Solidaritas Petani Jabar tuntut Kapolda Sumsel mundur
A
A
A
Sindonews.com - Puluhan orang yang tergabung dalam Rakyat Jawa Barat Untuk Keadilan, berunjuk rasa di Pusat Pemerintahan Provinsi Jabar, Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Bandung.
Aksi ini dilakukan terkait konflik pengelolaan sumber daya alam yang terjadi antara petani Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) dan PTPB VII Cinta Manis pada 31 Januari 2013 lalu. Sedikitnya 25 orang petani dan aktivis menjadi korban kekerasan yang berujung pada penangkapan.
Sampai saat ini, tiga petani dan aktivis WALHI Sumsel yakni Anwar Sadat (Direktur WALHI Sumsel), Dedek Chaniago (SHI Sumsel) dan Kamaludin, masih ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka di Mapolda Sumsel.
Sambil berorasi dan mengusung spanduk yang mengecam kekerasan aparat kepolisian, mereka menuntut tiga orang ini dibebaskan.
"Bebaskan tiga orang aktivis dan petani dari tahanan dan segala macam tuntutan," kata koordinator aksi M Aldi Febrian, di sela aksi, Senin (4/2/2013).
Mereka juga menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah gagal memimpin Indonesia sehingga banyak kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap rakyatnya.
Pendemo juga mendesak Kapolri memecat Kapolres Ogan Ilir dan Kapolda Sumsel, menuntut Gubernur Sumsel untuk bertanggung jawab atas terjadinya konflik.
"Kami mendesak Pemprov Jabar dan DPRD Jabar untuk mengirimkan rekomendasi pembebasan tiga orang petani, dan aktivis kepada Kapolri," ujar Aldi.
Hingga kini, konflik di Ogan Ilir terkesan dibiarkan. Padahal pada 27 Juli 2012 lalu di tempat yang sama aparat melakukan tindak kekerasan. Ini mengakibatkan tewasnya Angga bin Dharmawan (13).
Aksi yang dimulai pukul 11.30 WIB ini juga diikuti para petani Jabar, yakni Baraya Tani, dan aktivis lingkungan dan agraria lainnya dari berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa.
Baca berita terkait di sini
Aksi ini dilakukan terkait konflik pengelolaan sumber daya alam yang terjadi antara petani Ogan Ilir Sumatera Selatan (Sumsel) dan PTPB VII Cinta Manis pada 31 Januari 2013 lalu. Sedikitnya 25 orang petani dan aktivis menjadi korban kekerasan yang berujung pada penangkapan.
Sampai saat ini, tiga petani dan aktivis WALHI Sumsel yakni Anwar Sadat (Direktur WALHI Sumsel), Dedek Chaniago (SHI Sumsel) dan Kamaludin, masih ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka di Mapolda Sumsel.
Sambil berorasi dan mengusung spanduk yang mengecam kekerasan aparat kepolisian, mereka menuntut tiga orang ini dibebaskan.
"Bebaskan tiga orang aktivis dan petani dari tahanan dan segala macam tuntutan," kata koordinator aksi M Aldi Febrian, di sela aksi, Senin (4/2/2013).
Mereka juga menilai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) telah gagal memimpin Indonesia sehingga banyak kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap rakyatnya.
Pendemo juga mendesak Kapolri memecat Kapolres Ogan Ilir dan Kapolda Sumsel, menuntut Gubernur Sumsel untuk bertanggung jawab atas terjadinya konflik.
"Kami mendesak Pemprov Jabar dan DPRD Jabar untuk mengirimkan rekomendasi pembebasan tiga orang petani, dan aktivis kepada Kapolri," ujar Aldi.
Hingga kini, konflik di Ogan Ilir terkesan dibiarkan. Padahal pada 27 Juli 2012 lalu di tempat yang sama aparat melakukan tindak kekerasan. Ini mengakibatkan tewasnya Angga bin Dharmawan (13).
Aksi yang dimulai pukul 11.30 WIB ini juga diikuti para petani Jabar, yakni Baraya Tani, dan aktivis lingkungan dan agraria lainnya dari berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa.
Baca berita terkait di sini
(rsa)