Aktivitas Gunung Guntur meningkat sejak 3 bulan lalu
A
A
A
Sindonews.com - Aktivitas gempa di Gunung Guntur, Kabupaten Garut, sebenarnya sudah mengalami peningkatan sejak tiga bulan lalu.
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Surono, membeberkan pada Januari 2013, total gempa vulkanik Gunung Guntur sebanyak 32 kali.
"Pada Februari sebanyak 65 kali, Maret sebanyak 89 kali, dan 1 April ada tiga kali gempa vulkanik dalam, dan satu kali gempa vulkanik dangkal. Lalu, pada Selasa 2 April kemarin, terjadi tremor vulkanik terus menerus," jelas Surono, di Kantor PVMBG, Jalan Diponegoro, Bandung, Rabu (3/4/2013).
PVMBG pun mengamati lama tremor yang terjadi di Gunung Guntur. "Kita tunggu apakah tremornya terus menerus, ternyata sampe pukul 03.00 tremornya terus, akhirnya kita naikan status Guntur ke Waspada,” tambah Surono.
Karena terekam tremor menerus dengan amplituda rata-rata 10-15 mm itulah, status Guntung Guntur dari Normal menjadi waspada terhitung sejak Selasa 2 April 2013 pukul 17.00 WIB. PVMBG juga merekomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius dua kilometer dari puncak Gunung Guntur.
Dengan adanya peningkatan aktivitas itulah, menurut Surono peningkatan energi Gunung Guntur tidak tiba-tiba. Tetapi telah terbangun cukup lama di dalam perut gunung. Malah pada Oktober 2012, gunung api kota (city volcano) ini sempat meningkat aktivitasnya.
“Energinya lumbayan besar. Ini dibangunnya tidak tiba-tiba naik begitu saja. Sudah ada peningkatan yang jauh hari sebelumnya,” terang Surono.
Meski aktivitasnya meningkat, Surono berharap Gunung Guntur tidak meletus. Dia berharap aktivitas Gunung Guntur kali ini hanya krisis seismik saja seperti yang pernah terjadi pada 1994, 1998, dan 2004. Pada tahun-tahun tersebut memang sempat ada peningkatan aktivitas tetapi tidak diikuti letusan.
“Kubah lava-nya cukup kuat. Kalau meletus, energinya harus mampu melemparkan kubah lava itu. Gunung Guntur harus punya energi besar untuk mendongkrak sumbat lavanya,” terangnya.
Untuk diketahui, kata Surono, Gunung Guntur masih berupa gunung yang utuh, kawahnya masih tertutup. Berebeda degan Gunung Tangkubanparahu yang kubah lavanya sudah terbuka, sehingga kawahnya juga terbuka.
Namun peningkatan aktivitas pada 1994, 1998, dan 2004 itu tidak disertai dengan gempa tremor seperti kali ini.
“Pada 94 dan 98 gempa biasa, belum tremor, pada 2004 juga gak ada tremor sama sekali, jadi gagal (meletus). Artinya dia kuat. Nah baru sekarang ada tremor. Artinya aktivitas sudah dangkal,” bebernya.
Menurutnya, letusan terakhir Gunung Guntur terjadi pada 1847. Artinya sudah 160 tahunan lebih city volcano itu belum meletus. Untuk itu, dengan peningkatan status ini masyarakat harus terus diingatkan supaya meningkatkan kewaspadaan. Terlebih letusan terakhir terjadi sudah sangat lama, masyarakat sudah melupakan erupsi gunung Guntur.
“Masyarakat Gunung Guntur sudah lupa, tapi sosilisai sudah kita lakukan. Andaikan meletus masyarakat sudah siap, tapi saya sama sekali tidak berharap meletus,” ujarnya, seraya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan sambil tetap tenang.
“Ya jangan terpancing isu-isu yang tidak benar.”
Kepala Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Surono, membeberkan pada Januari 2013, total gempa vulkanik Gunung Guntur sebanyak 32 kali.
"Pada Februari sebanyak 65 kali, Maret sebanyak 89 kali, dan 1 April ada tiga kali gempa vulkanik dalam, dan satu kali gempa vulkanik dangkal. Lalu, pada Selasa 2 April kemarin, terjadi tremor vulkanik terus menerus," jelas Surono, di Kantor PVMBG, Jalan Diponegoro, Bandung, Rabu (3/4/2013).
PVMBG pun mengamati lama tremor yang terjadi di Gunung Guntur. "Kita tunggu apakah tremornya terus menerus, ternyata sampe pukul 03.00 tremornya terus, akhirnya kita naikan status Guntur ke Waspada,” tambah Surono.
Karena terekam tremor menerus dengan amplituda rata-rata 10-15 mm itulah, status Guntung Guntur dari Normal menjadi waspada terhitung sejak Selasa 2 April 2013 pukul 17.00 WIB. PVMBG juga merekomendasikan agar tidak ada aktivitas masyarakat dalam radius dua kilometer dari puncak Gunung Guntur.
Dengan adanya peningkatan aktivitas itulah, menurut Surono peningkatan energi Gunung Guntur tidak tiba-tiba. Tetapi telah terbangun cukup lama di dalam perut gunung. Malah pada Oktober 2012, gunung api kota (city volcano) ini sempat meningkat aktivitasnya.
“Energinya lumbayan besar. Ini dibangunnya tidak tiba-tiba naik begitu saja. Sudah ada peningkatan yang jauh hari sebelumnya,” terang Surono.
Meski aktivitasnya meningkat, Surono berharap Gunung Guntur tidak meletus. Dia berharap aktivitas Gunung Guntur kali ini hanya krisis seismik saja seperti yang pernah terjadi pada 1994, 1998, dan 2004. Pada tahun-tahun tersebut memang sempat ada peningkatan aktivitas tetapi tidak diikuti letusan.
“Kubah lava-nya cukup kuat. Kalau meletus, energinya harus mampu melemparkan kubah lava itu. Gunung Guntur harus punya energi besar untuk mendongkrak sumbat lavanya,” terangnya.
Untuk diketahui, kata Surono, Gunung Guntur masih berupa gunung yang utuh, kawahnya masih tertutup. Berebeda degan Gunung Tangkubanparahu yang kubah lavanya sudah terbuka, sehingga kawahnya juga terbuka.
Namun peningkatan aktivitas pada 1994, 1998, dan 2004 itu tidak disertai dengan gempa tremor seperti kali ini.
“Pada 94 dan 98 gempa biasa, belum tremor, pada 2004 juga gak ada tremor sama sekali, jadi gagal (meletus). Artinya dia kuat. Nah baru sekarang ada tremor. Artinya aktivitas sudah dangkal,” bebernya.
Menurutnya, letusan terakhir Gunung Guntur terjadi pada 1847. Artinya sudah 160 tahunan lebih city volcano itu belum meletus. Untuk itu, dengan peningkatan status ini masyarakat harus terus diingatkan supaya meningkatkan kewaspadaan. Terlebih letusan terakhir terjadi sudah sangat lama, masyarakat sudah melupakan erupsi gunung Guntur.
“Masyarakat Gunung Guntur sudah lupa, tapi sosilisai sudah kita lakukan. Andaikan meletus masyarakat sudah siap, tapi saya sama sekali tidak berharap meletus,” ujarnya, seraya mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan sambil tetap tenang.
“Ya jangan terpancing isu-isu yang tidak benar.”
(rsa)