Ditelantarkan, pasien miskin demo camat dengan tandu
A
A
A
Sindonews.com - Seorang pasien miskin di Desa Jatirejo, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan, terlantar gara-gara terhambat pelayanan aparat desa. Karena kesal, sejumlah keluarganya mengusung pasien penderita kelumpuhan ini dengan tandu ke kantor kecamatan.
Dengan berjalan kaki sejauh 1 KM, Hudlori (66), diusung menggunakan tempat tidur terbuat dari bambu. Mereka juga membawa poster berisi kekecewaan atas perlakuan yang tidak adil.
Mereka berharap, dengan mengusung pasien ke kantor Camat bisa segera mendapatkan solusi dan penanganan medis. Karena tanpa mengantongi SPM, pihak keluarga mustahil bisa mengobatkan ke RSUD Bangil yang menelan biaya sebesar Rp30 juta.
Menurut seorang putrinya, Alfiah (22), sejak seminggu mengurus surat pernyataan miskin (SPM), dia selalu dipersulit kepala desanya. Hal ini diduga berlatar belakang dendam lama, saat kades didemo warga atas tuduhan perselingkuhan.
"Kami tidak dihiraukan saat minta SPM. Kami harus menyembah-nyembah dulu untuk dapat surat tersebut, kata Alfiah, Rabu (23/1/2013).
Tidak berhenti disitu, ditengah mengurusi rekomendasi dari kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, kades meminta perangkatnya untuk tidak melanjutkan proses tersebut. Sehingga tanpa rekom tersebut, pasien tidak bisa dilayani.
Setelah berdebat argumentasi, Camat Lekok, Sundoro meminta agar pasien segera diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan medis. Mengenai karut marutnya proses administrasi, pihaknya akan bertanggung jawab mengurusinya.
Dengan berjalan kaki sejauh 1 KM, Hudlori (66), diusung menggunakan tempat tidur terbuat dari bambu. Mereka juga membawa poster berisi kekecewaan atas perlakuan yang tidak adil.
Mereka berharap, dengan mengusung pasien ke kantor Camat bisa segera mendapatkan solusi dan penanganan medis. Karena tanpa mengantongi SPM, pihak keluarga mustahil bisa mengobatkan ke RSUD Bangil yang menelan biaya sebesar Rp30 juta.
Menurut seorang putrinya, Alfiah (22), sejak seminggu mengurus surat pernyataan miskin (SPM), dia selalu dipersulit kepala desanya. Hal ini diduga berlatar belakang dendam lama, saat kades didemo warga atas tuduhan perselingkuhan.
"Kami tidak dihiraukan saat minta SPM. Kami harus menyembah-nyembah dulu untuk dapat surat tersebut, kata Alfiah, Rabu (23/1/2013).
Tidak berhenti disitu, ditengah mengurusi rekomendasi dari kantor Kependudukan dan Catatan Sipil, kades meminta perangkatnya untuk tidak melanjutkan proses tersebut. Sehingga tanpa rekom tersebut, pasien tidak bisa dilayani.
Setelah berdebat argumentasi, Camat Lekok, Sundoro meminta agar pasien segera diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan medis. Mengenai karut marutnya proses administrasi, pihaknya akan bertanggung jawab mengurusinya.
(rsa)