Hikayat Raja Copet Pasar Baru Bandung

Senin, 04 Juni 2012 - 14:55 WIB
Hikayat Raja Copet Pasar...
Hikayat Raja Copet Pasar Baru Bandung
A A A
Sindonews.com - Jangan lihat perawakannya yang pendek, tapi lihatlah keahliannya dalam melakukan aksi pencopetan. Puluhan tahun menjadi pencopet membuatnya mendapat Raja Copet di Pasar Baru, Bandung.

Ini lah hikayat Udin Ardiansyah alias Doni (40), Raja Copet spesialis HP yang sering beroperasi bersama enam anak buahnya di kawasan pusat perbelanjaan Pasar Baru, Jalan Otto Iskandardinata (Otista), Kota Bandung.

Aksi Doni dan kawan-kawan, memang tergolong licin. Maka, sangat wajar jika komplotan ini sangat disegani oleh para penjahat kelas teri di kawasan Bandung. Doni menekuni pekerjaannya sebagai pencopet sejak tahun 1990.

Sebelumnnya, pria ini sempat mundur dari dunia hitam yang penuh risiko tersebut. Bahkan, dia sempat membuka usaha dengan berjualan baju selama tujuh tahun. Namun, insting penjahatnya terlalu kuat. Sang Raja Copet pun kembali turun ke jalan menyusuri jalan-jalan sempit dan becek. Doni kembali menjadi pencopet pada tahun 2003 silam.

"Pertama kali jadi copet dulu waktu masih bujangan, sekitar tahun 90-an, di Pasar Baru dan Pasar Senin, Jakarta. Sempat berhenti, dan kembali lagi main (copet) pada 2003," ujarnya saat berbincang dengan wartawan di Mapolsekta Andir, Senin (4/6/2012).

Layaknya seorang raja dalam arti sebenarnya, pria ini hidup rukun bersama tiga orang istri dan tiga orang anaknya. Saat ditanya keahliannya, dia menuturkan jika dirinya sanggup untuk mencopet sebuah HP hanya dalam waktu lima detik saja.

"Teman saya jatuhin rokok. Terus pegang kaki kiri korban. Jika korban sudah tertunduk, kemudian teman yang saya satu lagi langsung ambil HP korban," terangnya menjelaskan modus operandinya.

Usai mendapatkan barang curian, layaknya seorang atlet lari estafet, dia mengoper HP korban kepada temannya yang lain hingga terulang sekitar tiga hingga empat kali operan. "Sekali mencopet, hanya dapat tiga atau lima HP. Penghasilannya enggak tentu, kalau paling murah, HP dijual Rp200 ribu dan yang paling mahal sampai Rp1 juta," ungkapnya.

Bukannya ditabung atau untuk keperluan sehari-hari, uang hasil copetan dia pergunakan untuk membeli minuman keras (miras) dan berjudi bersama temannya yang lain. Namun, sepintar apapun bajing melompat, akhirnya jatuh juga. Doni ditangkap bersama teman-temannya saat tengah beraksi.

"Saya belajar ilmu mencopet saat masa kecil di Surabaya, dari Robin. Sekarang, dia sudah meninggal," tukasnya. (san)
()
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8318 seconds (0.1#10.140)