Pembantaian gajah Sumatera kembali terjadi
A
A
A
Sindonews.com - Kasus pembantaian gajah Sumatera (Elephant Maximus Sumatranus) kembali terjadi di daerah Bayeum Bireum, Aceh Timur, Kamis (25/7). Diduga, gajah tersebut tewas setelah diracun.
Atas kondisi tersebut, anggota kelompok Peduli Raju, Nurjanah Husien yang hari ini bersama dengan kelompok Aktivis Pemerhati hewan melaporkan kasus matinya gajah tersebut ke Mabes Polri.
“Kemarin baru saja mati satu ekor lagi gajah karena diracun. Dengan begitu sudah empat ekor gajah yang mati dalam kurun waktu dua bulan,” kata Nurjanah di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (26/7/2013).
Nurjanah menceritakan, kasus pembantaian gajah Sumatera Papa Genk mati dengan cara mengenaskan. Gajah tersebut dijebak dengan menggunakan ranjau tombak besi yang menyebabkan kepalanya hancur hingga terlihat tengkoraknya. Bahkan, belalai gajah itu lepas dari kepalanya.
Nurjanah menambahkan, paska peristiwa pembantaian terhadap Papa Genk terjadi, polisi sempat menangkap empat orang yang diduga menjadi pelaku pembantaian. Kendati demikian, keempat warga itu lantas dilepas kembali karena polisi pun mendapat tekanan dari warga.
Di tempat yang sama, aktivis peduli kebun binatang, Dian Paramitha mengusulkan, perlunya dibentuk Komisi Nasional Perlindungan Binatang Indonesia. Komisi itu nantinya bertugas untuk mengusut kasus pembunuhan terhadap hewan terutama atas hewan yang nyaris punah.
“Lembaga ini tugasnya untuk mensupervisi kegiatan, membantu pemerintah merancang kebijakan dan perlingungan satwa,” tandas Nurjanah.
Atas kondisi tersebut, anggota kelompok Peduli Raju, Nurjanah Husien yang hari ini bersama dengan kelompok Aktivis Pemerhati hewan melaporkan kasus matinya gajah tersebut ke Mabes Polri.
“Kemarin baru saja mati satu ekor lagi gajah karena diracun. Dengan begitu sudah empat ekor gajah yang mati dalam kurun waktu dua bulan,” kata Nurjanah di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Jumat (26/7/2013).
Nurjanah menceritakan, kasus pembantaian gajah Sumatera Papa Genk mati dengan cara mengenaskan. Gajah tersebut dijebak dengan menggunakan ranjau tombak besi yang menyebabkan kepalanya hancur hingga terlihat tengkoraknya. Bahkan, belalai gajah itu lepas dari kepalanya.
Nurjanah menambahkan, paska peristiwa pembantaian terhadap Papa Genk terjadi, polisi sempat menangkap empat orang yang diduga menjadi pelaku pembantaian. Kendati demikian, keempat warga itu lantas dilepas kembali karena polisi pun mendapat tekanan dari warga.
Di tempat yang sama, aktivis peduli kebun binatang, Dian Paramitha mengusulkan, perlunya dibentuk Komisi Nasional Perlindungan Binatang Indonesia. Komisi itu nantinya bertugas untuk mengusut kasus pembunuhan terhadap hewan terutama atas hewan yang nyaris punah.
“Lembaga ini tugasnya untuk mensupervisi kegiatan, membantu pemerintah merancang kebijakan dan perlingungan satwa,” tandas Nurjanah.
(rsa)