroh.
“Namanya juga orang desa, kalau ada yang berhubungan seperti itu (kasus pembunuhan) takut terbawa-bawa. Tapi setelah ditemukan mayat korban, kondisi wargan sudah mulai tenang. Saya berharap warga untuk tetap tenang, dan semoga kejadian ini tidak terulang lagi di sini,” titahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tim Gabungan Polda Jawa Tengah dan Polres Kabupaten Magelang berhasil menemukan tiga mayat yang terkubur di tegalan milik Muhyaroh, Minggu (27/7). Satu mayat diantaranya adalah Yulanda Irfan, anak seorang Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Dr Barda Nawawi SH.
Saat ini, Muhyaroh sudah tewas setelah nekat terjun ke jurang sedalam sekira 100 meter. Naas, aksi bunuh diri tersebut juga menewaskan Kanit Resmob Polda Jateng, AKP Yahya R Lihu yang waktu itu sedang melakukan penyelidikan kasusu hilangnya Yulanda Irfan.
Tersangka terjun setelah menunjukkan lokasi pemakaman para korban yang dibunuhnya. Yakni yang hanya berjarak sekira dua meter dari jurang tersebut.
Yahroni (41), seorang warga setempat mengaku heran dengan kekayaan yang dimiliki Muhyaroh. Selama ini, warga hanya mengenal sebagai petani biasa dengan lahan kebun yang wajar.
“Dulu orang nakal, tahu-tahu jadi kaya,” tandasnya.
Di usianya yang masih bocah, Muhyaroh kerap memusingkan kedua orangtuanya dengan ulah nakal yang tidak lumrah sebagaimana anak kebanyakan.
Sifat buruk itu terus melekat seiring bertambahnya usia Muhyaroh yang menginjak remaja. Bahkan dia kerap kerpergok mencuri barang-barang di warung milik tetangganya. Hingga warga yang berada di sekitar Muhyaroh pun geram dan sempat menjemput paksa untuk dilakukan sidang di Balai Desa setempat.
Namun, tindakan warga itu belum membuat Muhyaroh jera. Pria kelahiran Magelang, 25 Juli 1972 ini justru semakin lihai dalam mencuri. Selain barang-barang di warung, dia pun mulai menggasak hewan ternak seperti kambing dan sapi.
Pada 2005 dia kembali digiring ke Balai Desa karena aksinya mencuri sapi milik tetangganya dapat diketahui oleh warga. Namun, kasus ini hanya sampai di perangkat desa dan tidak sampai ke ranah hukum.
“Dari kecil memang sudah bertabiat buruk. Orangtuanya saja seperti sudah tidak mengakuinya lagi, karena memang nakal,” ungkap Sekretaris Desa Ngemplak, Hisam Ali Tholib kepada Sindo, Senin (29/7/2013).
Hisam juga menceritakan bahwa Muhyaroh pernah dipenjara dalam kasus penipuan dan pencurian. Namun, untuk tahun kejadian, Hisam tidak mengungkapkan secara rinci.
“Kalau tahunnya saya lupa. Tapi seingat saya sudah dua kali masuk penjara,” katanya.
Kendati demikian, lanjut Hisam, tersangka terlibat aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti kerja bakti dan pengajian tahlil. Selain itu, dalam keseharian, warga mengenalnya sebagai seorang petani biasa.
“Namun hanya sebatas mengikuti kegiatan. Ya tidak sampai ngobrol detil tentang kehidupannya,” paparnya.
Kehidupan Muhyaroh mulai mengalami perubahan sejak tiga tahun terakhir. Mulai membangun keluarga dengan Sukamtiyah, istrinya yang sederhana dan memiliki dua orang putra hingga dia kembali mempersunting wanita bernama Sri, warga Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang.
Setelah pernikahan yang kedua itu, Muhyaroh membangun sebuah rumah yang cukup besar ketimbang rumah warga yang lain. Rumah yang dihuni bersama istri mudanya itu selalu tertutup dan tidak ada warga yang tahu secara detil kondisi rumah tersebut.
“Rumahnya berdiri sendiri, tidak ada tetangganya. Kalau mau ke sana harus melewati sebuah jembatan yang terbuat dari bambu. Jembatan itu hanya bisa dilewati sepeda motor, kalau mobil tidak bisa,” tutur Hisam.
Sejak saat itu, kehidupan Muhyaroh menjadi semakin tertutup. Selain sering bersama istri mudanya, pria yang dikenal sebagai dukun pengganda uang ini kerap didatangi orang-orang asing pada tengah malam.
“Masyarakat tidak tahu tamu itu punya maksud apa. Setahu kami, Muhyaroh itu seorang petani. Tapi biasanya dia didatangi orang yang kebanyakan membawa mobil pada malam hari,” ujar Hisam lagi.
Hisam menambahkan, masyarakat hanya bertanya-tanya tentang kehidupan Muhyaroh yang sejak tiga tahun terakhir menjadi sangat kaya. Selain membangun rumah baru, tersangka juga memiliki tiga mobil diantaranya Suzuki Futura, Suzuki Innova, dan Katana.
“Kerjanya apa ya, kok mendadak banyak uang. Hanya bertanya-tanya,” imbuhnya.
Sehingga saat Dusun Petung, Desa Ngemplak didatangi sejumlah polisi beberapa waktu pihaknya mengaku kaget dan panik. Apalagi, dikabarkan di wilayahnya terjadi pembunuhan yang dilakukan Muhyaroh.
“Namanya juga orang desa, kalau ada yang berhubungan seperti itu (kasus pembunuhan) takut terbawa-bawa. Tapi setelah ditemukan mayat korban, kondisi wargan sudah mulai tenang. Saya berharap warga untuk tetap tenang, dan semoga kejadian ini tidak terulang lagi di sini,” titahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Tim Gabungan Polda Jawa Tengah dan Polres Kabupaten Magelang berhasil menemukan tiga mayat yang terkubur di tegalan milik Muhyaroh, Minggu (27/7). Satu mayat diantaranya adalah Yulanda Irfan, anak seorang Guru Besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof Dr Barda Nawawi SH.
Saat ini, Muhyaroh sudah tewas setelah nekat terjun ke jurang sedalam sekira 100 meter. Naas, aksi bunuh diri tersebut juga menewaskan Kanit Resmob Polda Jateng, AKP Yahya R Lihu yang waktu itu sedang melakukan penyelidikan kasusu hilangnya Yulanda Irfan.
Tersangka terjun setelah menunjukkan lokasi pemakaman para korban yang dibunuhnya. Yakni yang hanya berjarak sekira dua meter dari jurang tersebut.
Yahroni (41), seorang warga setempat mengaku heran dengan kekayaan yang dimiliki Muhyaroh. Selama ini, warga hanya mengenal sebagai petani biasa dengan lahan kebun yang wajar.
“Dulu orang nakal, tahu-tahu jadi kaya,” tandasnya.
(rsa)