Demi kesembuhan anaknya, Asad rela jual tanah

Jum'at, 28 September 2012 - 14:38 WIB
Demi kesembuhan anaknya, Asad rela jual tanah
Demi kesembuhan anaknya, Asad rela jual tanah
A A A
Sindonews.com - Dwi Priyo Wibowo anak laki-laki dari pasangan Asad Abdul Aziz (42), dan Sumiyati (37), warga Dusun Tulung Desa Bumirejo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Yogyakarta ini, sudah sembilan tahun hanya bisa terbaring di dalam kamar. Sejak usianya menginjak empat bulan ia mengidap penyakit aneh yang mengakibatkan kelumpuhan.

Dwi, biasa bocah ini dipanggil, tengah berada di gendongan ibunya, saat SINDO mengunjungi rumahnya. Sementara, ayahnya Asad yang keluar dari dalam menyambut dengan ramah.

"Monggo pinarak mlebet (Mari masuk, duduk),” katanya mempersilakan masuk ke ruang tamu, Jumat (28/9/2012).

Pria yang bekerja sebagai buruh harian pembuatan lanting (makanan ringan) ini kemudian menceritakan perihal mengenai penyakit yang diderita anaknya. Menurutnya, Dwi pertama kali hanya menderita batuk pada umur empat bulan.

"Setelah itu kami membawanya ke dokter. Dari hasil pemeriksaan dikatakan kalau anak kami hanya mengalami sakit batuk biasa yang tertular dari anggota keluarga," kenangnya.

Lanjutnya, usai dari dokter kondisi sang anak mulai membaik meskipun belum sembuh secara total. Namun, dia menaruh curiga, karena muncul keanehan dari anaknya yang tidak kunjung bisa menggerakkan tubuhnya dengan normal.

"Biasanya kalau anak seumur itu kan bisa aktif bergerak, tapi ini malah belum bisa tengkurap. Kami merasa ada yang aneh pada anak kami," tuturnya lagi.

Melihat kondisi tersebut, membuat kedua orangtua Dwi kembali ke dokter untuk memastikan kondisinya. Namun, tiap dokter yang didatangi tidak bisa memberikan kejelasan perihal penyakit yang diidapnya.

“Waktu itu dokter hanya mengidentifikasi masuk angin,” imbuhnya.

Upaya pengobatan terus dilakukan, namun kondisinya tak kunjung membaik. Bahkan Dwi pun tidak bisa tumbuh normal dan mengalami lumpuh.

"Duduk pun juga sulit. Kalau harus didudukan kita menjaga badanya dalam posisi tegak. Kalau tidak, dia bisa terjatuh," ujarnya.

Tidak hanya cukup di situ, jelang beberapa tahun berselang kondisi pun tidak kunjung membaik.

Kedua orangtua Dwi, juga sudah mencoba penyembuhan anaknya itu lewat jalur alternatif. Namun tetap saja tidak menunjukan hasil yang positif. Sampai sekarang usianya yang memasuki sembilan tahun, Dwi masih terbaring di tempat tidur.

“Anehnya, setelah menjalani pengonatan alternatif yang modelnya mistis, anak kami malah seperti ketakutan dan menjerit kalau malam hari. Setelah itu, kami memilih jalan pengobatan lain,” ungkapnya.

Sumiyati yang usai menyuapi anaknya itu juga menambahkan, kondisi pertumbuhan badan tidak berbeda jauh dari anak-anak sebayanya. Namun, yang berbeda kondisi tulang bagian belakangnya. Tulang bagian belakang tidak kuat untuk menahan ataupun menguatkan posisi duduk dan berdiri.

Asad maupun Sumiyati berharap anaknya bisa sembuh dan tumbuh normal sebagaimana anak yang lain. Segala bentuk upaya pengobatan yang dilakukan sudah menghabiskan biaya puluhan juta rupiah.

Bahkan, sebidang tanah yang berada di wilayah Dusun Plandi, Kelurahan Pasuruhan, Kecamatan Mertoyudan dijual guna biaya pengobatan anak tercintanya itu.

"Waktu itu terjual dengan harga Rp18 juta. Dan itu memang sudah nadzar kami sebagai orangtua kalau hasil penjualan tanah itu untuk biaya anak sampai sembuh. Tapi uang itu sudah habis, anak kami belum ada perkembangannya dan masih seperti itu,” tutur Sumiyati.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4653 seconds (0.1#10.140)