Sejak dicopot, mantan kepala sekolah depresi berat
A
A
A
Sindonews.com - Gara-gara dicopot dari jabatan sebagai kepala sekolah (Kasek) SMA Negeri 1 Jakenan, Kabupaten Pati, Sukari (51) mengalami depresi berat. Kendati telah membawa SMAN 1 meraih berbagai prestasi akademik, Sukari malah dicopot dengan tidak hormat.
Karena depresi berat itu pula, kini Sukari hanya bisa terbaring di kamar rumahnya yang ada di Desa Growong Lor, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Guru yang sudah puluhan tahun mengabdi ini tidak sanggup lagi bangkit atau berdiri dari dari tempat tidurnya.
Jika ada orang yang membesuk, Sukari terlihat meracau. Ia memang berbicara tapi materi pembicaraannya tidak jelas alias. Meski tidak jelas, namun salah satu materi pembicaraan yang kerap disinggungnya, yakni berbagai prestasi yang pernah diraihnya selama empat tahun menjabat sebagai Kasek SMA N 1 Jakenan.
“Ya begini ini kondisi bapak. Jika dihitung hingga hari ini, bapak tidak bisa beraktivitas apa-apa lagi. Ia hanya tidur-tiduran di kamar,” kata istri Sukari, Rusmi, di Pati, Kamis (17/1/2013).
Sukari dicopot dari jabatan Kasek SMA Negeri 1 Jakenan melalui SK Bupati Nomor 800/3515/2012 pada akhir 2012 lalu. Setelah dicopot dari Kasek yang sudah empat tahun dijabatnya, kini Sukari hanya menjadi tenaga pendidik biasa.
Saat didatangi di rumahnya, Rusmi pun tak kuasa menahan isak tangis. Air mata pun terlihat menetes di kedua pipinya. Dengan tangis berderai, Rusmi langsung memuntahkan uneg-uneg isi hatinya perihal pencopotan jabatan suaminya.
Menurut Rusmi, tindakan pencopotan yang dilakukan oleh Bupati Pati, Haryanto adalah bentuk kesewenang-wenangan. Sebab selama menjabat Kasek SMA N 1 Jakenan, suaminya tidak pernah membuat masalah. Selain itu, saat dipimpin suaminya, SMA N 1 Jakenan, juga menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Untuk prestasi akademik, sekolah tersebut mampu meraih nilai akreditasi 94 atau ranking dua se-Kabupaten Pati. Selain itu suaminya juga berperan besar dalam berbagai kemajuan pembangunan fisik di sekolah tersebut.
“Tapi sekarang malah dicopot secara mendadak dengan dengan alasan kinerja yang kurang baik. Ini yang membuat suami saya mengalami depresi hingga jatuh sakit,” jelasnya.
Rusmi berharap, persoalan yang menimpa suaminya mendapat perhatian dari pihak berwenang. Yakni Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional dan jajarannya yang ada di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Jika memang bersalah Rusmi mengaku rela suaminya sekalian dipecat dari profesinya sebagai guru. Namun jika tidak bersalah, ia ingin setidaknya nama suaminya direhabilitasi dan hak-haknya dikembalikan.
“Jadi fair. Saya khawatir alasan pencopotan suami saya karena alasan-alasan tertentu yang tidak ada hubungannya dengan kinerjanya sewaktu menjabat Kasek SMA N 1 Jakenan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, Sarpan belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan ini. Saat dihubungi melalui telepon genggamnya tidak ada jawaban. Begitu pula saat dikirimi pesan singkat.
Bupati Pati Haryanto juga belum dikonfirmasi. Saat dihubungi hingga beberapa kali, telepon genggamnya menunjukkan aktif namun tidak ada jawaban dari orang nomor satu di Kabupaten Pati tersebut.
Karena depresi berat itu pula, kini Sukari hanya bisa terbaring di kamar rumahnya yang ada di Desa Growong Lor, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Guru yang sudah puluhan tahun mengabdi ini tidak sanggup lagi bangkit atau berdiri dari dari tempat tidurnya.
Jika ada orang yang membesuk, Sukari terlihat meracau. Ia memang berbicara tapi materi pembicaraannya tidak jelas alias. Meski tidak jelas, namun salah satu materi pembicaraan yang kerap disinggungnya, yakni berbagai prestasi yang pernah diraihnya selama empat tahun menjabat sebagai Kasek SMA N 1 Jakenan.
“Ya begini ini kondisi bapak. Jika dihitung hingga hari ini, bapak tidak bisa beraktivitas apa-apa lagi. Ia hanya tidur-tiduran di kamar,” kata istri Sukari, Rusmi, di Pati, Kamis (17/1/2013).
Sukari dicopot dari jabatan Kasek SMA Negeri 1 Jakenan melalui SK Bupati Nomor 800/3515/2012 pada akhir 2012 lalu. Setelah dicopot dari Kasek yang sudah empat tahun dijabatnya, kini Sukari hanya menjadi tenaga pendidik biasa.
Saat didatangi di rumahnya, Rusmi pun tak kuasa menahan isak tangis. Air mata pun terlihat menetes di kedua pipinya. Dengan tangis berderai, Rusmi langsung memuntahkan uneg-uneg isi hatinya perihal pencopotan jabatan suaminya.
Menurut Rusmi, tindakan pencopotan yang dilakukan oleh Bupati Pati, Haryanto adalah bentuk kesewenang-wenangan. Sebab selama menjabat Kasek SMA N 1 Jakenan, suaminya tidak pernah membuat masalah. Selain itu, saat dipimpin suaminya, SMA N 1 Jakenan, juga menunjukkan kemajuan yang signifikan.
Untuk prestasi akademik, sekolah tersebut mampu meraih nilai akreditasi 94 atau ranking dua se-Kabupaten Pati. Selain itu suaminya juga berperan besar dalam berbagai kemajuan pembangunan fisik di sekolah tersebut.
“Tapi sekarang malah dicopot secara mendadak dengan dengan alasan kinerja yang kurang baik. Ini yang membuat suami saya mengalami depresi hingga jatuh sakit,” jelasnya.
Rusmi berharap, persoalan yang menimpa suaminya mendapat perhatian dari pihak berwenang. Yakni Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Pendidikan Nasional dan jajarannya yang ada di tingkat Provinsi Jawa Tengah.
Jika memang bersalah Rusmi mengaku rela suaminya sekalian dipecat dari profesinya sebagai guru. Namun jika tidak bersalah, ia ingin setidaknya nama suaminya direhabilitasi dan hak-haknya dikembalikan.
“Jadi fair. Saya khawatir alasan pencopotan suami saya karena alasan-alasan tertentu yang tidak ada hubungannya dengan kinerjanya sewaktu menjabat Kasek SMA N 1 Jakenan,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pati, Sarpan belum bisa dikonfirmasi terkait persoalan ini. Saat dihubungi melalui telepon genggamnya tidak ada jawaban. Begitu pula saat dikirimi pesan singkat.
Bupati Pati Haryanto juga belum dikonfirmasi. Saat dihubungi hingga beberapa kali, telepon genggamnya menunjukkan aktif namun tidak ada jawaban dari orang nomor satu di Kabupaten Pati tersebut.
(ysw)