Awas, hutan di Maros rawan kebakaran

Awas, hutan di Maros rawan kebakaran
A
A
A
Sindonews.com - Kemarau panjang yang berkepanjangan ini, membuat semua orang meningkatkan kewaspadaan. Warga di Kabupaten Maros diminta waspadai kebakaran hutan.
Pemerintah Kabupaten Maros melalui Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Maros, M Nurdin memberikan peringatan kepada warga, untuk berhati-hati dan tetap waspada untuk kejadian kebakaran lahan hutan.
Peringatan itu, lebih dikhususkan bagi warga yang bermukim di kawasan hutan, di beberapa daerah seperti Mallawwa, Tompobulu, Cenrana dan Laiya. Menurutnya, kemarau tahun ini, membuat beberapa tanaman di kawasan hutan, baik hutan konservasi, hutan rakyat dan hutan lindung mengalami kekeringan. Hal itu sangat rentan dengan kebakaran hutan.
"Kami melakukan beberapa peringatan, dengan memberikan selebaran yang disebarkan kepada warga yang menetap di kawasan hutan, untuk senatiasa mewaspai musim kemarau ini. Hal itu kami lakukan melalui selebaran dan sosialisasi. Cara itu kami anggap cukup baik dan manjur, karena bagaimana pun aparat desa dan kecamatan, jauh lebih mengenal warganya," ungkap Nurdin menjelaskan kepada wartawan, Rabu (26/9/2012).
Warning ataupun peringatan itu pun dikhususkan bagi pencari lebah hutan yang sering menggunakan obor dalam kerjaannya. Mereka diminta berhati-hati dalam penggunaan api obornya. Serta bagi warga yang biasa membuka lahan dengan membakar rumput. Dia meminta cara itu tidak digunakan.
"Di Maros ini, ada pencari lebah liar. Biasanya mereka menggunakan api untuk mengusir lebah. Mereka itulah yang harus diberikan peringatan untuk berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Karena sedikit apapun percikan api, bila membakar daun kering, bisa memicu kebakaran hutan," ungkapnya.
Nurdin menjelaskan, untuk kabupaten Maros terdapat sedikitnya 68.000 hektare area kawasan hutan. 50 persen di antaranya merupakan kawasan hutan yang rawan dan berpotensi terbakar yang dekat dengan kawasan penduduk.
Dia mengatakan, kebakaran lahan dan hutan mengakibatkan kerugian, serta konflik satwa liar, akibat kurangnya habitat mereka. Satwa-satwa yang biasanya menetap di hutan tentu akan sulit berkembang bila hutan mengalami kebakaran.
"Pernah hutan pendidikan milik Unhas yang terletak di Cenrana terbakar. Kuat dugaan itu dikarenakan pencari lebah hutan yang tidak berhati-hati. Makanya kami tidak mau kejadian itu terulang lagi," ujarnya.
Pemerintah Kabupaten Maros melalui Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan kabupaten Maros, M Nurdin memberikan peringatan kepada warga, untuk berhati-hati dan tetap waspada untuk kejadian kebakaran lahan hutan.
Peringatan itu, lebih dikhususkan bagi warga yang bermukim di kawasan hutan, di beberapa daerah seperti Mallawwa, Tompobulu, Cenrana dan Laiya. Menurutnya, kemarau tahun ini, membuat beberapa tanaman di kawasan hutan, baik hutan konservasi, hutan rakyat dan hutan lindung mengalami kekeringan. Hal itu sangat rentan dengan kebakaran hutan.
"Kami melakukan beberapa peringatan, dengan memberikan selebaran yang disebarkan kepada warga yang menetap di kawasan hutan, untuk senatiasa mewaspai musim kemarau ini. Hal itu kami lakukan melalui selebaran dan sosialisasi. Cara itu kami anggap cukup baik dan manjur, karena bagaimana pun aparat desa dan kecamatan, jauh lebih mengenal warganya," ungkap Nurdin menjelaskan kepada wartawan, Rabu (26/9/2012).
Warning ataupun peringatan itu pun dikhususkan bagi pencari lebah hutan yang sering menggunakan obor dalam kerjaannya. Mereka diminta berhati-hati dalam penggunaan api obornya. Serta bagi warga yang biasa membuka lahan dengan membakar rumput. Dia meminta cara itu tidak digunakan.
"Di Maros ini, ada pencari lebah liar. Biasanya mereka menggunakan api untuk mengusir lebah. Mereka itulah yang harus diberikan peringatan untuk berhati-hati dalam melakukan pekerjaannya. Karena sedikit apapun percikan api, bila membakar daun kering, bisa memicu kebakaran hutan," ungkapnya.
Nurdin menjelaskan, untuk kabupaten Maros terdapat sedikitnya 68.000 hektare area kawasan hutan. 50 persen di antaranya merupakan kawasan hutan yang rawan dan berpotensi terbakar yang dekat dengan kawasan penduduk.
Dia mengatakan, kebakaran lahan dan hutan mengakibatkan kerugian, serta konflik satwa liar, akibat kurangnya habitat mereka. Satwa-satwa yang biasanya menetap di hutan tentu akan sulit berkembang bila hutan mengalami kebakaran.
"Pernah hutan pendidikan milik Unhas yang terletak di Cenrana terbakar. Kuat dugaan itu dikarenakan pencari lebah hutan yang tidak berhati-hati. Makanya kami tidak mau kejadian itu terulang lagi," ujarnya.
(azh)