Jalur KA Jabar banyak titik longsor & tanah amblas
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Humas PT KAI Daops II Bandung Bambang S Prayitno menyatakan, jalur kereta api di wilayahnya banyak melintasi titik rawan longsor dan tanah amblas. Hal ini sesuai dengan kondisi geografis di Jabar yang bergunung dan berlembah.
"Secara umum kondisi geografis DAOP ini di daerah pegunungan dan perbukitan. Dari barat yakni Purwakarta, Bandung, sampai Banjar, punya potensi rawan pergerakan tanah (longsor)," kata Kepala Humas PT KAI DAOP II Bandung, Bambang S Prayitno, di ruang kerjanya, Selasa (2/4/2013).
Titik rawan di jalur KA tersebut membentang dari Purwakarta hingga Banjar dengan jarak 223 kilometer. Contohnya di stasiun Purwakarta- Ciganea, Ciganea-Sukatani, Sukatani-Plered, Rendeh-Maswati, Cirme-Padalarang. Titik-titik longsor ini berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat.
Sedangkan di wilayah timur, kata Bambang, yakni Nagreg-Lebak Jero-Leles, Garut. Di sini terdapat jembatan Citiis leles, lalu di Karangsari- Cibatu. Adanya sungai di daerah ini berpotensi menimbulkan gerusan air yang mengganggu stabilitas KA.
Selain itu, kerawanan longsor terjadi di wilayah Stasiun Warung Bandrek, Bumi Waluya, Garut. "Ini memang potensi rawan, kami sudah maping," jelas Bambang.
Maka memasuki musim hujan sejak akhir 2013 lalu hingga saat ini, PT KAI sudah meningkatkan kewaspadaan ancaman longsor dan tanah amblas. Bentuk antisipasinya yakni menyiapkan regu siaga 24 jam di beberapa titik mulai dari Purwakarta sampai Banjar.
"Regu tersebut ditempatkan di titik stratgis supaya ada informasi segera bergerak seperti Unit Reaksi Cepat," jelasnya.
Juga disiapkan juru periksa jalan secara ekstra siang dan malam. Tadinya juru periksa ini dua orang, kini menjadi tiga orang. Petugas khusus juga disiapkan di jembatan-jembatan sepanjang 300 meter, juga di terowongan.
Bambang menuturkan, kejadian tanah longsor dan amblas baru-baru ini terjadi di Ciganea-Sukatani. "Longsor itu terjadi di dua lokasi, kita sudah mengatasi dengan aparat setempat dan masyarakat," ujarnya.
"Secara umum kondisi geografis DAOP ini di daerah pegunungan dan perbukitan. Dari barat yakni Purwakarta, Bandung, sampai Banjar, punya potensi rawan pergerakan tanah (longsor)," kata Kepala Humas PT KAI DAOP II Bandung, Bambang S Prayitno, di ruang kerjanya, Selasa (2/4/2013).
Titik rawan di jalur KA tersebut membentang dari Purwakarta hingga Banjar dengan jarak 223 kilometer. Contohnya di stasiun Purwakarta- Ciganea, Ciganea-Sukatani, Sukatani-Plered, Rendeh-Maswati, Cirme-Padalarang. Titik-titik longsor ini berada di dua kabupaten, yakni Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Bandung Barat.
Sedangkan di wilayah timur, kata Bambang, yakni Nagreg-Lebak Jero-Leles, Garut. Di sini terdapat jembatan Citiis leles, lalu di Karangsari- Cibatu. Adanya sungai di daerah ini berpotensi menimbulkan gerusan air yang mengganggu stabilitas KA.
Selain itu, kerawanan longsor terjadi di wilayah Stasiun Warung Bandrek, Bumi Waluya, Garut. "Ini memang potensi rawan, kami sudah maping," jelas Bambang.
Maka memasuki musim hujan sejak akhir 2013 lalu hingga saat ini, PT KAI sudah meningkatkan kewaspadaan ancaman longsor dan tanah amblas. Bentuk antisipasinya yakni menyiapkan regu siaga 24 jam di beberapa titik mulai dari Purwakarta sampai Banjar.
"Regu tersebut ditempatkan di titik stratgis supaya ada informasi segera bergerak seperti Unit Reaksi Cepat," jelasnya.
Juga disiapkan juru periksa jalan secara ekstra siang dan malam. Tadinya juru periksa ini dua orang, kini menjadi tiga orang. Petugas khusus juga disiapkan di jembatan-jembatan sepanjang 300 meter, juga di terowongan.
Bambang menuturkan, kejadian tanah longsor dan amblas baru-baru ini terjadi di Ciganea-Sukatani. "Longsor itu terjadi di dua lokasi, kita sudah mengatasi dengan aparat setempat dan masyarakat," ujarnya.
(rsa)