Fasilitas mewah, imigran di Rudenim tetap kabur

Senin, 04 Juni 2012 - 18:41 WIB
Fasilitas mewah, imigran...
Fasilitas mewah, imigran di Rudenim tetap kabur
A A A
Sindonews.com - Walaupun tampak sama, Rumah detensi Imidrasi (Rudemin) sangat berbeda dengan penjara para pelaku tindak pidana pada umumnya. Meski sama-sama berpagar tembok dan kawat berduri setinggi lima meter, fasilitas dan perlakuan terhadap deteni (penghuni Rudenim) ibarat memperlakukan tamu istimewa.

Di beberapa blok tahanan, terdapat fasilitas AC, televisi dan dispenser minuman panas dan dingin. Soal makanan, roti, biskuit, mereka bisa mendapatkan menu spesial. Soal lauk pauk, para deteni bisa meminta tambahan. Bahkan sehelai rambut yang tercampur dalam makanan bisa menjadi persoalan besar.

Pasokan makanan hingga perlengkapan pribadi para tahanan ini menjadi urusan lembaga asing yakni International Organization for Migration (IOM). Lembaga nirlaba yang menangani persoalan migrasi ini secara rutin memonitor dan mendata para pencari suaka politik yang berasal dari negara-negara di Timur Tengah.

Prilaku para deteni di dalam Rudenim bagaikan raja. Pagar besi pembatas di komplek Rudenim seolah menjadi batas teritorial kenegaraan. Imbasnya, mereka bisa sesuka hati memperlakukan para petugas Rudenim di kawasan bebas tersebut.

"Kami sama saja mengantar nyawa jika masuk ke dalam penampungan. Seorang petugas kami pernah diangkat dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah. Petugas lain ada juga yang mulutnya disumpal kain. Petugas tidak berani melawan, apalagi jumlah mereka banyak," ujar seorang petugas Rudenim Surabaya di Raci, Kecamatan Bangil Kabupaten Pasuruan.

Fasilitas sekelas hotel ini ternyata tidak juga membuat para deteni nyaman. Keseharian dengan ketidakpastian akan nasib yang ditentukan oleh UNHCR, membuat deteni kian gelisah. Kabur dari Rudenim adalah satu-satunya pilihan untuk hidup bebas sambil mencari cara menuju negara tujuan di Australia.

"Tidak ada sanksi bagi deteni, jika mereka kabur dari Rudenim. UNHCR tetap akan memproses secara administrasi hingga mereka berstatus refugee (pengungsi). Setelah melalui beberapa tahapan berikutnya, negara tujuan akan mengkonfirmasi bersedia menerima atau tidak para refugee tersebut," kata Iwan Rustiawan, Kepala Rudenim Surabaya.

Diakui Iwan, minimnya petugas Rudenim merupakan salah satu faktor penyebab kaburnya deteni. Meski hanya dijaga satu petugas dalam tempo 24 jam, pihaknya sudah berupaya maksimal menjaga dan memberikan pelayanan terhadap deteni.

"Kamera CCTV yang kami miliki tidak bisa menjangkau area privasi deteni, seperti di kamar mandi. Situasi ini yang dimanfaatkan deteni untuk menggali lubang dalam tanah yang gembur hingga tembus keluar Rudenim. Lantai ruang tahanan akan kami rehab dengan konstruksi cor," tandas Iwan Rustiawan.(azh)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1195 seconds (0.1#10.140)