Wonogiri marak aksi penebangan hutan

Jum'at, 26 Juli 2013 - 17:07 WIB
Wonogiri marak aksi penebangan hutan
Wonogiri marak aksi penebangan hutan
A A A
Sindonews.com - Penebangan hutan lindung kian marak terjadi di Kabupaten Wonogiri beberapa tahun terakhir. Akibat banyaknya penebangan liar di hutan lindung tersebut Perhutani menderita kerugian sampai ratusan juta rupiah khusus di Kabupaten Wonogiri.

Keterangan yang didapatkan dari Perum Perhutani Solo, menyebutkan sejak tahun 2009-2013 ini, kerugian akibat hutan lindung tersebut mencapai sekira Rp420 juta lebih.

Pejabat Humas Perum Perhutani KPH Surakarta, Kusdaryono, menyebutkan pada 2009 sekira 95 kejadian dengan total kayu yang tersisa sebanyak 395 tunggak dengan total nilai kerugian sebesar Rp61,3 juta.

Untuk Tahun 2010, menurutnya ada 45 kejadian dengan sisa kayu 244 tunggak atau setara Rp26,8 juta. Pada 2011 sekitar 88 kejadian ada sisa kayu 399 tunggak dengan nilai kerugian Rp178 juta, 2012 sekira 42 kejadian dengan sisa kayu 169 tunggak atau senilai Rp132 juta.

Sedangkan pada 2013 ini menurutnya sampai bulan Juni ada 11 kejadian dengan sisa kayu 38 tunggak dan taksiran nilai kerugiannya Rp22 juta.

“Kejadiannya sangat banyak, sejak empat tahun terakhir ini, ini kemungkinan karena kesadaran masyarakat yang rendah untuk menjaga hutan lindung yang ada di Kawasan Wonogiri. Di kawasan Wonogiri biasanya jati dan pinus” ucapnya kepada Wartawan, Jumat (26/7) siang.

Kusdaryono mengatakan, pihak perhutani telah mendeteksi adanya penebangan liar tersebut sejak lama. Akan tetapi pihak perhutani kesulitan untuk mengungkap para pelaku penebangan liar di kawasan tersebut. pasalnya para pelaku selalu kucing-kucingan dengan pihak petugas dari perhutani yang selalu berpatroli di kawasan tersebut.

Saat ini pihaknya terus melakukan sosialisasi kepada para masyarakat mengenai pentingnya menjaga hutan. Dengan sosialasi tersebut nantinya kesadaran masyarakat untuk menjaga hutan semakin tinggi, sehingga penebangan hutan secara liar tersebut bisa diminimalisasi dan hutan akan tetap terjaga.

“Kita akan melakukan penanganan secara persuasif kepada masyarakat, selain itu kita akan menggandeng aktifis pecinta alam dan TNI Polri untuk menjaga hutan tersebut,” sambungnya.

Sementara itu salah seorang pengusaha jual beli kayu asal Kota Solo, Sarwoto, mengatakan distribusi kayu-kayu hasil curian itu sulit terdeteksi. Pasalnya kayu curian itu susah untuk dibawa keluar dari wilayah Wonogiri. Hal itu karena tidak ada dokumen-dokumen resmi mengenai asal-usul kayu itu.

“Kita tidak mau beli yang curian, nanti kalau ada masalah, kita juga ikut kena. Kemungkinan hasil curian dipakai sendiri,” ucapnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5109 seconds (0.1#10.140)