3 Orangutan di WRC terancam tak bisa dilepas
A
A
A
Sindonews.com - Tiga orangutan dari tujuh yang ada tengah direhabilitasi di Wildlife Rescue Center (WRC) Yogyakarta terancam tidak dapat dilepasliarkan karena minimnya habitat di Kalimantan. Hingga saat ini, waitinglist pelepasliaran mencapai 300 lebih.
Sekretaris Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) yang membawahi WRC Yogya, Heru Catur Nugroho mengatakan, dari tujuh yang tengah direhabilitasi, tiga ekor siap dilepasliarkan, tiga lainnya menjadi permanent resident (tidak bisa dilepaaliarkan) karena sudah tua, dan satu lagi masih bayi.
"Yang tiga masih layak rilis (lepasliar), tapi waitinglistnya di Kalimantan sudah ratusan, mencapai 300 lebih. Sementara sebelum bisa dikirim ke Kalimantan, kita tahan dulu di sini. Kita rehabilitasi sambil nunggu kesempatan bisa dikirim," kata Heru, Rabu (3/7/2013).
Menurut dia, jumlah waitinglist hingga ratusan karena habitat orangutan yang semakin sempit. Kondisi ini terjadi karena banyak berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. "Tidak jelas menunggu sampai kapan. Sangat mungkin jadi permanent resident karena lamanya waitinglist," terangnya.
Dia menjelaskan, persetujuan pelepasliaran orangutan berada di tangan Kementerian Kehutanan sekaligus menentukan lokasi habitat untuk pelepasliaran. Meski begitu, lanjut Heru, berdasarkan komunikasi dengan lembaga-lembaga konservasi lainnya, saat ini daftar tunggu pelepasliaran orangutan mencapai 300 ekor lebih.
Sekretaris Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta (YKAY) yang membawahi WRC Yogya, Heru Catur Nugroho mengatakan, dari tujuh yang tengah direhabilitasi, tiga ekor siap dilepasliarkan, tiga lainnya menjadi permanent resident (tidak bisa dilepaaliarkan) karena sudah tua, dan satu lagi masih bayi.
"Yang tiga masih layak rilis (lepasliar), tapi waitinglistnya di Kalimantan sudah ratusan, mencapai 300 lebih. Sementara sebelum bisa dikirim ke Kalimantan, kita tahan dulu di sini. Kita rehabilitasi sambil nunggu kesempatan bisa dikirim," kata Heru, Rabu (3/7/2013).
Menurut dia, jumlah waitinglist hingga ratusan karena habitat orangutan yang semakin sempit. Kondisi ini terjadi karena banyak berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. "Tidak jelas menunggu sampai kapan. Sangat mungkin jadi permanent resident karena lamanya waitinglist," terangnya.
Dia menjelaskan, persetujuan pelepasliaran orangutan berada di tangan Kementerian Kehutanan sekaligus menentukan lokasi habitat untuk pelepasliaran. Meski begitu, lanjut Heru, berdasarkan komunikasi dengan lembaga-lembaga konservasi lainnya, saat ini daftar tunggu pelepasliaran orangutan mencapai 300 ekor lebih.
(rsa)