Bocah tewas diduga disiksa orang tuanya
A
A
A
Sindonews.com - Dina Alfahira (3) bocah asal Kampung Baru RT 1/21 Kelurahan Sayang, Kecamatan/Kabupaten Cianjur, tewas dengan kondisi tubuh penuh luka. Dia diduga disiksa oleh orang tuanya, Rudi Rustiadi dan Imas Kartika.
Di bagian tangan dan kaki korban terdapat sejumlah luka sundutan rokok serta kedua kelopak matanya lebam. Diduga bekas pukulan tangan kosong. Di bagian kepalanya juga terdapat luka memar. Berdasarkan data yang dihimpun, peristiwa tersebut terungkap pada Sabtu 28 April di rumah kontrakannya di Kampung Baru. Saat itu,jasad Dina dibawa orang tuanya ke Sukaluyu untuk dimakamkan. Namun, petugas pemakaman merasa perlu melihat dulu kondisi jasad yang akan dimakamkan.
Petugas kaget dengan kondisi tubuh bocah yang tak lazim akhirnya membawa jasad ke RSUD Cianjur. Pihak rumah sakit langsung melaporkan ke aparat kepolisian dan akhirnya kasusnya terungkap. Ketua RT setempat, Pepe Sape’i (63) membenarkan dugaan penyiksaan hingga tewasnya Dina. Dugaan itu diperkuat dengan terdapatnya sejumlah luka hampir di sekujur tubuh bocah tersebut.
“Saya juga tidak tahu kenapa jasadnya akan dimakamkan di Sukaluyu. Dari keterangan warga yang rumahnya berdekatan dengan rumah kontrakan mereka,katanya anak itu memang kerap disiksa. Malah tidurnya sengaja ditempatkan di dapur,” ujar Pepe menjelaskan, Minggu 29 April 2012.
Menurut dia, Dina merupakan anak tiri Imas, hasil pernikahan Rudi dengan istrinya terdahulu. Sejak kedatangannya di wilayah tersebut, Dina tak pernah sekalipun terlihat main di luar rumah.
“Keluarga itu memang bermasalah sejak kedatangannya di sini.Mereka tidak membawa surat pindah dari tempat asalnya semula, termasuk tidak memiliki KTP,” katanya.
Rohanah (49) warga Kampung Baru mengaku tidak mengenal keluarga itu karena tidak pernah bergaul. Beberapa hari sebelum ditemukan tewas, dia sempat mendengar informasi Dina diguyur air di depan rumah oleh ibu tirinya.
“Saya sendiri tak pernah melihat wajah ibunya. Mereka jarang sekali keluar rumah. Paling hanya suaminya yang suka bergaul. Itu pun pergi ke masjid,” ujarnya.
Rohanah sempat mengabadikan jasad Dina saat berada di Ruang Pemulasaran Jenazah RSUD Cianjur. Menurutnya, hampir di sekujur tubuh anak itu terdapat luka sundutan rokok, luka lebam, termasuk lecet- lecet. “Rambutnya juga jadi botak. Kasihan sekali lihatnya,” ucapnya.
Kepala Ruang Pemulasaran Jenazah dan Forensik Kamar Mayat RSUD Cianjur Udin Wahyudin mengungkapkan, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik luar, diduga ada unsur penyiksaan.
Dia menyebutkan hampir di seluruh bagian tangan dan kakinya terdapat luka sundutan rokok, kedua kelopak matanya memar menghitam, kepala bagian depan dan belakang bengkak dan memar, serta pada lipatan kedua daun telinga lecet-lecet.
“Pengakuan orang tuanya dan kondisi fisik korban hasil pemeriksaan sangat jauh berbeda. Orang tuanya mengatakan anaknya tewas karena sering membentur-benturkan kepalanya ke dinding karena mengidap kelainan. Tapi, hasil sementara pemeriksaan fisik luar, kami mendapati tidak seperti itu. Kebanyakan luka memar,” jelas Udin.
Menurut dia, luka yang terdapat pada tubuh korban ada yang sudah lama dan baru. Berarti disimpulkan korban kerap mendapatkan penyiksaan fisik. Sementara itu, Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heryanto melalui Kasat Reskrim AKP Tri Handoko belum bisa memberikan keterangan lebih detail mengenai kasus tersebut.
“Kita masih meminta keterangan kedua orang tua korban, termasuk melakukan autopsi. Nanti setelah semuanya jelas, termasuk hasil autopsinya, kita akan memberikan keterangan,” ujar Tri.(azh)
Di bagian tangan dan kaki korban terdapat sejumlah luka sundutan rokok serta kedua kelopak matanya lebam. Diduga bekas pukulan tangan kosong. Di bagian kepalanya juga terdapat luka memar. Berdasarkan data yang dihimpun, peristiwa tersebut terungkap pada Sabtu 28 April di rumah kontrakannya di Kampung Baru. Saat itu,jasad Dina dibawa orang tuanya ke Sukaluyu untuk dimakamkan. Namun, petugas pemakaman merasa perlu melihat dulu kondisi jasad yang akan dimakamkan.
Petugas kaget dengan kondisi tubuh bocah yang tak lazim akhirnya membawa jasad ke RSUD Cianjur. Pihak rumah sakit langsung melaporkan ke aparat kepolisian dan akhirnya kasusnya terungkap. Ketua RT setempat, Pepe Sape’i (63) membenarkan dugaan penyiksaan hingga tewasnya Dina. Dugaan itu diperkuat dengan terdapatnya sejumlah luka hampir di sekujur tubuh bocah tersebut.
“Saya juga tidak tahu kenapa jasadnya akan dimakamkan di Sukaluyu. Dari keterangan warga yang rumahnya berdekatan dengan rumah kontrakan mereka,katanya anak itu memang kerap disiksa. Malah tidurnya sengaja ditempatkan di dapur,” ujar Pepe menjelaskan, Minggu 29 April 2012.
Menurut dia, Dina merupakan anak tiri Imas, hasil pernikahan Rudi dengan istrinya terdahulu. Sejak kedatangannya di wilayah tersebut, Dina tak pernah sekalipun terlihat main di luar rumah.
“Keluarga itu memang bermasalah sejak kedatangannya di sini.Mereka tidak membawa surat pindah dari tempat asalnya semula, termasuk tidak memiliki KTP,” katanya.
Rohanah (49) warga Kampung Baru mengaku tidak mengenal keluarga itu karena tidak pernah bergaul. Beberapa hari sebelum ditemukan tewas, dia sempat mendengar informasi Dina diguyur air di depan rumah oleh ibu tirinya.
“Saya sendiri tak pernah melihat wajah ibunya. Mereka jarang sekali keluar rumah. Paling hanya suaminya yang suka bergaul. Itu pun pergi ke masjid,” ujarnya.
Rohanah sempat mengabadikan jasad Dina saat berada di Ruang Pemulasaran Jenazah RSUD Cianjur. Menurutnya, hampir di sekujur tubuh anak itu terdapat luka sundutan rokok, luka lebam, termasuk lecet- lecet. “Rambutnya juga jadi botak. Kasihan sekali lihatnya,” ucapnya.
Kepala Ruang Pemulasaran Jenazah dan Forensik Kamar Mayat RSUD Cianjur Udin Wahyudin mengungkapkan, berdasarkan hasil pemeriksaan fisik luar, diduga ada unsur penyiksaan.
Dia menyebutkan hampir di seluruh bagian tangan dan kakinya terdapat luka sundutan rokok, kedua kelopak matanya memar menghitam, kepala bagian depan dan belakang bengkak dan memar, serta pada lipatan kedua daun telinga lecet-lecet.
“Pengakuan orang tuanya dan kondisi fisik korban hasil pemeriksaan sangat jauh berbeda. Orang tuanya mengatakan anaknya tewas karena sering membentur-benturkan kepalanya ke dinding karena mengidap kelainan. Tapi, hasil sementara pemeriksaan fisik luar, kami mendapati tidak seperti itu. Kebanyakan luka memar,” jelas Udin.
Menurut dia, luka yang terdapat pada tubuh korban ada yang sudah lama dan baru. Berarti disimpulkan korban kerap mendapatkan penyiksaan fisik. Sementara itu, Kapolres Cianjur AKBP Agustri Heryanto melalui Kasat Reskrim AKP Tri Handoko belum bisa memberikan keterangan lebih detail mengenai kasus tersebut.
“Kita masih meminta keterangan kedua orang tua korban, termasuk melakukan autopsi. Nanti setelah semuanya jelas, termasuk hasil autopsinya, kita akan memberikan keterangan,” ujar Tri.(azh)
()