Satu kampung tenggelam di Siberut Selatan, Sumbar
A
A
A
Sindonews.com - Banjir di dua kecamatan Siberut Selatan dan Siberut Utara sejak Jumat lalu ternyata sudah menenggelamkan satu kampung di Dusun Salappa, Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Sumatera Barat (Sumbar).
Banjir yang terjadi sejak Jumat lalu, sampai hari ini belum juga surut, yang terjadi justu debit air terus bertambah tinggi.
“Dari laporan warga yang turun dari Salappa, ada sekira 20 rumah yang tenggelam dan saat ini tinggal atap lagi, sementara lainnya sudah mulai dipinggang rumah,” kata Krisma Leni Sadodolu (26), warga dari Salappa, Minggu (7/4/2013).
Mereka saat ini sudah mengungsi ke gereja Katolik dan SD yang terletak di daerah perbukitan. “Info yang kita dapat rencananya BPBD Mentawai akan turun ke daerah itu,” ucapnya.
Untuk menuju ke daerah itu dari pusat Kecamatan di Muara Siberut dalam kondisi banjir, bisa menempuh perjalanan dengan speedboat dua jam lewat jalur sungai.
Kepala Puskesmas Muara Siberut Tony Ruslim, mengatakan hanya tinggal 8 hingga 10 kepala keluarga (KK) yang masih bertahan di rumah. Sementara untuk data jumlah KK di Salappak sekira 94 KK menurut data statistik 2002.
“Namun karena kondisi air yang makin bertambah dan mulai menggenangi lantai rumah warga yang berbentuk panggung yang sebelumnya belum kena, kemungkinan mereka mengungsi semua,” katanya.
Banyak warga yang mengalami sakit perut akibat banjir tersebut, sedangkam obat-obatan telah distokkan, begitu juga dengan tenaga medis sebagai langkah penanganan.
“Saat ini kita telah membuat posko di Poskesdes untuk pengobatan korban banjir yang mengalami sakit. Untuk saat ini belum ada yang sakit, perkiraan kami pasca banjir kemungkinan warga banyak ang terserang penyakit, tapi kita berharap tidak sampai terjadi hal seperti itu,” ucapnya.
Masih Kecamatan Siberut Selatan, yang terparah lainnya itu adalah Dusun Bat Muntei Desa Muntei informasi diterima ketinggia air setinggi dada orang dewasa, begitu juga di Dusun Puro II Desa Muntei ketinggia air mencapai pinggang orang dewasa. Imbasnya terkena dua dusun di Desa Maileppet, Dusun Bat Joja dan Simaonaibaga.
Desa Maileppet ada sekitar 50 rumah terendam di Dusun Bat Simaonai Baga dan Bat Joja. Jumlah warga terdampak di Desa Maileppet 477 jiwa (124KK) yang tersebar di Dusun Tetei Sinabak 309 jiwa (78KK), Dusun Bat Joja 168 jiwa (46 KK).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai Elisa Siriparang mengatakan para pengungsi di dua kecamatan itu sangat membutuhkan bantuan tenda, selimut, lauk pauk di tempat pengungsian, selain itu mereka juga sangat membutuhkan pakaian.
“Rata-rata rumah warga sudah tergenang banjir baik di Siberut Selatan, maupun di Siberut Utara,” ungkapnya
Dia juga mengatakan, BPBD telah membagi tim ke Siberut Selatan dan Utara dengan membawa dua speed boat dan satu kapal Nade guna mengantarkan logisitik untuk korban. Saat ini sejumlah bantuan seperti beras dan mie instan telah sampai di lokasi namun masih belum cukup.
Di Desa Monganpoula, banjir mengakibatkan 10 rumah panggung terseret dari pondasinya. Para korban banjir terpaksa diungiskan ke TK Yayasan Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, banjir juga menggenangi Desa Sotboyak. Meski di daerah tersebut masih diguyur hujan, namun banjir yang terjadi akibat luapan air sungai itu sudah mulai surut. Sementara di Desa Muara Sikabaluan air sudah mulai surut, namun mereka belum menerima bantuan.
“Untuk makanan kami sementara ini kami, mengongsumsi hasil ladang kami, seperti keladi, pisang dan ubi, sementara bantuan dari pemerintah belum ada,” kata Andom Sabebegen, warga Dusun Nangnang, Desa Muara Sikabaluan.
Namun kondisi di daerah Siberut Utara menurut Andom sudah mulai berangsur surut, namun warga masih bertahan di pengungsian.
Banjir yang terjadi sejak Jumat lalu, sampai hari ini belum juga surut, yang terjadi justu debit air terus bertambah tinggi.
“Dari laporan warga yang turun dari Salappa, ada sekira 20 rumah yang tenggelam dan saat ini tinggal atap lagi, sementara lainnya sudah mulai dipinggang rumah,” kata Krisma Leni Sadodolu (26), warga dari Salappa, Minggu (7/4/2013).
Mereka saat ini sudah mengungsi ke gereja Katolik dan SD yang terletak di daerah perbukitan. “Info yang kita dapat rencananya BPBD Mentawai akan turun ke daerah itu,” ucapnya.
Untuk menuju ke daerah itu dari pusat Kecamatan di Muara Siberut dalam kondisi banjir, bisa menempuh perjalanan dengan speedboat dua jam lewat jalur sungai.
Kepala Puskesmas Muara Siberut Tony Ruslim, mengatakan hanya tinggal 8 hingga 10 kepala keluarga (KK) yang masih bertahan di rumah. Sementara untuk data jumlah KK di Salappak sekira 94 KK menurut data statistik 2002.
“Namun karena kondisi air yang makin bertambah dan mulai menggenangi lantai rumah warga yang berbentuk panggung yang sebelumnya belum kena, kemungkinan mereka mengungsi semua,” katanya.
Banyak warga yang mengalami sakit perut akibat banjir tersebut, sedangkam obat-obatan telah distokkan, begitu juga dengan tenaga medis sebagai langkah penanganan.
“Saat ini kita telah membuat posko di Poskesdes untuk pengobatan korban banjir yang mengalami sakit. Untuk saat ini belum ada yang sakit, perkiraan kami pasca banjir kemungkinan warga banyak ang terserang penyakit, tapi kita berharap tidak sampai terjadi hal seperti itu,” ucapnya.
Masih Kecamatan Siberut Selatan, yang terparah lainnya itu adalah Dusun Bat Muntei Desa Muntei informasi diterima ketinggia air setinggi dada orang dewasa, begitu juga di Dusun Puro II Desa Muntei ketinggia air mencapai pinggang orang dewasa. Imbasnya terkena dua dusun di Desa Maileppet, Dusun Bat Joja dan Simaonaibaga.
Desa Maileppet ada sekitar 50 rumah terendam di Dusun Bat Simaonai Baga dan Bat Joja. Jumlah warga terdampak di Desa Maileppet 477 jiwa (124KK) yang tersebar di Dusun Tetei Sinabak 309 jiwa (78KK), Dusun Bat Joja 168 jiwa (46 KK).
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mentawai Elisa Siriparang mengatakan para pengungsi di dua kecamatan itu sangat membutuhkan bantuan tenda, selimut, lauk pauk di tempat pengungsian, selain itu mereka juga sangat membutuhkan pakaian.
“Rata-rata rumah warga sudah tergenang banjir baik di Siberut Selatan, maupun di Siberut Utara,” ungkapnya
Dia juga mengatakan, BPBD telah membagi tim ke Siberut Selatan dan Utara dengan membawa dua speed boat dan satu kapal Nade guna mengantarkan logisitik untuk korban. Saat ini sejumlah bantuan seperti beras dan mie instan telah sampai di lokasi namun masih belum cukup.
Di Desa Monganpoula, banjir mengakibatkan 10 rumah panggung terseret dari pondasinya. Para korban banjir terpaksa diungiskan ke TK Yayasan Bhinneka Tunggal Ika.
Selain itu, banjir juga menggenangi Desa Sotboyak. Meski di daerah tersebut masih diguyur hujan, namun banjir yang terjadi akibat luapan air sungai itu sudah mulai surut. Sementara di Desa Muara Sikabaluan air sudah mulai surut, namun mereka belum menerima bantuan.
“Untuk makanan kami sementara ini kami, mengongsumsi hasil ladang kami, seperti keladi, pisang dan ubi, sementara bantuan dari pemerintah belum ada,” kata Andom Sabebegen, warga Dusun Nangnang, Desa Muara Sikabaluan.
Namun kondisi di daerah Siberut Utara menurut Andom sudah mulai berangsur surut, namun warga masih bertahan di pengungsian.
(maf)