Bangsa Asia-Afrika kini hadapi penjajahan ekonomi
A
A
A
Sindonews.com - Meski bangsa-bangsa di Benua Asia-Afrika saat ini mayoritas sudah merdeka, namun penjajahan bukan berarti hilang dari muka bumi.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan, penjajahan secara fisik (kolonialisme) memang sudah hengkang dari negeri-negeri Asia-Afrika. Namun kini ada penjajahan model baru.
"Saat ini bangsa Asia Afrika terjajah secara ekonomi, sosial, dan budaya. Misalnya di bidang ekonomi, bangsa Asia-Afrika terjajah oleh utang dalam bentuk pinjaman luar negeri," kata Heryawan dalam pembukaan rangkaian peringatan 57 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Gedung Museum KAA, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Rabu (18/4/2012).
Lanjutnya, kemerdekaan sosial budaya di negeri-negeri Asia-Afrika terancam oleh asing. Pengaruh asing merusak budaya-budaya lokal. Buktinya, sambung dia, UNESCO mencatat tiap harinya lima bahasa lokal menghilang karena tidak dipakai lagi generasi muda.
Menurutnya, 57 tahun lalu KAA telah mengubah peta dunia. Pasca KAA, ratusan negara memerdekakan diri. "KAA melahirkan Dasasila Bandung bagi kehidupan bangsa-bangsa di lima benua. KAA hakikatnya spirit untuk hidup merdeka seluas-seluanya supaya tidak terjajah dan tergantung kepada kehidupan bangsa lain," ungkapnya.
Pembukaan peringatan KAA tersebut dihadiri perwakilan dari Kemeterian Luar Negeri, yakni Dirjen Informasi dan Diflomasi Publik Kemenlu RI, AM Fachir. Juga hadir Kepala Museum KAA Isman Pasha. Pembukaan tersebut ditandai dengan upacara menaikkan 106 bendera negara peserta KAA, pagi tadi.
Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan, penjajahan secara fisik (kolonialisme) memang sudah hengkang dari negeri-negeri Asia-Afrika. Namun kini ada penjajahan model baru.
"Saat ini bangsa Asia Afrika terjajah secara ekonomi, sosial, dan budaya. Misalnya di bidang ekonomi, bangsa Asia-Afrika terjajah oleh utang dalam bentuk pinjaman luar negeri," kata Heryawan dalam pembukaan rangkaian peringatan 57 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Gedung Museum KAA, Jalan Asia-Afrika, Bandung, Rabu (18/4/2012).
Lanjutnya, kemerdekaan sosial budaya di negeri-negeri Asia-Afrika terancam oleh asing. Pengaruh asing merusak budaya-budaya lokal. Buktinya, sambung dia, UNESCO mencatat tiap harinya lima bahasa lokal menghilang karena tidak dipakai lagi generasi muda.
Menurutnya, 57 tahun lalu KAA telah mengubah peta dunia. Pasca KAA, ratusan negara memerdekakan diri. "KAA melahirkan Dasasila Bandung bagi kehidupan bangsa-bangsa di lima benua. KAA hakikatnya spirit untuk hidup merdeka seluas-seluanya supaya tidak terjajah dan tergantung kepada kehidupan bangsa lain," ungkapnya.
Pembukaan peringatan KAA tersebut dihadiri perwakilan dari Kemeterian Luar Negeri, yakni Dirjen Informasi dan Diflomasi Publik Kemenlu RI, AM Fachir. Juga hadir Kepala Museum KAA Isman Pasha. Pembukaan tersebut ditandai dengan upacara menaikkan 106 bendera negara peserta KAA, pagi tadi.
()