Poniyem pilih ngemis buat modal dagang

Poniyem pilih ngemis buat modal dagang
A
A
A
Sindonews.com - Untuk membersihkan Kota Batu, Jawa Timur dari penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) gencar melaksanakan razia. Dalam penertiban kali ini, petugas menjaring 15 pengemis, sebagian dipulangkan ke daerahnya masing-masing.
Razia yang digelar Jumat (12/4/2013) ini dimulai di depan masjid Agung An Nur, Masjid At-Taqwa, perempatan hotel Orchid dan pintu keluar Jatim Park 2.
Dari razia itu terjaring 15 orang pengemis, dua orang diantaranya masih anak-anak. Setelah didata identitasnya, pengemis yang asli warga Kota Batu hanya tujuh orang. Sisanya ada yang berasal dari Jombang, Pare-Kediri, Magetan termasuk dari Blitar.
Kabid Pelayanan dan Rehabiltasi Sosial, Dinsosnaker, Kota Batu Eko Yuliarno menjelaskan, usia pengemis yang terjaring razia rata-rata diatas 60 tahun. Dua anak yang ikut terazia usianya masih delapan tahun satu lagi masih berusia dua tahun digendong ibunya.
Pengemis yang berasal dari luar kota, setelah diberi pembinaan di kantor Dinsosnaker langsung dipulangkan ketempat asalnya lewat terminal Kota Batu dengan menumpang bus. Sedangkan pengemis yang tinggal di Dusun Curah Krikil, diangkut dengan kendaraan Satpol PP Kota Batu.
Dari 14 orang pengemis yang terjaring razia anggota Satpol PP Kota Batu, diantaranya bernama Candra Puji Astuti. Dia mengemis bersama dua orang anaknya di Pasar Batu, alun-alun dan Masjid An Nur, Kota Batu.
Selain itu ada yang bernama Poniyem yang tinggal belakang Pasar Batu. Sesungguhnya dia memiliki rumah di Pare-Kediri.
“Saya tinggal sebatangkara. Setiap dua minggu sekali pulang ke Pare. Sebenarnya saya ingin bebas dari pekerjaan ini. Saya ingin menjual rempeyek di rumah. Lalu saya jual kewarung-warung. Tapi belum punya modal,” sebut Poniyem.
Karminem teman Poniyem yang tinggal di penampungan Dusun Curah Krikil mengaku lebih senang tinggal ditempat penampungannya dari pada tinggal dipanti jompo.
“Sejak tahun 1982 saya sudah menetap disitu. Asli saya berasal dari Lumajang. Saya sudah nyaman tinggal ditempat itu,” pungkas dia.
Razia yang digelar Jumat (12/4/2013) ini dimulai di depan masjid Agung An Nur, Masjid At-Taqwa, perempatan hotel Orchid dan pintu keluar Jatim Park 2.
Dari razia itu terjaring 15 orang pengemis, dua orang diantaranya masih anak-anak. Setelah didata identitasnya, pengemis yang asli warga Kota Batu hanya tujuh orang. Sisanya ada yang berasal dari Jombang, Pare-Kediri, Magetan termasuk dari Blitar.
Kabid Pelayanan dan Rehabiltasi Sosial, Dinsosnaker, Kota Batu Eko Yuliarno menjelaskan, usia pengemis yang terjaring razia rata-rata diatas 60 tahun. Dua anak yang ikut terazia usianya masih delapan tahun satu lagi masih berusia dua tahun digendong ibunya.
Pengemis yang berasal dari luar kota, setelah diberi pembinaan di kantor Dinsosnaker langsung dipulangkan ketempat asalnya lewat terminal Kota Batu dengan menumpang bus. Sedangkan pengemis yang tinggal di Dusun Curah Krikil, diangkut dengan kendaraan Satpol PP Kota Batu.
Dari 14 orang pengemis yang terjaring razia anggota Satpol PP Kota Batu, diantaranya bernama Candra Puji Astuti. Dia mengemis bersama dua orang anaknya di Pasar Batu, alun-alun dan Masjid An Nur, Kota Batu.
Selain itu ada yang bernama Poniyem yang tinggal belakang Pasar Batu. Sesungguhnya dia memiliki rumah di Pare-Kediri.
“Saya tinggal sebatangkara. Setiap dua minggu sekali pulang ke Pare. Sebenarnya saya ingin bebas dari pekerjaan ini. Saya ingin menjual rempeyek di rumah. Lalu saya jual kewarung-warung. Tapi belum punya modal,” sebut Poniyem.
Karminem teman Poniyem yang tinggal di penampungan Dusun Curah Krikil mengaku lebih senang tinggal ditempat penampungannya dari pada tinggal dipanti jompo.
“Sejak tahun 1982 saya sudah menetap disitu. Asli saya berasal dari Lumajang. Saya sudah nyaman tinggal ditempat itu,” pungkas dia.
(ysw)