Batu Prasasti Sebaluh dirusak oknum
A
A
A
Sindonews.com - Sebuah batu prasati di Punden Sebaluh atau di makam mbah Ageng Hajar Seguh, di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang ditemukan dalam kondisi rusak parah.
Kordinator juru kunci benda purbakala wilayah Malang Raya, Hariyoto menyatakan, batu prasasti yang terdapat di Punden Sebaluh itu diperkirakan ditulis oleh Empu Sendok pada abad 8-9 masehi atau ditahun 800 silam.
Batu prasasti yang ada di Punden Sebaluh itu, seumuran dengan Candi Songgoriti, Candi Badut di Dinoyo, Kota Malang dan batu prasasti Turian di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
"Tulisannya diatas permukaan batu andesit itu menggunakan bahasa sansekerta. Hanya aerkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto yang bisa membacanya," jelas Hariyoto di Desa Pandesari, Rabu (9/1/2013).
Atas kondisi ini, dia berharap Pemkab Malang lebih peduli lagi terhadap benda purbakala yang ada di wilayahnya.
"Yang akan kita lakukan saat ini adalah melaporkan kejadian ini ke BPCB Trowulan. Untuk mendapatkan nomor register. Lalu akan kita kembalikan lagi ke tempat asalnya. Batunya akan kita susun agar tulisannya bisa dibaca," urai dia.
Jumlah pecahan batu prasasti itu ada 18 buah. Dua diantaranya berbentuk lingga dan yoni.
"Biasanya kalau ada batu lingga dan yoni menandakan daerah ini kawasan pertanian. Sama dengan wilayah Kecamatan Turen," ujar Hariyoto.
Wajib Abraham, tokoh masyarakat Dusun Sebaluh, Desa Pandesari menyatakan, sekitar tahun 1965 sekelompok oknum mahasiswa merusak batu prasasti itu.
Kemudian oleh masyarakat, pecahan batunya disimpan didalam cungkup makam Mbah Ageng Hajar Seguh.
"Pada tahun 70-an, tulisan pada batu prasasti itu pernah dibaca oleh Dinas Kebudayaan, Kabupaten Malang. Kita berharap, batu prasasti itu bisa disusun lagi agar bisa menunJukan cerita tentang wilayah Pujon," pungkas Wajib Abraham.
Kordinator juru kunci benda purbakala wilayah Malang Raya, Hariyoto menyatakan, batu prasasti yang terdapat di Punden Sebaluh itu diperkirakan ditulis oleh Empu Sendok pada abad 8-9 masehi atau ditahun 800 silam.
Batu prasasti yang ada di Punden Sebaluh itu, seumuran dengan Candi Songgoriti, Candi Badut di Dinoyo, Kota Malang dan batu prasasti Turian di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.
"Tulisannya diatas permukaan batu andesit itu menggunakan bahasa sansekerta. Hanya aerkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto yang bisa membacanya," jelas Hariyoto di Desa Pandesari, Rabu (9/1/2013).
Atas kondisi ini, dia berharap Pemkab Malang lebih peduli lagi terhadap benda purbakala yang ada di wilayahnya.
"Yang akan kita lakukan saat ini adalah melaporkan kejadian ini ke BPCB Trowulan. Untuk mendapatkan nomor register. Lalu akan kita kembalikan lagi ke tempat asalnya. Batunya akan kita susun agar tulisannya bisa dibaca," urai dia.
Jumlah pecahan batu prasasti itu ada 18 buah. Dua diantaranya berbentuk lingga dan yoni.
"Biasanya kalau ada batu lingga dan yoni menandakan daerah ini kawasan pertanian. Sama dengan wilayah Kecamatan Turen," ujar Hariyoto.
Wajib Abraham, tokoh masyarakat Dusun Sebaluh, Desa Pandesari menyatakan, sekitar tahun 1965 sekelompok oknum mahasiswa merusak batu prasasti itu.
Kemudian oleh masyarakat, pecahan batunya disimpan didalam cungkup makam Mbah Ageng Hajar Seguh.
"Pada tahun 70-an, tulisan pada batu prasasti itu pernah dibaca oleh Dinas Kebudayaan, Kabupaten Malang. Kita berharap, batu prasasti itu bisa disusun lagi agar bisa menunJukan cerita tentang wilayah Pujon," pungkas Wajib Abraham.
(ysw)