Anomali cuaca, Petani wortel di Batu merugi
A
A
A
Sindonews.com - Dalam sebulan terakhir, petani wortel di Desa Sumber Brantas, Desa Tulungrejo dan Desa Sumber Gondo, Kecamatan Bumiaji, mengalami masa sulit. Tanaman wortelnya tidak bisa tumbuh subur karena anomali/ perubahaan cuaca yang serba tidak menentu.
Heli Suyanto, petani wortel yang tinggal di Desa Sumber Brantas menyatakan, saat cuaca tidak menentu. Seperti sekarang ini pertumbuhan wortel di ladangnya tidak sehat. Daunnya kurus-kurus, hal itu berpengaruh pada umbinya.
“Kalau turun hujannya tidak sederas sekarang, daun wortel lebat-lebat. Umbinya lurus-lurus. Sebaliknya saat daun wortel kurus, umbinya bercabang dan bobotnya tidak maksimal,” ujar Heli, Selasa (11/6/2013).
Diterangkan, pada kondisi normal, intensitas turunnya hujan tidak segarang pada bulan ini. Setiap satu hektar ladang wortel bisa menghasilkan panen 20-25 ton. Tapi pada saat ini panen wortel hanya 10-15 ton saja per hektarnya.
Saat pertumbuhan wortel normal, untuk satu hektar ladang wortel biasanya bisa menghasilkan uang Rp50 juta. “Saat ini harga wortel mahal, uang yang di dapatkan petani memang banyak mencapai Rp70 juta per hektarnya. Tapi setelah dipotong biaya perawatannya, keuntungan kita sangat sedikit, paling tersisa Rp5 juta saja per hektarnya,” sebut dia.
Menurut Heli, untuk saat ini harga wortel di pasaran sangat bagus mencapai Rp7.000 per kg-nya. Padahal biasanya harga wortel cuma Rp3.500-Rp4.000 per kgnya.
“Wortel yang seharga Rp7.000 itu kualitas super. Bentuknya lurus, umbinya kelihatan segar. Biasanya dijual ke supermarket dan dimasak di hotel-hotel,” tandas dia.
Sedangkan umbi wortel yang bercabang, biasanya dijual ke pabrik pembuatan saos. Harganya sangat murah sekali Rp1.500-Rp2.000 per kg-nya. Atau kalau tidak begitu dijual ke Pasar Batu untuk dijadikan sayur sop oleh masyarakat.
Kata Heli kerugian petani terletak pada proses perawatannya. Kalau tanaman wortel sering diguyur hujan. Maka tanaman wortelnya harus sering disemprot obat-obatan agar daunnya tidak busuk. Proses penyemprotannya seminggu dua kali.
“Ada ekstra perawatan saat musim penghujan semacam ini. Biaya perawatannya bisa mencapai Rp30 juta per hektarnya. Kalau musim kemarau, biaya perawatannya cuma Rp15-Rp20 juta per hektarnya,” tutur Heli.
Meseman, petani wortel di Dusun Gimbo, Desa Sumber Brantas mengatakan hal serupa. Pada bulan ini, dirinya tidak banyak berharap tanaman wortel di ladangnya bisa panen maksimal.
Karena sejak benih wortel ditanam, sering diguyur hujan lebat. Akibatnya pertumbuhan wortel di ladangnya tidak sehat.
“Hampir 25 persen tanaman wortel saya rusak. Nanti saat panen paling hanya dapat 8 ton saja. Ya semoga saja dua bulan lagi, harga wortel masih tetap mahal seperti sekarang ini,” harap Meseman.
Heli Suyanto, petani wortel yang tinggal di Desa Sumber Brantas menyatakan, saat cuaca tidak menentu. Seperti sekarang ini pertumbuhan wortel di ladangnya tidak sehat. Daunnya kurus-kurus, hal itu berpengaruh pada umbinya.
“Kalau turun hujannya tidak sederas sekarang, daun wortel lebat-lebat. Umbinya lurus-lurus. Sebaliknya saat daun wortel kurus, umbinya bercabang dan bobotnya tidak maksimal,” ujar Heli, Selasa (11/6/2013).
Diterangkan, pada kondisi normal, intensitas turunnya hujan tidak segarang pada bulan ini. Setiap satu hektar ladang wortel bisa menghasilkan panen 20-25 ton. Tapi pada saat ini panen wortel hanya 10-15 ton saja per hektarnya.
Saat pertumbuhan wortel normal, untuk satu hektar ladang wortel biasanya bisa menghasilkan uang Rp50 juta. “Saat ini harga wortel mahal, uang yang di dapatkan petani memang banyak mencapai Rp70 juta per hektarnya. Tapi setelah dipotong biaya perawatannya, keuntungan kita sangat sedikit, paling tersisa Rp5 juta saja per hektarnya,” sebut dia.
Menurut Heli, untuk saat ini harga wortel di pasaran sangat bagus mencapai Rp7.000 per kg-nya. Padahal biasanya harga wortel cuma Rp3.500-Rp4.000 per kgnya.
“Wortel yang seharga Rp7.000 itu kualitas super. Bentuknya lurus, umbinya kelihatan segar. Biasanya dijual ke supermarket dan dimasak di hotel-hotel,” tandas dia.
Sedangkan umbi wortel yang bercabang, biasanya dijual ke pabrik pembuatan saos. Harganya sangat murah sekali Rp1.500-Rp2.000 per kg-nya. Atau kalau tidak begitu dijual ke Pasar Batu untuk dijadikan sayur sop oleh masyarakat.
Kata Heli kerugian petani terletak pada proses perawatannya. Kalau tanaman wortel sering diguyur hujan. Maka tanaman wortelnya harus sering disemprot obat-obatan agar daunnya tidak busuk. Proses penyemprotannya seminggu dua kali.
“Ada ekstra perawatan saat musim penghujan semacam ini. Biaya perawatannya bisa mencapai Rp30 juta per hektarnya. Kalau musim kemarau, biaya perawatannya cuma Rp15-Rp20 juta per hektarnya,” tutur Heli.
Meseman, petani wortel di Dusun Gimbo, Desa Sumber Brantas mengatakan hal serupa. Pada bulan ini, dirinya tidak banyak berharap tanaman wortel di ladangnya bisa panen maksimal.
Karena sejak benih wortel ditanam, sering diguyur hujan lebat. Akibatnya pertumbuhan wortel di ladangnya tidak sehat.
“Hampir 25 persen tanaman wortel saya rusak. Nanti saat panen paling hanya dapat 8 ton saja. Ya semoga saja dua bulan lagi, harga wortel masih tetap mahal seperti sekarang ini,” harap Meseman.
(rsa)