DPR kecam insiden maut laga tinju di Nabire
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Ketua DPR RI, Pramono mengecam keras aksi kericuhan dalam pertandingan tinju di Nabire yang merenggut 18 korban jiwa.
Menurutnya, kejadian tersebut menunjukkan manajemen pertandingan amburadul dengan fasilitas yang tidak memenuhi standar nasional.
"Pada saat kerusuhan, pintu masuk kan cuma satu, jadi orang berlomba keluar, terinjak-injak, dan meninggal 18 orang. Ini menunjukkan masyarakat kita gampang terpancing emosi," kata Pramono di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap kejadian serupa tak terulang lagi agar tak menimbulkan korban jiwa.
"Kalau memang tidak sanggup menyeleggarakan ya jangan. Ini kan tinju amatir, kabupaten, ini nyesek," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok antar pendukung dua petinju yang bertemu di laga final kejuaraan Tinju Amatir Bupati Cup, di Nabire, Papua, berujung petaka. Sebanyak 18 penonton tewas dan 30 lainnya kritis dalam insiden maut yang dihelat di Gelanggang Olah Raga (GOR) Nabire, Minggu 14 Juli malam.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews, pertandingan kelas 58 kilogram ini dihadiri tak kurang dari 1.500 orang.
Banyaknya penonton yang membanjiri GOR tersebut, lantaran Bupati Nabire, Isaias Douw, meminta pihak panitia menggratiskan tiket. Hal itulah diduga penyebab awalnya atmosfer di GOR tersebut mulai memanas. Padahal sebelum digratiskan, penonton hanya sedikit dan dapat berjalan kondusif.
Pertandingan final amatir itu sendiri mempertemukan dua petinju, yakni Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Saat itu, Alvius Rumkorem dinyatakan menang angka oleh wasit atas lawannya Yulius Pigome.
Merasa tak terima dengan keputusan wasit, sesaat setelah pertandingan, massa pendukung Yulius Pigome melakukan pelemparan kursi ke arah penonton yang menjadi pendukung Alvius Rumkorem. Hingga akhirnya aksi tersebut menyulut kemarahan. Aksi lempar kursipun tak terelakkan.
Menurutnya, kejadian tersebut menunjukkan manajemen pertandingan amburadul dengan fasilitas yang tidak memenuhi standar nasional.
"Pada saat kerusuhan, pintu masuk kan cuma satu, jadi orang berlomba keluar, terinjak-injak, dan meninggal 18 orang. Ini menunjukkan masyarakat kita gampang terpancing emosi," kata Pramono di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (15/7/2013).
Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini berharap kejadian serupa tak terulang lagi agar tak menimbulkan korban jiwa.
"Kalau memang tidak sanggup menyeleggarakan ya jangan. Ini kan tinju amatir, kabupaten, ini nyesek," pungkasnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, bentrok antar pendukung dua petinju yang bertemu di laga final kejuaraan Tinju Amatir Bupati Cup, di Nabire, Papua, berujung petaka. Sebanyak 18 penonton tewas dan 30 lainnya kritis dalam insiden maut yang dihelat di Gelanggang Olah Raga (GOR) Nabire, Minggu 14 Juli malam.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun Sindonews, pertandingan kelas 58 kilogram ini dihadiri tak kurang dari 1.500 orang.
Banyaknya penonton yang membanjiri GOR tersebut, lantaran Bupati Nabire, Isaias Douw, meminta pihak panitia menggratiskan tiket. Hal itulah diduga penyebab awalnya atmosfer di GOR tersebut mulai memanas. Padahal sebelum digratiskan, penonton hanya sedikit dan dapat berjalan kondusif.
Pertandingan final amatir itu sendiri mempertemukan dua petinju, yakni Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alvius Rumkorem dari Sasana Persada. Saat itu, Alvius Rumkorem dinyatakan menang angka oleh wasit atas lawannya Yulius Pigome.
Merasa tak terima dengan keputusan wasit, sesaat setelah pertandingan, massa pendukung Yulius Pigome melakukan pelemparan kursi ke arah penonton yang menjadi pendukung Alvius Rumkorem. Hingga akhirnya aksi tersebut menyulut kemarahan. Aksi lempar kursipun tak terelakkan.
(lns)