Potret kemiskinan di Kulonprogo

Selasa, 23 Juli 2013 - 11:53 WIB
Potret kemiskinan di...
Potret kemiskinan di Kulonprogo
A A A
Sindonews.com - Kehidupan sederhana jauh dari standar kesehatan, ternyata masih dialami warga Kulonprogo. Setidaknya, hal itu yang dirasakan oleh Bodin, warga Tempel, Bumirejo, Kecamatan Lendah. Ironisnya, dia tidak banyak mendapatkan bantuan dan jaminan dari pemerintah.

Wajah Bodin, nampak murung ketika sejumlah wartawan dan petugas Puskesmas datang ke rumahnya. Sambil berjalan gontai, dia menghampiri petugas yang memperkenalkan diri. Dibelakangnya, istrinya Murti Nuraini, menggendong Muhammad Miftahuldzaq, ikut menemui.

Menurut Bodin, rumah berukuran 4x8 meter ini adalah tempat tinggalnya sehari-hari. Meskipun beralaskan tanah, dan berdinding dari anyaman bambu, dia masih bertahan mengarungi bahtera rumah tangga. Dia juga tidak menghiraukan kondisi atap rmahnya yang mulai rusak, dan banyak genting yang melorot.

Sementara, anaknya yang berusia tiga tahun sedikit mengalami ganguan gizi buruk yang membuatnya belum bisa berjalan. Sedangkan istrinya juga mengalami gangguan jiwa, dan sudah beberapa kali dibawa ke RS Grasia, Pakem, Sleman.

Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya, Bodin menggantungkan hidupnya dari mencari belalang di sepanjang pesisir selatan
Kulonprogo. Penghasil yang diperoleh pun tidak menentu tergantung tangkapan.

Ketika sedang bernasib baik, dia bisa mendapatkan dua kilogram yang laku dijual Rp20 ribu per kilogramnya. Namun bila sedang sepi, kadang hanya beberapa ons saja. Padahal kalau sedang musim, justru harga jualnya akan murah. “Pekerjaan saya hanya itu, mencari belalang,” ujarnya polos.

Selain kondisi ekonomi dan rumahnya yang memprihatinkan, ternyata Bodin juga tidak banyak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Satu-satunya yang dipegang hanyalah kartu Jamkesmas. Selebihnya, dia tidak pernah menerima bantuan beras bagi warga miskin (raskin) maupun Bantuan Lanngsung Seentara masyarakat (BLSM) dari pemerintah.

“KTP dan KK saya juga komplit saya punya,” terangnya sambil menunjukkan kartu keluarga dari lipatan dompet plastik.

Kepala Dukuh Tempel Anang Windradianto mengatakan, tidak hanya Bodin yang kehidupannya memprihatinkan. Namun masih ada empat warga lain yang kondisiya tidak jauh berbeda. Bahkan juga ada yang mengalami cacat fisik dan harus berjalan menggunakan kruk.

“Mereka ini sebenarnya sudah masuk album kemiskinan, tetapi belum banyak bantuan yang ada,” jelasnya.

Bodin, ujar dia, pernah diusulkan rumahnya dijadikan lokasi bedah rumah. Namun karena tidak memiliki dana swadaya untuk mendukung, bantuan ini akhirnya dialihkan. Begitu pula ketika mendapakan bantuan raskin, dia mengaku berasnya kurang enak dan tidak mau menebus.

“Kita berharap pemerintah bisa membantu kehidupan mereka agar lebih baik,” tuturnya.
(san)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1342 seconds (0.1#10.140)