Jalan Provinsi Makale-Bittuang putus tertimbun longsor
A
A
A
Sindonews.com - Jalan provinsi yang menghubungkan Makale, Ibu Kota Kabupaten Tana Toraja, dengan Ibu Kota Kecamatan Bittuang tepatnya di desa Le’te Kecamatan Bittuang putus total tertimbun longsor akibat hujan deras.
Informasi yang diperoleh, sedikitnya terdapat dua titik longsor yang menutupi badan jalan provinsi di Desa Le’te. Jarak titik longsor yang satu dengan titik longsor lainnya sekitar 100 meter.
Akibat longsor, kendaraan dari arah Makale menuju Ibu Kota Bittuang atau sebaliknya tidak bisa melewati badan jalan, yang tertimbun material tanah bercampur pasir.
“Hingga kini, puluhan kendaraan masih tertahan karena tidak bisa melewati badan jalan yang tertimbun longsor. Ketinggian longsor yang ada di badan jalan sekitar satu meter,” kata Alharis (39) salah satu warga Kecamatan Bittuang, Minggu (9/6/2013).
Alharis mengatakan, jalan provinsi yang menghubungkan Kota Makale dengan Ibu Kota Kecamatan Bittuang, seringkali dilanda longsor jika hujan deras turun. Dua titik longsor di Desa Le’te disebabkan tanah bercampur pasir yang berasal dari tebing tidak mampu menahan volume air.
Hingga meluncur dan menimbun badan jalan. Puluhan masyarakat desa bergotong-royong berupaya membersihkan material longsor dari badan jalan mengalami kesulitan, karena hanya peralatan seadanya.
Padahal, jika pembersihan material longsor dari badan jalan menggunakan alat berat tidak akan membutuhkan waktu lama. Jika longsor poros Makale-Bittuang tidak segera ditangani, bisa mengganggu arus barang, kendaraan dan manusia ke kecamatan Bittuang dan kecamatan Masanda.
Pasalnya, poros jalan yang putus itu merupakan satu-satunya akses transportasi dan perekonomian masyarakat Bittuang dan Masanda menuju Makale. Poros Makale-Bittuang juga menghubungkan kabupaten Tana Toraja dengan kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
“Kami berharap, pemerintah segera mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor dari badan jalan. Sehingga akses transportasi bisa kembali normal,” kata Alharis yang juga penggiat LSM Lembaga Pemantau Percepatan Pembangunan (LP3) Toraja.
Informasi yang diperoleh, sedikitnya terdapat dua titik longsor yang menutupi badan jalan provinsi di Desa Le’te. Jarak titik longsor yang satu dengan titik longsor lainnya sekitar 100 meter.
Akibat longsor, kendaraan dari arah Makale menuju Ibu Kota Bittuang atau sebaliknya tidak bisa melewati badan jalan, yang tertimbun material tanah bercampur pasir.
“Hingga kini, puluhan kendaraan masih tertahan karena tidak bisa melewati badan jalan yang tertimbun longsor. Ketinggian longsor yang ada di badan jalan sekitar satu meter,” kata Alharis (39) salah satu warga Kecamatan Bittuang, Minggu (9/6/2013).
Alharis mengatakan, jalan provinsi yang menghubungkan Kota Makale dengan Ibu Kota Kecamatan Bittuang, seringkali dilanda longsor jika hujan deras turun. Dua titik longsor di Desa Le’te disebabkan tanah bercampur pasir yang berasal dari tebing tidak mampu menahan volume air.
Hingga meluncur dan menimbun badan jalan. Puluhan masyarakat desa bergotong-royong berupaya membersihkan material longsor dari badan jalan mengalami kesulitan, karena hanya peralatan seadanya.
Padahal, jika pembersihan material longsor dari badan jalan menggunakan alat berat tidak akan membutuhkan waktu lama. Jika longsor poros Makale-Bittuang tidak segera ditangani, bisa mengganggu arus barang, kendaraan dan manusia ke kecamatan Bittuang dan kecamatan Masanda.
Pasalnya, poros jalan yang putus itu merupakan satu-satunya akses transportasi dan perekonomian masyarakat Bittuang dan Masanda menuju Makale. Poros Makale-Bittuang juga menghubungkan kabupaten Tana Toraja dengan kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat.
“Kami berharap, pemerintah segera mengerahkan alat berat untuk membersihkan material longsor dari badan jalan. Sehingga akses transportasi bisa kembali normal,” kata Alharis yang juga penggiat LSM Lembaga Pemantau Percepatan Pembangunan (LP3) Toraja.
(stb)