Polda Malut bantah gunakan massa kesultanan halau pendemo

Minggu, 23 Juni 2013 - 15:53 WIB
Polda Malut bantah gunakan...
Polda Malut bantah gunakan massa kesultanan halau pendemo
A A A
Sindonews.com - Kepolisian Daerah (Polda) Maluku Utara (Malut) menegaskan, pengamanan aksi unjuk rasa penolakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di Kota Ternate, pada Kamis 20 Juni 2013, ditangani aparat kepolisian, bukan massa adat Kesultanan Ternate.

"Kami tegaskan polisi sebagai pengendali keamanan massa aksi unjuk rasa yang menolak kenaikan harga BBM, bukan kelompok masyarakat ataupun massa dari Kesultanan Ternate," kata Kabid Humas Polda Malut AKBP Hendry Badar, di Ternate, Malut, Minggu (23/06/2013)

Pernyataan tersebut menyusul banyaknya kecaman dari berbagai elemen atas pengrusakan fasilitas kampus dan penganiayaan yang dilalukan massa adat kesultanan Ternate terhadap mahasiswa dalam aksi penolakan kenaikan BBM di depan kampus satu Universitas Khairun Ternate.

Penganiayaan massa adat terhadap mahasiswa tersebut mengakibatkan dua mahasiswa mengalami luka serius akibat terkena pukulan benda keras dari massa adat yang menyerang kampus satu.

Hendry menambahkan, pihaknya juga tak akan mengizinkan kelompok tertentu yang akan melakukan pengamanan terhadap aksi unjuk rasa mahasiswa pascakenaikan harga BBM di Ternate, karena pengamanan sepenuhnya berada di tangan polisi.

"Perlu kami mengklarifikasi, tidak ada perintah atau legitimasi dari Polda Malut kepada kelompok tertentu termasuk massa adat untuk melakukan pengamanan kepada massa aksi yang menolak kenaikan harga BBM," tambahnya.

Sebagaimana diketahui, Kehadiran massa adat di kampus satu Universitas Khairun ini, menurut sumber terpercaya di keraton kesultanan ternate bahwa mereka diminta Kapolres Ternate AKBP Selamat Topan untuk membantu Polisi membubarkan mahasiswa yang mengelar aksi unjuk rasa menolak kenaikan harga BBM.

Pasalnya, mahasiswa yang dianiaya massa adat, tak satupun aparat kepolisian berusaha memisahkan. Padahal, ratusan personel polisi yang disiagakan di lokasi untuk mengamankan jalannya aksi unjuk rasa namun sengaja melakukan pembiaran.

Polisi sengaja membiarkan massa adat kesultanan ternate melakukan tindakan anarkis, dengan merusak fasilitas kampus dan melakukan penganiayaan terhadat mahasiswa.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7769 seconds (0.1#10.140)