Pemkab tak akan ganti rugi unggas mati

Rabu, 16 Januari 2013 - 21:54 WIB
Pemkab tak akan ganti...
Pemkab tak akan ganti rugi unggas mati
A A A
Sindonews.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut menyatakan tidak akan mengganti rugi ribuan unggas yang mati.

Selain kosong, dana pengganti bagi para peternak yang menganggur setelah seluruh ternaknya mati memang tidak dianggarkan di APBD Garut 2013.

“Sejauh ini tidak akan ada penggantian. Belum ada ketetapan sejauh itu,” kata Kapala Bidang Kesehatan Hewan dan Masyarakat Veterainer Disnakanla Kabupaten Garut Iman Budiman, Rabu (16/1/2013).

Menurut Iman, pihak Disnakanla Kabupaten Garut saat ini baru bisa menyediakan vaksin dan langkah penyemprotan cairan disinfektan secara gratis bagi para peternak. Hal itu ditujukan agar penyakit misterius yang menyerang unggas tidak menyebar lebih luas.

“Sekarang ini, tim dari kami (Disnakanla) sedang melakukan pengecekan ke Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, dan beberapa wilayah lain yang ada peternakan unggasnya. Langkah paling utama adalah penyemprotan disinfektan. Sedangkan untuk pemberian vaksin kami lakukan bila ada masyarakat yang ingin unggasnya divaksin. Kami himbau kepada masyarakat semuanya gratis,” paparnya.

Sejak akhir 2012 hingga awal 2013 ini, kata Iman, kecenderungan unggas yang mati secara serentak setelah terkena penyakit mengalami perubahan, yaitu dari unggas jenis ayam ke bebek. Diperkirakan, banyaknya unggas yang mati didominasi oleh jenis bebek.

“Ada perubahan pola bila dibanding dengan 2011 lalu. Dulu itu unggas yang mati lebih didominasi oleh jenis ayam. Sekarang, hampir 70 persen dialami bebek. Ciri-ciri unggas yang mati sama, yaitu lemas dan kejang. Dari pemeriksaan di lab beberapa waktu lalu, penyakitnya didiagnosa karena tetelo atau newcastle desease (ND). Belum ada yang positif terkena flu burung. Meski begitu, kami tetap akan memeriksa sempel dari kasus terakhir di Desa Cintakarya agar lebih jelas,” urainya.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut Dede Rohmansyah mengimbau agar masyarakat tidak panik dalam menyikapi banyaknya kasus kematian unggas di berbagai wilayah. Dia pun meminta agar masyarakat dapat menjaga kebersihan di lingkungan sekitar kandang.

“Sejauh ini, belum ada kasus manusia terjangkit atau tertular karena penyakit yang menyerang unggas. Di kasus penyakit flu burung, manusia yang tertular biasanya menunjukan gejala awal pada saluran pernafasannya. Bila pun ada di sejumlah puskesmas atau rumah sakit, itu bukan dikarenakan oleh penyakit tetelo apalagi flu burung, melainkan karena perubahan cuaca ekstrim pada beberapa waktu terakhir ini,” katanya.

Agar mudah didata dan ditangani secara cepat, Dede pun menyarankan masyarakat untuk segera melapor ke instansi terdekat, seperti desa dan kecamatan. Dengan demikian, nilai kerugian yang akan mendera masyarakat dapat ditekan.

“Bangkai unggas yang mati mendadak jangan dibuang sembarangan apalagi sampai dimakan. Harus dibakar dalam lubang lalu dikubur,” tandasnya.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7324 seconds (0.1#10.140)