BNPB: Masih ada 154 hotspot di Riau
A
A
A
Sindonews.com - Sebanyak 154 hotspot di Riau masih terpantau satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
154 hotspot ini tersebar di Kabupaten Rokan Hilir (40 titik), Kabupaten Pelalawan (35 titik), Kabupaten Siak (18 titik), Kabupaten Bengkalis (14 titik), Kabupaten Kampar (12 titik) dan 12 titik di TN Tesso Nilo Riau.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pantauan hotspot tersebut tidak dapat dilakukan secara realtime, namun merupakan hasil analisis pada tiap pagi dan sore hari yang kemudian diumumkan pada pukul 18.00 Wib.
"Banyaknya hotspot fluktuatif. Jika pada (18/6) terdapat 148 titik, maka (19/6) ada 141 titik, (20/6) ada 40 titik, (21/6) ada 13 titik dan (22/6) ada 92 titik," jelas Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya kepada Sindonews, Senin (24/6/2013).
Dikatakan Sutopo, luas lahan gambut di Riau hampir sekira 3,9 juta hektar dan telah banyak beralih fungsi menjadi perkebunan. Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, seperti serasah, pepohonan, semak, dll.
"Api kemudian menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (ground fire). Membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar. Dalam perkembangannya, api menjalar secara vertikal dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak di atas permukaan," jelas Sutopo.
Menurut Sutopo, bara api berada di bawah permukaan hingga ada yang dalamnya 10 meter dari permukaan, tergantung tebalnya lapisan gambut.
"Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya di dalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan pemadaman seringkali mengalami banyak kesulitan. Terlebih lagi akses menuju titik api sulit dijangkau. Jadi bukan suatu hal yang mudah memadamkan titik api kebakaran lahan gambut di Riau," sambung Sutopo.
154 hotspot ini tersebar di Kabupaten Rokan Hilir (40 titik), Kabupaten Pelalawan (35 titik), Kabupaten Siak (18 titik), Kabupaten Bengkalis (14 titik), Kabupaten Kampar (12 titik) dan 12 titik di TN Tesso Nilo Riau.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pantauan hotspot tersebut tidak dapat dilakukan secara realtime, namun merupakan hasil analisis pada tiap pagi dan sore hari yang kemudian diumumkan pada pukul 18.00 Wib.
"Banyaknya hotspot fluktuatif. Jika pada (18/6) terdapat 148 titik, maka (19/6) ada 141 titik, (20/6) ada 40 titik, (21/6) ada 13 titik dan (22/6) ada 92 titik," jelas Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya kepada Sindonews, Senin (24/6/2013).
Dikatakan Sutopo, luas lahan gambut di Riau hampir sekira 3,9 juta hektar dan telah banyak beralih fungsi menjadi perkebunan. Kebakaran hutan dan lahan gambut merupakan kebakaran permukaan dimana api membakar bahan bakar yang ada di atas permukaan, seperti serasah, pepohonan, semak, dll.
"Api kemudian menyebar tidak menentu secara perlahan di bawah permukaan (ground fire). Membakar bahan organik melalui pori-pori gambut dan melalui akar semak belukar/pohon yang bagian atasnya terbakar. Dalam perkembangannya, api menjalar secara vertikal dan horizontal berbentuk seperti kantong asap dengan pembakaran yang tidak menyala (smoldering) sehingga hanya asap yang berwarna putih saja yang tampak di atas permukaan," jelas Sutopo.
Menurut Sutopo, bara api berada di bawah permukaan hingga ada yang dalamnya 10 meter dari permukaan, tergantung tebalnya lapisan gambut.
"Mengingat peristiwa kebakaran terjadinya di dalam tanah dan hanya asapnya saja yang muncul ke permukaan, maka kegiatan pemadaman seringkali mengalami banyak kesulitan. Terlebih lagi akses menuju titik api sulit dijangkau. Jadi bukan suatu hal yang mudah memadamkan titik api kebakaran lahan gambut di Riau," sambung Sutopo.
(rsa)