Fosil gigi hewan purba baru ditemukan
A
A
A
Sindonews.com - Penggalian benda bersejarah (ekskavasi) yang dilakukan tim arkeolog Universitas Gajah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair) di sekitar Gua Song Genthong, Desa Besole, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung menemukan sejumlah gigi binatang (fauna) purba.
Fosil gigi bertipe lopodont (berbaris) tersebut berada di lokasi barat daya berdekatan dengan dinding gua.
“Binatang ini berdiet frugivora/folifora atau hanya memakan daun dan buah, “ujar Ketua Tim Peneliti Pusat Laboratorium Bio Antroplogi dan Paleo Antropologi, Fakultas Kedokteran UGM, Rusyad Adi Suryanto kepada wartawan, Jumat (4/5/2012).
Secara teori, gigi merupakan bagian terbaik dari sebuah fosil mamalia. Dengan gigi, ilmu paleontologis akan lebih mudah mengidentifikasi jenis species apa yang memilikinya. Misalnya herbivora memiliki jumlah gigi geraham lebih banyak. Sebab tanpa proses pengunyahan rumput akan sulit dicerna.
Sedangkan carnivora lebih memfungsikan gigi taring untuk membunuh dan merobek. Sebab, daging lebih mudah dicerna. Sebelumnya di tempat yang sama, kata Rusyad tim juga menemukan sisa-sisa hewan purba dengan tipe gigi bunodont dan hypsodont. “Semuanya masih dalam penelitian,“ terangnya.
Secara tekhnis, proses penelitian atau observasi sendiri dilakukan dengan memisahkan sub fosil atau fosil yang bercampur dengan tanah. Lokasi ini berjarak sekitar 100 meter dari mulut Gua Song Genthong.
Saat ini tim sudah bekerja selama empat hari. Jejak manusia purba, terutama yang memiliki kekerabatan dengan homo sapiens Wajakensis temuan Edward Dubois dokter Belanda memang belum ditemukan.
Namun dengan adanya fosil gigi tersebut, Rusyad meyakini bahwa kehidupan manusia purba pada 10 ribu tahun silam hingga peradaban (awal tahun masehi) atau zaman holosin pernah ada disana. Sebab, jauh hari sebelumnya fosil sampah manusia purba dan gastropoda (kerang laut) juga ditemukan tidak jauh dari sana. Mengacu ilmu sejarah, jika terdapat sampah, tentunya ada kehidupan manusia di sana.
“Tujuan penelitian ini untuk membuktikan semua itu,“ tegasnya.
Lokasi yang ada saat ini telah disterilkan dari aktivitas warga. Sebab, tempat yang ada dan di sekitarnya merupakan wilayah pertambangan batuan.
Menurut Rusyad, di dalam tim yang dimpimpinya juga melibatkan para ahli bidang geo-arkeologi, paleo-antroplogi dan bio-antropologi dari Departemen Arkeologi Unair. Penelitian akan dilakukan secara komperehensif.
Dan langkah selanjutnya yang dilakukan Rusyad adalah melakukan uji DNA terhadap semua fosil yang ada. Dengan hasil DNA akan diketahui secara pasti jenis binatang purba tersebut, termasuk hubungan kekerabatan dengan manusia purba temuan Edward Dubois. “Kita tunggu hasilnya nanti, “pungkasnya.(azh)
Fosil gigi bertipe lopodont (berbaris) tersebut berada di lokasi barat daya berdekatan dengan dinding gua.
“Binatang ini berdiet frugivora/folifora atau hanya memakan daun dan buah, “ujar Ketua Tim Peneliti Pusat Laboratorium Bio Antroplogi dan Paleo Antropologi, Fakultas Kedokteran UGM, Rusyad Adi Suryanto kepada wartawan, Jumat (4/5/2012).
Secara teori, gigi merupakan bagian terbaik dari sebuah fosil mamalia. Dengan gigi, ilmu paleontologis akan lebih mudah mengidentifikasi jenis species apa yang memilikinya. Misalnya herbivora memiliki jumlah gigi geraham lebih banyak. Sebab tanpa proses pengunyahan rumput akan sulit dicerna.
Sedangkan carnivora lebih memfungsikan gigi taring untuk membunuh dan merobek. Sebab, daging lebih mudah dicerna. Sebelumnya di tempat yang sama, kata Rusyad tim juga menemukan sisa-sisa hewan purba dengan tipe gigi bunodont dan hypsodont. “Semuanya masih dalam penelitian,“ terangnya.
Secara tekhnis, proses penelitian atau observasi sendiri dilakukan dengan memisahkan sub fosil atau fosil yang bercampur dengan tanah. Lokasi ini berjarak sekitar 100 meter dari mulut Gua Song Genthong.
Saat ini tim sudah bekerja selama empat hari. Jejak manusia purba, terutama yang memiliki kekerabatan dengan homo sapiens Wajakensis temuan Edward Dubois dokter Belanda memang belum ditemukan.
Namun dengan adanya fosil gigi tersebut, Rusyad meyakini bahwa kehidupan manusia purba pada 10 ribu tahun silam hingga peradaban (awal tahun masehi) atau zaman holosin pernah ada disana. Sebab, jauh hari sebelumnya fosil sampah manusia purba dan gastropoda (kerang laut) juga ditemukan tidak jauh dari sana. Mengacu ilmu sejarah, jika terdapat sampah, tentunya ada kehidupan manusia di sana.
“Tujuan penelitian ini untuk membuktikan semua itu,“ tegasnya.
Lokasi yang ada saat ini telah disterilkan dari aktivitas warga. Sebab, tempat yang ada dan di sekitarnya merupakan wilayah pertambangan batuan.
Menurut Rusyad, di dalam tim yang dimpimpinya juga melibatkan para ahli bidang geo-arkeologi, paleo-antroplogi dan bio-antropologi dari Departemen Arkeologi Unair. Penelitian akan dilakukan secara komperehensif.
Dan langkah selanjutnya yang dilakukan Rusyad adalah melakukan uji DNA terhadap semua fosil yang ada. Dengan hasil DNA akan diketahui secara pasti jenis binatang purba tersebut, termasuk hubungan kekerabatan dengan manusia purba temuan Edward Dubois. “Kita tunggu hasilnya nanti, “pungkasnya.(azh)
()