Jembatan Noetoko putus, warga sulit jual hasil bumi
Jum'at, 28 Juni 2013 - 02:35 WIB

Jembatan Noetoko putus, warga sulit jual hasil bumi
A
A
A
Sindonews.com - Hujan yang terus mengguyur wilayah Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT) mengakibatkan salah satu jembatan di wilayah tersebut hancur terkikis banjir.
Seperti salah satu jembatan di Desa Noetoko, Kecamatan Miomaffo Barat, yang menghubungkan ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara. Akibatnya akses jalan desa tersebut putus total, dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
"Setelah hujan dan jembatan putus, kami warga Desa Noetoko tidak bisa lagi memasarkan hasil panen ke kota maupun ke pasar-pasar terdekat," ungkap Kepala Desa Noetoko, Yasinta Leolmin di Kefamenanu, NTT, Kamis (27/06/2013).
Yasinta mengatakan, peristiwa itu sudah dia laporkan kepada Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Alosius Kobes, di Desa Sone, saat pertemuan para petani dari 47 desa yang difasilitasi Yayasan Mitra tani Mandiri, namun belum mendapat tanggapan positif soal rencana perbaikan.
Salah satu cara yang dilakukan warga untuk menjual hasil bumi ke kota Kefamenanu adalah dengan cara berjalan kaki menyusuri Sungai Noeniti agar bisa mencapai jalan beraspal yanag biasanya dilalui kendaraan dari Eban, namun penuh risiko bila terjadi banjir dadakan.
"Kami berharap pemerintah segera perhatikan pembangunan kembali jembatan itu agar warga bisa melintas untuk bisa menjual hasil panen ke kota sebagai alat kebutuhan makan dan minum," jelas Yasinta.
Seperti salah satu jembatan di Desa Noetoko, Kecamatan Miomaffo Barat, yang menghubungkan ibu kota Kabupaten Timor Tengah Utara. Akibatnya akses jalan desa tersebut putus total, dan hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki.
"Setelah hujan dan jembatan putus, kami warga Desa Noetoko tidak bisa lagi memasarkan hasil panen ke kota maupun ke pasar-pasar terdekat," ungkap Kepala Desa Noetoko, Yasinta Leolmin di Kefamenanu, NTT, Kamis (27/06/2013).
Yasinta mengatakan, peristiwa itu sudah dia laporkan kepada Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Alosius Kobes, di Desa Sone, saat pertemuan para petani dari 47 desa yang difasilitasi Yayasan Mitra tani Mandiri, namun belum mendapat tanggapan positif soal rencana perbaikan.
Salah satu cara yang dilakukan warga untuk menjual hasil bumi ke kota Kefamenanu adalah dengan cara berjalan kaki menyusuri Sungai Noeniti agar bisa mencapai jalan beraspal yanag biasanya dilalui kendaraan dari Eban, namun penuh risiko bila terjadi banjir dadakan.
"Kami berharap pemerintah segera perhatikan pembangunan kembali jembatan itu agar warga bisa melintas untuk bisa menjual hasil panen ke kota sebagai alat kebutuhan makan dan minum," jelas Yasinta.
(rsa)