Tahun ini, ada 8 gajah mati

Tahun ini, ada 8 gajah mati
A
A
A
Sindonews.com - Kehidupan gajah di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), Pelalawan Riau makin mengkawatirkan. Meski hidup di kawasan konservasi yang disediakan pemerintah, namun tidak membuat gajah ini selamat dari maut.
Humas World Wide Fund for Nature (WWF) Riau Syamsidar mencatat, sejak awal 2012, delapan ekor gajah mati di TNTN dan sekitarnya. Ini menandakan, walau hidup dikawasan yang dilindungi, namun maut tetap saja mengancam satwa yang hampir punah itu.
"Di dalam TNTN, ada tiga ekor yang mati dan lima ekor lagi mati di area hutan Tesso Nilo, masih bagian Taman Nasional secara keseluruhan," ucapnya, kepada wartawan, di Pekanbaru, Senin (15/8/2012).
Ia menjelaskan, banyaknya perambahan sekaligus dijadikannya tempat tinggal masyarakat secara ilegal di sekitar TNTN, menjadi penyebab terancamnya gajah Sumatera di sana.
Dari informasi yang dihimpun, sudah ribuan hektar kawasan TNTN dijadikan pemukiman dan perkebunan ilegal. Saat ini diperkirakan ada 1.500 kepala keluarga yang bermukim secara ilegal disana. Lemahnya hukum juga merupakan faktor berikutnya yang semakin mengancam kelangsungan hidup gajah.
"Selama ini tidak satupun kasus pembunuhan satwa yang terungkap. Inilah yang membuat orang mudah melakukan pembunuhan lagi untuk yang kesekian kalinya. Selain itu kasus penegakan hukum yang merambah TNTN juga sampai kini tidak jelas," tandasnya.
Diketahui, akhir pekan lalu, seekor gajah jantan berusai empat tahun kembali ditemukan mati di TNTN. Balai TNTN menyatakan gajah tersebut mati akibat diracun. Ini karena ada benda asing yang diduga racun yang membuat gajah ini tidak berdaya dan akhirnya mati.
TNTN saat ini memiliki luas 86 ribu hektar. TNTN ditetapkan sebagai kasawan konservasi harimau dan gajah Sumatera sejak tahun 2004. Namun kini kondisinya kritis.
Humas World Wide Fund for Nature (WWF) Riau Syamsidar mencatat, sejak awal 2012, delapan ekor gajah mati di TNTN dan sekitarnya. Ini menandakan, walau hidup dikawasan yang dilindungi, namun maut tetap saja mengancam satwa yang hampir punah itu.
"Di dalam TNTN, ada tiga ekor yang mati dan lima ekor lagi mati di area hutan Tesso Nilo, masih bagian Taman Nasional secara keseluruhan," ucapnya, kepada wartawan, di Pekanbaru, Senin (15/8/2012).
Ia menjelaskan, banyaknya perambahan sekaligus dijadikannya tempat tinggal masyarakat secara ilegal di sekitar TNTN, menjadi penyebab terancamnya gajah Sumatera di sana.
Dari informasi yang dihimpun, sudah ribuan hektar kawasan TNTN dijadikan pemukiman dan perkebunan ilegal. Saat ini diperkirakan ada 1.500 kepala keluarga yang bermukim secara ilegal disana. Lemahnya hukum juga merupakan faktor berikutnya yang semakin mengancam kelangsungan hidup gajah.
"Selama ini tidak satupun kasus pembunuhan satwa yang terungkap. Inilah yang membuat orang mudah melakukan pembunuhan lagi untuk yang kesekian kalinya. Selain itu kasus penegakan hukum yang merambah TNTN juga sampai kini tidak jelas," tandasnya.
Diketahui, akhir pekan lalu, seekor gajah jantan berusai empat tahun kembali ditemukan mati di TNTN. Balai TNTN menyatakan gajah tersebut mati akibat diracun. Ini karena ada benda asing yang diduga racun yang membuat gajah ini tidak berdaya dan akhirnya mati.
TNTN saat ini memiliki luas 86 ribu hektar. TNTN ditetapkan sebagai kasawan konservasi harimau dan gajah Sumatera sejak tahun 2004. Namun kini kondisinya kritis.
(maf)