Warga dari dua desa di Garut kesulitan air
Senin, 27 Agustus 2012 - 03:01 WIB

Warga dari dua desa di Garut kesulitan air
A
A
A
Sindonews.com - Kebakaran hutan lindung di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan berdampak pada terhentinya pasokan air bersih bagi warga di dua desa Kecamatan Cisurupan.
Titik api yang membakar hutan, merembet dan membakar pipa saluran pemasok air pegunungan untuk warga Desa Sirnajaya dan Desa Karamat Wangi.
“Tercatat sebanyak 90 KK (kepala keluarga) di Kampung Pasirtalang, Desa Sirnajaya, kesulitan air. Sedangkan di Kampung Cirandog, Desa Karamat Wangi sebanyak 40 KK,” kata Camat Cisurupan Iman Prayogi, Minggu (26/8/2012).
Agar bisa mendapatkan air untuk minum, memasak, dan keperluan lainnya warga harus mengambil langsung dari mata air yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman.
Kondisi itu akan terus terjadi, selama pipa saluran yang baru belum dipasang kembali.
“Untuk menyambung air gunung ke Desa Sirnajaya, diperlukan pipa paralon sepanjang 900 meter. Sedangkan untuk ke Desa Karamat Wangi, pipa yang diperlukan sepanjang 600 meter,” sebutnya.
Sementara itu, Kapolsek Cisurupan Kompol Dedet Hermana mengatakan, selama enam hari sejak kawasan TWA Gunung Papandayan terbakar Selasa (21/8) lalu, luas wilayah hutan yang terbakar kurang lebih mencapai 50 hektare. Kebakaran masih terjadi di beberapa titik.
“Itu bila digabung dengan kawasan hutan yang sudah padam,” katanya.
Terpisah, Kepala Seksi Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Wilayah V Jabar Teguh Setiawan menyebutkan, titik api yang masih menyala terletak di kawasan hutan setinggi 1.500 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Dipastikannya, kebakaran hutan ini tidak mengancam permukiman warga.
“Penyebab pastinya kami tidak tahu. Ada dua kemungkinan, apakah karena kekeringan di musim kemarau, atau karena ulah manusia yang datang ke gunung dan meninggalkan api,” ucapnya.
Titik api yang membakar hutan, merembet dan membakar pipa saluran pemasok air pegunungan untuk warga Desa Sirnajaya dan Desa Karamat Wangi.
“Tercatat sebanyak 90 KK (kepala keluarga) di Kampung Pasirtalang, Desa Sirnajaya, kesulitan air. Sedangkan di Kampung Cirandog, Desa Karamat Wangi sebanyak 40 KK,” kata Camat Cisurupan Iman Prayogi, Minggu (26/8/2012).
Agar bisa mendapatkan air untuk minum, memasak, dan keperluan lainnya warga harus mengambil langsung dari mata air yang jaraknya cukup jauh dari pemukiman.
Kondisi itu akan terus terjadi, selama pipa saluran yang baru belum dipasang kembali.
“Untuk menyambung air gunung ke Desa Sirnajaya, diperlukan pipa paralon sepanjang 900 meter. Sedangkan untuk ke Desa Karamat Wangi, pipa yang diperlukan sepanjang 600 meter,” sebutnya.
Sementara itu, Kapolsek Cisurupan Kompol Dedet Hermana mengatakan, selama enam hari sejak kawasan TWA Gunung Papandayan terbakar Selasa (21/8) lalu, luas wilayah hutan yang terbakar kurang lebih mencapai 50 hektare. Kebakaran masih terjadi di beberapa titik.
“Itu bila digabung dengan kawasan hutan yang sudah padam,” katanya.
Terpisah, Kepala Seksi Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Wilayah V Jabar Teguh Setiawan menyebutkan, titik api yang masih menyala terletak di kawasan hutan setinggi 1.500 hingga 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl).
Dipastikannya, kebakaran hutan ini tidak mengancam permukiman warga.
“Penyebab pastinya kami tidak tahu. Ada dua kemungkinan, apakah karena kekeringan di musim kemarau, atau karena ulah manusia yang datang ke gunung dan meninggalkan api,” ucapnya.
(lns)