Polio paksa Zakarias merangkak dengan dada

Senin, 09 Juli 2012 - 13:11 WIB
Polio paksa Zakarias merangkak dengan dada
Polio paksa Zakarias merangkak dengan dada
A A A
SELAMA 18 tahun hidup hanya bisa merangkak dengan dada, tidur pun demikian adanya, hanya bisa dilakukan dalam kondisi telungkup. Itulah derita yang dialami Zakarias K. Mopa (18) putera dari pasangan petani miskin Yusuf Retang (56) dan Roslina Landutana (54).

Merangkak dengan dada dari kamarnya menuju depan rumah kediamannya adalah aktivitas rutin Zakarias di Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama 18 tahun hidupnya, hanya dengan cara inilah Zakarias bisa bergerak untuk sekedar menikmati alam luar, walau hanya sebatas halaman rumah sederhana yang telah termakan usia.

Makan, minum, mandi dan buang hajat dilakukannya dalam posisi telungkup sepanjang hidupnya. Penderitaan yang dialaminya ini yakni sejenis kelainan pada kaki karena polio hingga mengakibatkan lumpuh. Tak hanya lumpuh, Zakarias juga derita hydrocepalus sejak berusia tiga bulan.

“Sejak umur tiga bulan badannya panas seperti terbakar. Kami sudah bawa kemana-mana dari rumah sakit hingga dukun namun tidak ada perubahan. Kami tak punya biaya lagi, hanya bisa pasrah dan tetap merawatnya. Belum pernah ada petugas puskesmas dan dinas kesehatan yang datang walau hanya untuk sekdedar menjenguknya,” jelas Yusuf yang didampingi oleh istrinya Roslina dengan mata berkaca-kaca ketika ditemui di kediaman mereka pekan lalu.

Kemiskinan menjadi hambatan keluarga ini untuk mengobati atau meringankan derita puteranya. Rumah Zakarias yang jauh dari fasilitas kesehatan juga menjadi kendala. Menuju kediaman keluarga ini harus dilalui dengan jalan setapak dan menyeberangi sungai besar dengan sampan kecil.

Kepedulian pemerintah dan donatur yang bisa memberikan bantuan bagi kesembuhan dan sedikit penghiburan, masihlah sebatas harapan Zakarias dan keluarganya.

“Nyungga na ayamu pahada warungmuya ningga ka la handuka la mbaru maling,” ujar Zakarias bernyanyi mengusir suntuk dan deritanya dalam bahasa daerah setempat. Dalam bahasa indonesia artinya, “Aku kekasihmu kau tinggal pergi, menyisakan duka di pagi dan malam hari".
(azh)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5411 seconds (0.1#10.140)